Bab 25 : Apa Istimewanya?

106 14 0
                                    

Keadaan hening, tak ada yg mau berbicara di situasi seperti ini, ada yg berpura-pura tak mendengar, ada pula yg pura-pura sibuk menulis.

"Cahaya matahari mungkin bisa" jawab Gei ragu-ragu
     
Semuanya terdiam hening,
Mr. Herrow, selaku guru yg mengajarkan ilmu penempa senjata, atau bisa di bilang teknik menempa.
     
Dia nampak sedikit bingung dengan jawaban Gei,
    
"Kau yakin?" tanya Mr. Herrow
    
"Tapi tidak berlaku dengan pengguna elemen solar" sambung Gei,
Mr. Herrow manggut-manggut, "Ok, sampai disini materi kita, sampai bertemu minggu depan" ucap nya berlalu pergi membawa buku-buku nya.
   
"Hehhh apa aku salah?" batin Gei bingung,
    
"Aneh sekali, kau menjawab nya bukan secara asal kan?" tanya Hely ragu-ragu.
    
"Ini pertama kalinya Mr. Herrow pergi sebelum waktu kelas selesai, biasanya juga di lebih-lebih kan" sambung Bery yg di angguki beberapa lainnya.
    
Gei mengerdik kan bahunya acuh tak acuh, "Ya sudah yg penting kelas selesai, kita bisa bersantai" ucap Mira membuat senuanya geleng-geleng saja.
    
"Ayo kita ke taman, atau ke ruang makan untuk makan makanan ringan atau kue-kue kering?" ajak Hely
    
"Setuju" sahut Mira penuh semangat.
     
Keduanya menatap Gei lekat, Gei terdiam lama, "Aku ada urusan sebentar dengan Mr. Jo, kalian saja yg pergi" balas Gei memasukan buku-buku nya ke dalam tas.
    
"Terserah kau saja, ayo" ajak Mira segera pergi bersama Hely dan juga beberapa yg lain nya juga.
     
Tiga kali pintu di ketuk, Gei masih menunggu sahutan dari dalam.
    
"Silahkan masuk" sahut seseorang
     
Gei segera membuka pintu, sudah ada Mr. Jo dan seseorang bersama nya di dalam ruangan.
   
"Nona Aurora silahkan duduk" Gei mengangguk lalu segera duduk di sebelah seseorang yg kini masih menatap nya lekat-lekat.
    
"Aku baru melihat nya" ujar nya terkesan dingin.
     
Mr. Jo mengangguk, "Yah dia dialah nona Aurora, dia murid baru di sini, dia masuk kelas biasa bagian D"
    
"Sementara itu, perkenalkan nona Aurora, dia adalah pangeran Alve Peter, dia adalah sepupu dari pangeran Laskar, dia masuk kelas inti bagian A"
    
Gei terdiam sejenak, seorang pangeran tapi mengapa masuk kelas inti, bukan nya kelas khusus.
    
"Hmm..bagaimana soal yg ku tanyakan kemarin Mr." Gei memilih untuk membahas hal lain.
   
Mr. Jo tersenyum kecil, "Yah, sudah aku periksa, sayang nya tidak mendapatkan hasil, tapi akan ku coba menanyakan ini pada guru di Academy lain, tapi tentu nya kau masih memegang keputusan kita bukan"
    
"Yah tentu" jawab Gei
    
"Perjanjian apa?" tanya Alve penasaran.
    
"Dia akan menjadi salah satunya" santai Mr. Jo menjawab, Gei kini beralih fokus menatap foto yg terpajang di dinding.
    
"Kenapa dia, bukan kah dia masih baru disini?" pertanyaan itu membuat Gei sedikit kesal, dia seperti anak ayam yg baru menetas, segera setelah itu menjadi elang namun di jatuh kan oleh ayam jantan yg sudah tua.
   
Di lihat dari ekspresi Alve, jelas dia bimbang
     
Mr. Jo hanya tersenyum tipis, "Aku punya alasan yg tepat untuk itu tuan Peter, dia memiliki kriteria yg bagus di satu bidang yg sangat dia kuasai nanti"
    
"Apa itu?" tanya nya
    
"Nanti kau akan tau" Mr. Jo kembali menunjukkan senyuman kecil nya
   
"Kau mengatakan ini akan berkelompok Mr. karna aku menolak, itu menjadi berpasangan, aku tak berharap kalau dia yg akan jadi pasangan ku" sinis Gei
    
"Apa? dia yg jadi utama nya?"
    
"Sudah, nona kau bisa pergi, lagi pula pasangan mu bukan dia, sesuai kesepakatan nya, hanya satu pasang yg akan di utamakan, yg lainnya adalah cadangan"
    
"Tapi kenapa harus dia?" sambar Alve masih tidak terima, "Masih ada beberapa putri yg cocok, dan mereka juga dari kelas khusus, bukan kelas biasa"
    
"Kenapa kau begitu protes, kalau tidak terima ya sudah kau sendiri saja yg pergi" ketus Gei emosi.
    
"Kau bisa-"
    
"Sudah tuan Peter, nona Aurora, kau bisa pergi, nanti aku akan memanggil mu untuk ketentuan selanjut nya" ucap Mr. Jo menengahi
     
Gei segera pergi dengan ekspresi kusut, melihat wajah pemuda tadi membuat mood nya seketika hilang.
    
"Menyebalkan" umpat Gei berjalan dengan ekspresi datar.    
    
"Kau pasti Geinero, kau di panggil ke ruangan kepala sekolah" seru seseorang dengan nada santai
     
Gei mengangguk sebagai jawaban, lalu segera pergi ke tempat yg di tujukan .
     
Kali ini Gei lebih terkejut lagi, di samping ada Mr. Carius, disana juga ada ke lima pangeran.
    
"Kau sudah datang, ayo duduk" Mr. Carius mempersilakan
    
"Mr. Jo sudah memberi tahu ketentuan nya?" tanya Mr. Carius sambil membolak balik buku besar di atas meja.
    
Gei memperhatikan ke sekitar, dan menggelengkan kepalanya, "Tidak" singkat nya.
    
"Lalu bukan nya harus nya kau kesana? untuk menanyakan sesuatu? sesuai kesepakatan kalian?"
   
Gei berdesis, "Dia sangat bocor, apa dia harus memberitahu semua orang" kesal Gei.
     
Mr. Carius hanya tertawa pelan, sementara ke adaan kembali membingungkan. "Lalu bagaimana jawaban nya?"
    
"Tidak ada, hanya ada orang menyebalkan disana"
    
"Kau mengatakan Mr. Jo menyebalkan?" Gei mendengus,
   
"Bukan dia" kilah nya
    
"Lalu siapa?"
     
Gei terdiam, mengingat adalah Laskar disini, dia tak mungkin menjelekkan sepupu nya di depan matanya.
   
"Itu tidak perlu, untuk apa aku di panggil kemari?"
    
"Kau akan mendapatkan pelatihan khusus bersama mereka" jawab
Mr. Carius langsung ke topik. Semuanya tentu terkejut, kelima pangeran juga tak yakin dengan ini.    
    
"Tidak mau" jawaban Gei sukses membuat ke lima pangeran itu terbungkam.
    
"Kau pilih yg mana, mengikuti pelatihan khusus bersama mereka, atau kau akan masuk ke kelas khusus bagian A besok" Mr. Carius memberikan pilihan.
    
Gei melongo sejenak, "Itu bukan pilihan, tapi paksaan, aku tetap tidak mau" tolak Gei cepat.
    
"Lalu kau mau nya apa, nona Aurora?" heran Mr. Carius, kalau saja pilihan ini di berikan pada orang lain, mereka sudah buru-buru memilih keduanya, karena bukan kah itu pilihan yg luar biasa.
   
Revan terdiam lemas, sekarang dia tau, alasan Gei sangat santai dan tidak takut dengan Mr. Carius adalah, karena dia kakek nya.
    
"Terima saja" ucap Revan
    
"Aku akan membelikan mu ice cream nanti"
    
"Baiklah" jawab Gei cepat
   
"Hehh...hanya mendapatkan ice cream kau langsung mau?" heran Mr. Carius melongo.
    
"Tapi aku mau rasa coklat" imbuh Gei tak peduli.
    
"Terserah kau saja" santai Revan
    
"Sebenarnya untuk apa pelatihan khusus ini Mr.?" tanya Louis penasaran.
    
Mr. Carius terdiam sejenak, lalu memperhatikan mereka semua satu persatu, "Kalian percaya tentang ramalan kuno?"
     
Semuanya diam hening, "Tergantung peramal nya" jawab Laskar
    
"Yah, itu memang harus, tapi sudah lama aku mendengar ramalan ini, kalian percaya jika kalian adalah ...."
     
Semuanya menunggu, "Adalah calon pemimpin di masa depan"
    
"Shhhhh...!" semuanya mendesah kesal, itu mah kata-kata yg selalu di ucapkan oleh para guru untuk memotivasi murid-murid nya.
    
"Sebelum kami lahir juga, kami sudah mendengar nya" lemas Laskar
     
Mr. Jo tertawa kecil, sangat lucu melihat ekspresi kesal dari mereka ber enam. Apalagi Gei yg sudah mendengus seperti tak sabar ingin mencakar wajah seseorang.
    
"Kalian akan menjadi kartu AS nantinya" singkat Mr. Carius menjadi tiba-tiba serius.
     
Keadaan hening, mereka serempak menatap Gei, "Termasuk-" ucapan Louis itu berlanjut.
  
"Kecuali kau" tunjuk Mr. Carius ke arah Gei dengan tatapan intens nya.
    
"Yah dia bukan kartu AS nya, tapi dia adalah ratu nya" balas Revan dengan ekspresi datar.
     
Mr. Carius hanya menunjukkan senyum simpul, sementara Gei tak peduli, masih membayangkan bagaimana enak nya ice cream yg sudah lama tidak dia makan.
    
"Kau pasti sedang mengkhayal" sindir Revan menyenggol lengan Gei, Gei refleks tersadar.
    
"Hehh kau mendengar ku tidak?"
    
"Berisik" ketus Gei memasang wajah kesal.
     
Revan langsung tersendak, hanya bisa pasrah saja.
    
"Kami akan belajar apa di pelatihan khusus ini, dan siapa yg akan menjadi guru nya?" tanya Caven yg baru saja membuka suara.
   
"Kalian akan di ajar langsung oleh..."
     
Kembali semuanya diam menunggu, hal yg membuat Mr. Carius senang karena wajah-wajah keseriusan mereka.
    
"Oleh seseorang yg sangat istimewa"
    
"Siapa?" tanya Xavier begitu penasaran
   
"Oleh...!"
    
"Mr. Carius Vederick"
    
"Yahhhh...!" semuanya menghela nafas kesal, orang istimewa katanya? chhh bilang saja dia mau mengunggulkan dirimu sendiri. Ibarat kata, terlalu sombong.
    
"Apa istimewa nya?" tanya Gei datar
     
Sungguh, mereka ingin lari saja usai mendengar kan pertanyaan Gei, apa dia bodoh atau buta? yg jelas istimewa dari segi apapun, dan yg paling utama Mr. Carius adalah mantan raja dari klan Demon, bukan kah itu sudah kelewat istimewa?
    
"Pertanyaan yg bagus, tapi aku tidak  bisa menjawab nya sekarang, mungkin besok"
    
"Tidak perlu aku sudah tau jawaban nya" singkat Gei
   
"Kalau kau tau kenapa bertanya?"
    
"Yah agar perbincangan ini tidak berputar-putar di sini-sini saja"
     
Semuanya terdiam, "Perbincangan yg menyesat kan" umpat Louis segera beranjak pergi, di susul oleh Laskar, Caven, Xavier.

    
"Kau mau kemana?" pekik Revan
    
"Ya aku ikut mereka, bukan kah mereka pergi satu persatu, jadi setelah aku, baru kau"
   
Revan menggelengkan kepalanya lemas, dia seperti tengah melihat Gei mode konyol dan polos.
 

QUEEN IMMORTAL WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang