Bab 36 : Vampire

108 14 0
                                    

Tubuh ramping setengah pucat itu terhuyung ke bagian anak tangga terdekat, baru saja Gei selesai kelas yg di bawakan oleh Mr. Veru
     
Membuat mereka berlatih dengan tombak sangat menyakitkan, dan melelahkan, apa bisa dia membersihkan kuil dengan tenaga yg sudah terkuras habis!!
    
"Kau bisa istirahat hari ini, lagi pula kuil tidak kotor karena tidak ada yg datang dari tadi pagi" seruan itu membuat Gei berbinar
    
"Benarkah?" pekik nya bersemangat
    
"Jangan melakukan hal ceroboh lagi, lebih baik kau diam saja di sana dan membaca kitab-kitab itu" suruh Mr. Carius
    
Gei mengangguk dengan semangat 45, segera dia mengambil kitab yg masih belum selesai dia baca.
     
Dewa Guana, yah masih di kitab yg sama, dia mulai melanjutkan dari halaman yg dia lipat kecil.
    
Sambil duduk selesehan di lantai, menyadari seseorang yg akan datang, Gei segera menyembunyikan aura nya dan bersembunyi di balik dinding, yg menjulang di belakang patung.
    
Gei mengunci sedikit, cukup di kejutkan karena itu adalah Caven.
     
Dia membawa persembahan di atas piring, hanya dua buah apel saja.
     
Lalu meletakkan di atas meja, ekspresi nya masih sama, datar dan dingin, dia mulai mengatupkan kedua tangan nya, "Sebenarnya dulu aku tidak di ajarkan untuk percaya kepada dewa seperti ini, tapi setelah masuk Academy aku mulai belajar untuk percaya saja, jika memang benar kau bisa mengabulkan permintaan semua orang yg percaya padamu, apa kau bisa mengabulkan permintaan ku juga"
    
"Aku bingung harus melakukan apa, aku tak ingin mengingkari janji ku, tapi bagaimana, aku belum mendapatkan seseorang yg sudah membunuh bunda nya Gei, tapi aku yakin pasti itu tidak berkaitan dengan Calvin, aku mengenal nya, dia anak yg jujur, meski aku tak suka dengan nya, tapi dia tetap saudara ku juga"
    
"Bagaimana caraku menjelaskan kepada Gei, ini sangat sulit, aku ingin meminta bantuan mu" Caven melirik ke kanan kiri, "Ini masih bukan waktunya Gei datang, aku tau dia di hukum, dengan begitu kau akan bertemu dengan nya setiap hari bukan, tolong katakan padanya, jangan terlalu menekan ku, kau sendiri tau, aku tidak sanggup"
     
Gei terdiam lama, dia hendak keluar untuk memberanikan diri agar meluruskan semuanya tapi langkah nya terhenti saat Caven menaiki anak tangga menuju altar dewa.
     
Setengah membungkuk lalu dia mulai bebrisik, "Jaga dia baik-baik, sampai kan padanya kalau aku menyukai nya" bisik Caven dengan senyuman kecil
     
Ekspresi Gei berubah drastis, wajah nya seakan memanas usai mendengarkan kalimat itu.
     
Caven segera pergi bergegas, mungkin dia takut kalau Gei akan datang, "Apa aku harus mati saja?" tanya Gei parau
     
Bagaimana kalau Caven tau sebenarnya Gei menguping nya tadi, Gei memilih untuk tidak memikir kan nya, dia kembali duduk bersila untuk membaca buku meskipun pikiran nya sudah kalut memikirkan Caven
     
Di sela memikirkan Caven, Gei tiba-tiba teringat dengan Aksel, yah raja klan Vampire yg pertama kali dia lihat begitu berwibawa.
     
Sekarang dia sudah tau dari mana Caven dan Calvin mendapatkan pesona mata yg menawan, karena ayah mereka sama. Gei menunduk dengan pipi yg merona, berada di kuil memang membuat pikiran nya selalu tertuju kepada hal positif bukan negatif.
   
"Astaga?" suara seseorang terkaget membuat Gei lebih kaget,
    
"Kenapa kau ada disini?" pekik nya heran, dia datang hanya membawa satu buah jambu di tangan nya.
    
"Aku tuan tanah ini, jadi aku berhak ada di sini" jawab Gei sinis
     
Alve Peter, yah dia lah orang nya, wajah begitu menyebalkan bagi Gei, Gei masih begitu tenang membaca kitab.
    
"Apa kau sedang bertobat, tapi saran dari ku, jika kau menjadi pengikut sejati dewa, lebih baik kau kurangi berbicara tak jelas itu, kau harus berbicara lebih sopan" sindir nya.
    
"Kau tidak lihat aku sedang apa, jika kau ingin berdoa ke mari, yasudah lakukan, jangan menjadi pengacau"
    
"Bagaimana aku bisa berdoa jika kau disini hehh, keluar sana!"
    
"Aku tidak akan keluar, aku lebih dulu masuk, jika tak mau rahasia mu terbongkar, yasudah berdoa dalam hati saja, tak perlu berbicara keras, biar aku tak perlu mendengar" cerca Gei tak mau kalah
    
"Lama kelamaan kau ini mirip seperti burung beo, berisik"
    
"Terserah ku, aku bicara dengan mulut ku, bukan mulut mu, kau paham!!"
     
Alve mendengus kesal, "Aku sudah gagal dari awal untuk berdoa, kau sudah memancing emosi ku, dasar gadis aneh"
    
"Kalau tidak iklas ingin berdoa, keluar sana"
    
"Kau masih pantas duduk di situ, kau sudah melarang orang berdoa, itu artinya kau tak pantas jadi pengikut sejati dewa" Alve tersenyum mengejek.
    
"Apa masalah mu, itu urusan ku, jangan ikut campur"
    
"Dasar gadis aneh" Alve meletakkan buah jambu di atas meja, setelah mengatupkan kedua tangan sekilas, dia langsung pergi.
    
"Persembahan mu tidak di terima, kau tidak iklas"
  
"Plak..!"
    
"Aduh..!" Gei meringis saat sebuah benda terjatuh tepat di kepalanya,
     
Cicak itu segera pergi usai melompat ke lantai dan melarikan diri, "Hanya cicak tapi kenapa sakit sekali?" umpat Gei

QUEEN IMMORTAL WORLDWhere stories live. Discover now