Bab 64 : Raksa Vederick

88 14 0
                                    

Gei berdiri dengan tatapan rumit, haruskah dia melakukan ini?
    
"Haruskah kau menggunakan topeng itu, ibu ingin melihat wajah mu" ucap Blarina dengan tatapan memelas
    
"Aku takut ibu kecewa" jawab Gei berbalik dengan penampilan yg cukup keren menurut pria tua yg kini tersenyum-senyum cengengesan
     
Bagaimana tidak, Gei harus berdandan sedemikian rupa agar sama persis seperti seorang laki-laki
     
Dan begini lah jadinya, Mr. Carius tertawa, Gei kesal, dan Blarina nampak murung. Situasi berubah kala ekspresi Rina menjadi sendu.
    
"Kenapa ibu harus kecewa?" tanya Rina dengan hati-hati
     
Gei menunjukkan senyuman hambar, "Jika ibu melihat wajah ku sekarang, dan saat aku menjalankan misi yg akan aku lakukan dan itu tidak berhasil dan aku tidak bisa kembali, maka ibu harus menangis mengingat wajah ku" jawaban Gei membuat
Mr. Carius terdiam dengan wajah membatu.
    
"Apa dia tidak mendidik mu dengan baik hingga kau tidak percaya diri akan menjadi pemenang?"
     
Gei menatap Mr. Carius dengan tatapan lekat, "Dia sudah mendidik ku dengan sangat baik" jawab Gei dengan nada yakin.
     
Mr. Carius manggut-manggut, "Hari ini adalah hari ulang tahun yg mulia raja klan Demon, Kalian harus datang di waktu yg tepat, yaitu setelah semua acara selesai, disaat semua orang pergi, di saat semua anggota keluarga kerajaan klan Demon merasa lega dan bersantai usai hari yg begitu sibuk, hingga saat kalian datang, semuanya akan dimulai dari sini" Mr. Carius tersenyum bangga
    
"Aku tidak sabar melihat cucu ku nanti, yah walau aku bingung sejak kapan aku memiliki cucu laki-laki berumur 18 tahun!" kekeh Mr. Carius
    
"Aku akan mengatur nya kakek" jawab Gei dengan suara rendah
    
"Hiks...!"
    
"Ehhh?" keduanya terkejut, "Ibu kenapa?" ucap Gei cemas saat sadar kalau ibu nya kini sedang menangis
   
"Apa kau harus pergi ke klan Iblis?" tanya Rina sesenggukan
     
Gei yg kini berjongkok di depan ibunya, kembali harus merenung, menunduk dan berpikir dengan jelas.
    
"Aku tidak tau apa ucapan ku akan membuat ibu lebih tenang, tapi-" Gei berhenti sejenak, "Aku sudah di takdir kan untuk ini, tak peduli jika aku akan menang atau kalah, tapi inilah jalan hidup ku ibu, sejak kecil aku sudah menjalani hidup yg berbeda, penuh dengan keanehan dan hambatan, dan sekarang mungkin akan menjadi akhirnya, ibu tidak perlu khawatir, aku sudah menjadi lebih kuat"
     
Gei tersenyum kecil, topeng perak yg indah dengan bentuk yg halus dan tipis, perlahan Gei menaikkan tangan nya.
    
Hanya dalam waktu dua tahun, wajah Gei berubah menjadi lebih cantik, masih sama dengan yg dulu, namun kali ini terlihat lebih dewasa.
     
Rina terbengong sejenak, hanya hitungan detik, bahkan Mr. Carius belum sempat melihat nya, Gei kembali menggunakan topeng nya.
    
"Aku akan kembali dan membawa sesuatu yg mungkin akan membuat ibu senang!"
    
"Ap-"
    
"Jangan bertanya apa yg akan aku bawa ibu, tentu saja dengan aku kembali, ibu akan merasa senang bukan?"
     
Rina mengangguk, segera memeluk Gei dengan erat.
     
                             ***
    
     
Pintu aula pertemuan terbuka perlahan, sosok pria tinggi dengan cepat berlutut dan menghadap kepada seseorang yg kini duduk di kursi singgasananya.
    
"Yang mulia, ada yg ingin bertemu dengan yg mulia" ucap nya dengan sopan
    
"Siapa?" tanya Castor lebih dulu berbicara membuat Xavier hanya diam saja, dia memang sudah sangat dingin dari dulu, apalagi di hadapan keluarga kerajaan klan Demon, dia hanya seperti seorang raja yg harus patuh dan diam saja di bawah kendali dari ayahanda dan ibunda nya.
    
Mr. Carius tersenyum tipis, di dalam aula pertemuan ini, semua anggota keluarga sudah disini,
     
Sosok wanita dengan tudung hitam di kepala dan menggunakan jubah serba hitam mulai masuk. Kain hitam yg tipis membuat wajah nya terlihat samar
    
"Apa kau seorang peramal cih?" ucap Meina tersenyum remeh
    
"Putri Meina, jaga bicara mu" tegur Xavier dengan tatapan tajam, membuat Meina langsung terdiam bungkam.
    
"Kenapa diam saja, berikan hormat mu" seru Bevania dengan nada tegas, walau dia sudah semakin tua dan keriput, dia masih saja terlihat galak
    
"Wah..wah...ini cukup menakjubkan, entah mengapa aku ingin memiliki semua ini ibu, semuanya sangat indah" ucapan itu membuat semuanya terkejut saat seorang anak laki-laki bertopeng kini muncul sambil berjalan dengan santai nya tak peduli dengan siapa yg ada di sana.
    
"Ohhh sepertinya ada pertemuan mendadak disini, apa kita salah ruangan? sebaiknya kita kembali saja" Gei berjalan menghampiri ibunya namun berhenti sesaat
    
"Astaga, aku lupa kenapa harus salah ruangan, bukan kah disini kita bisa bertemu dengan yg mulia raja!" Gei berbalik 180°
     
Tepat lurus di hadapan nya, Xavier dengan tatapan tajam kini berdiri sambil memegang pedang nya.
    
"Siapa kau ingin membuat rusuh disini" tegur Xavier dengan suara keras.
    
"Apa itu pertanyaan yg seharus nya di jawab oleh ayah mu sendiri? jawaban nya adalah, dia seseorang yg memiliki hak yg sama dengan mu untuk bisa duduk di singgasana" jawab Rina dengan nada menggema
     
Castor tersendak, semuanya berdiri dengan pandangan berbeda-beda
    
"Blarina?" pekik Vania terkejut, saat Rina menarik sedikit kain hitam dimana setengah wajah nya terlihat, dia kembali menyembunyikan nya.
    
"Ka..kau-" lemas Castor dengan ekspresi membeku
     
Gei berjalan dengan angkuh nya dan berdiri tepat di tengah-tengah aula.
    
"Si..siapa kau?" geram Xavier dengan aura yg mulai memanas
     
Hanya hitungan detik, Gei menjentikkan jemari nya, suasana di aula pertemuan menjadi sangat dingin, semua yg berwujud cairan tiba-tiba membeku dalam hitungan detik.
    
"Bagaimana apa kau terkejut?" bisik Gei yg tiba-tiba muncul di sebelah Xavier
     
Xavier refleks menebas dengan pedang nya, namun hanya dengan lambaian tangan, pedang itu sudah hancur usai membeku hingga menjadi es yg meleleh di atas lantai.
     
Xavier gemetar tiba-tiba, dia tidak bisa melihat seberapa kuat orang asing itu.
    
"Kau cukup mengagumkan bisa mengendalikan semua orang, bagaimana dengan rencana mu untuk membunuh bayi kecil yg baru saja lahir!" ucap Gei tersenyum remeh
     
Castor menatap Gei dengan tatapan tidak percaya, "Apa maksud mu dan siapa kau ?" ucap nya
    
"Wah apa kau tidak tau?" Gei melesat dan tiba-tiba sudah berdiri di sebelah Castor. Wajah Castor memucat seketika, pikiran nya sangat kacau membuat nya tidak bisa apa-apa.
    
"Kau lihat wanita yg berdiri disana, dia ibuku, Blarina seorang wanita dari klan rendahan yg pernah menjadi seorang permaisuri dari seorang raja klan Demon, aku tidak tau entah siapa suami nya, aku berharap pria itu mati saja, dia tak lebih hanya seonggok kotoran di sepatu ku" ketus Gei melangkah dengan santai meninggal tempat dimana Castor berdiri dengan tatapan tidak percaya.
    
Gei menarik pedang nya, mengayunkan nya sebentar, "Apa aku harus membunuh dia?" tanya Gei menodong kan ujung pedang ke arah wajah Vania, "Atau dia?" Gei menggeser arah pedang kini tertuju ke arah wanita tua yg sudah berdiri dengan tatapan kosong.
    
"Kau...pergi dari sini!" gertak Xavier mengepal tangan nya yg sudah memunculkan aura panas   
    
"Kenapa dia harus pergi? apa sebaiknya kau bertanya pada ayah mu siapa yg harus pergi? jika seandainya karena aku hanyalah wanita dari klan Witch rendahan, maka bisakah aku jujur kalau aku lahir dari klan Angel? seharusnya jika wanita tua itu tau dari dulu, mungkin kau tidak akan pernah lahir di keluarga kerajaan ini" balas Rina dengan nada santai
    
"Apa..apa maksud mu hah?" bentak Vania
    
"Yah, aku berasal dari klan Angel, bukan klan Witch"
    
"Ap..apa?" lemas Bevania
    
"Dan dia putra ku, Raksa Vederick" ucapan Rina menggema, membuat tangan Castor seketika gemetar, tubuh nya hampir terhuyung jatuh.
    
"Seseorang yg hampir kalian bunuh, aku tidak tau kebencian apa yg kalian tanam dengan ku, intinya aku tidak pernah sama sekali berniat meracuni mu, tapi karena kalian yg sudah memulai nya, maka aku sudah menyusun semua takdir ini hingga sampai sekarang, aku biarkan Raksa lahir menjadi seorang anak yg akan berdiri sendiri tanpa harus di topang oleh seorang ayah, dan sekarang dia sudah menjadi anak yg aku inginkan, dan seseorang akan menghancurkan kalian semua" teriak Rina dengan tatapan kesal dan emosi.
     
Xavier menatap sosok pria bertopeng di sana, rasanya seperti melihat kematian di hadapan nya.
    
"Hei aku tidak ingin melihat ekspresi konyol itu, menjengkelkan" ketus Gei menatap mereka satu persatu
    
"Nampak nya kau senang!" Gei melesat dan tiba di sebelah Mr. Carius, dia masih terlalu senang sampai lupa untuk menyembunyikan senyum membuat semua orang merasa aneh.
    
"Bagaimana perjalanan mu?" tanya Mr. Carius santai
    
"Yah seperti itulah, aku lahir di perbatasan, lahir di tengah-tengah hutan yg begitu mencengkam, bahkan di saat aku lahir banyak orang yg memburu ibuku, ahk beruntung nya aku bisa lepas, sehingga aku bisa hidup damai di dunia manusia, sangat menakjubkan bukan?" Gei tertawa gelak
    
"Umur 16 tahun aku kembali lagi ke immortal world, tempat kelahiran ku, lalu hidup menjadi orang biasa, kira-kira seperti itu kisah ku" jawab Gei sambil menyesap teh di cangkir yg terbuat dari perak murni.
    
"Aku bersyukur kau baik-baik saja" ucapan Mr. Carius lagi-lagi membuat semuanya melongo.
    
"Apa tujuan mu kemari, apa kau ingin merebut semua yg sudah menjadi milik kami, ingat kau bukan siapa-siapa lagi disini" geram Vania dengan tatapan tajam
 
"Hei..hei...!" bentak Gei tiba-tiba emosi
    
"Sekali lagi kau membentak ibuku akan ku robek mulut mu" Vania seketika membungkam.
    
"Apa hak mu berbicara dan membentak ibunda ku hah!" Xavier melesat hibgga kini ujung pedang sudah bertengger di depan leher Gei.

     
Gei menatap wajah Xavier dengan lekat, sekilas ingatan nya kembali muncul, sebenarnya dia tak ingin menyakiti orang di hadapan nya ini.
    
"Aku tidak ada urusan dengan mu" Gei menepis pedang dihadapan nya dengan mudah, pedang itu sudah melayang dan hancur.
   
Xavier melunjak, segera dia menciptakan sebuah pedang api yg menyala, belum sempat menebas Gei, pedang itu berhenti.
     
Semuanya terdiam cengo, melihat pria bertopeng itu menahan pedang dengan tangan kosong.
    
"Kau pikir api kecil mu itu akan membakar ku"
    
"Woshhhh..!" tubuh Xavier terhempas dan terbentur dengan tembok hingga retak. Xavier langsung pingsan di tempat.
    
"Jika kau bergerak maka aku akan menghancurkan tubuh nya" ancam Gei membuat Vania berhenti, dia tidak jadi menghampiri putra nya yg malang itu.
  

QUEEN IMMORTAL WORLDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang