Gei sudah sampai di halte yg ia janjikan dengan Klaren kalau mereka akan menjemput dirinya dan Revan disini.
"GEIII.....!" teriakan itu langsung saja membuat telinga Gei hampir pecah, bahkan Revan refleksi menutup kedua telinga.
"Bugh..!" satu pelukan hangat tercipta, Gei sangat sesak menerima pelukan dari Klaren.
Yah dia adalah Klaren, "Omooo.. ganteng nya?" pekik Klaren baru sadar usai melihat Revan
Revan tersenyum kecil sebagai balasan dari pujian Klaren.
"Gimana penerbangan nya?" tanya ayah Klaren, Zaki namanya.
"Lancar kok om" balas Gei menyalim tangan Zaki sopan, Gei melirik Revan dan memberikan kode agar Revan juga melakukan hal yg sama.
Revan mengangguk kikuk, lalu menyalim tangan Zaki juga
"Dia siapa kamu?" tanya Zaki
"Sepupu saya om, namanya Revan" jawab Gei
Zaki manggut-manggut tersenyum santai, "Heh kamu kenapa?" tanya Zaki heran melihat Klaren yg hanya diam mematung.
"Giliran aja liat cowok ganteng" sindir sang ayah membuat Klaren segera tersadar dan tersenyum imut.
"Hai..aku Klaren" ujar Klaren mengulurkan tangannya untuk berkenalan.
Revan dengan sopan menyahut tangan Klaren, "Revan" ucap nya tersenyum
"Gei ini sepupu lo keturunan dewa yunani yah, ganteng banget" puji Klaren dengan senyuman lugu nya.
"Kamu ini masih kecil juga, ayo udah masuk" ajak Zaki menarik tangan Klaren untuk masuk dan duduk di kursi samping kemudi.
Sementara Gei dan Revan duduk di belakang.
"Hehh..kenapa?"
Gei sepertinya nampak tidak tenang melihat ekspresi Revan
"Kenapa?" tanya Gei sekali lagi
"Za aku...aku... perut aku sakit, aku mau muntah!"
"Om..om..berhenti" panik Gei
"Kenapa?" pekik Zaki yg sudah menepikan mobil.
Gei segera membuka pintu dan menarik Revan untuk keluar.
"Hueekkk...!"
"Uhuk..uhuk...!" Klaren tersendak melihah Revan memuntahkan isi perut nya.
"Ini pasti gara-gara pusing nih, udah lepas dulu jaket nya" suruh Gei
Sambil mengurut pangkal leher belakang Revan anak itu masih terlihat pucat usai muntah.
"Mabuk darat" kekeh Zaki mengejek membuat Klaren sedikit kesal, dia tau pasti ayah nya tengah menyindir nya yg menyukai laki-laki yg muntah itu.
"Udah?" tanya Gei sedikit cemas
Revan mengangguk, sambil meminum air putih yg di berikan oleh Gei padanya.
"Udah belum, kalo engga kita istirahat dulu di cafe depan" seru Zaki
"Udah om, kayak nya gpp deh"
"Kalo gitu yaudah, ayo masuk, trus jendela nya di buka aja biar angin nya masuk" saran Zaki
Keduanya kembali masuk dan melanjutkan perjalanan. "Bisa tidur disini?" tanya Revan berbisik
Gei mendengus kesal, segera menyenderkan punggung nya di sandaran kursi, sementara Revan segera menukar posisi dan tidur di pangkuan Gei.
"Ada yg marah nih" sindir Zaki melihat wajah Klaren yg cemberut
Gei melirik sekilas, "Udah tutup mata, tadi mau tidur kan!" ketus Gei masih memasang ekspresi dingin dan datar.
Revan tersenyum, meski wajah nya masih pucat, "Sebenarnya ayah Gei siapa yah, kenapa ibu tidak memberi tahuku, apa ada rahasia yg mereka sembunyikan, ayahanda juga sepertinya tau, tapi-"
"Masih belum tidur?"
"Ohh...itu"
"Itu apa?" tanya Gei masih fokus ke ponsel nya.
"Sepertinya salah satu dari teman ku menyukai mu!"
Ucapan Revan sukses membuat Gei terdiam kaku, Revan masih terlihat santai.
"Cieee...Gei" baru aja beberapa minggu, udah ada yg naksir disana" goda Klaren
"Loh dia tau tentang immor-"
Gei secepat kilat membekap mulut Revan dan menatap nya dengan tatapan tajam, "Brisik, ngk usah di bahas" sarkas Gei dengan kesal.
"Ganteng ngak Ge?" tanya Klaren penasaran
"Udah Klaren, diam..jangan di bahas lagi"
"Bodo amat, lo selingkuh yah, lo kan udah punya pacar Gei" Klaren bermaksud mengompori.
"Hah? pacar?" pekik Revan terbelalak.
"Klarennn..!" geram Gei tertahan
Klaren terkekeh, "Aku ngk pernah punya pacar Klaren yg cantik" tahan Gei benar-benar kesal.
Sementara Klaren nampak tidak peduli, "Terus Calvin mau di kemanain? semenjak kamu pergi Ge, Calvin terus cariin kamu lho"
"Udah Klaren"
"Sepertinya aku pernah mendengar nama itu, Calvin!" sahut Revan
"Tau dari mana?" tanya Klaren, "Pasti denger dari Gei yah, pasti Gei kangen yah sama Calvin, pasti waktu di sana Gei terus nyebut nama Calvin, pasti Gei-"
"Iya, dengar dari Gei"
"Kapan?" geram Gei ingin mencakar wajah Revan
"Cieee... Gei kangen sama Calvin"
"Shhh..!" Gei berdesis kesal, tidak peduli lagi, memilih fokus ke ponsel nya saja.
"Caven tidak cocok untuk mu" ucap Revan merubah posisi tidur nya dan membenamkan wajahnya di perut Gei.
"Ap.apaa?" Gei terkikuk usai mendengar nama itu.
"Yah Caven yg menyukai mu"
"Tapi aku tidak setuju, karna dia Vampire"
"Plak...!" satu pukulan mendarat di wajah Revan.
"Dih..Vampire" kekeh Klaren
"Ohmm itu..Mirip Vampire, jelek" ralat Revan, karena mendapatkan pelototan tajam dari Gei.
"Kalian tau ngak filosofi vampire?" seru Klaren sambil menoleh ke belakang.
"Jangan bicara horor, entar malam ngk bisa tidur" potong Zaki tersenyum kecil.
Klaren berdecak kesal, "Ishhh Ayah kan cuman filosofi aja, aku ngk bicara yg aneh-aneh kok" kilah Klaren
"Filosofi apa?" tanya Revan penasaran.
Klaren tersenyum manis, dia tak iri kalau Revan dekat dengan Gei, secara mereka sepupuan, "Jadi kata nya itu Vampire itu orang nya penyendiri, karna kurang bersosialisasi jadi Vampire itu punya sesuatu yg paling dia sayangi, entah itu orang atau benda"
"Contoh nya?" tanya Zaki
"Contoh nya dia menyukai seseorang, nah dia pasti berjuang dan berusaha buat melindungi orang yg dia sukai, atau sekali dia mendapatkan dia pasti tidak akan pernah melepaskan"
"Kalau tidak dapat? atau orang yg dia sukai memilih orang lain?" tanya Gei cepat.
"Katanya sih, kalau dia tidak dapat, orang lain juga tidak"
"Apa maksud mu?" pekik Revan segera bangkit dan menatap Klaren lekat.
Klaren tambah gugup saja, "Mungkin dia akan melukai orang itu, jadi orang lain tidak akan mendapatkan nya lagi"
"Vampire juga sangat tertutup, jadi dia terbuka hanya kepada orang terdekat, bahkan bisa-bisa kepada orang tua nya juga mungkin dia tidak terbuka"
"Lalu kepada siapa dia akan terbuka?" tanya Revan antusias
"Mungkin kepada sahabat, saudara kandung, kekasih, atau orang yg dia sayangi" jawab Klaren.
"Kita sudah sampai" ucap Zaki menghentikan mobil nya dan mencari tempat parkir di sekitar.
"Loh kok rumah sakit?"
"Rumah sakit?" heran Revan melihat ke kanan kiri, apa maksud nya rumah sakit?
Klaren menggigit bibir nya karena gugup, sementara sang ayah nampak bingung,
"Maaf Gei aku ngk bisa jagain bunda, bunda lagi sakit, bunda kecelakaan"
"Apaaaa? kenapa ngk bilang dari tadi sih" bentak Gei panik hendak keluar namun pintu masih terkunci.
"Sebentar nak, kita parkir dulu, nanti kamu ngk tau dimana ruang inap nya"
Gei terdiam dengan wajah pucat, ruangan inap itu artinya bunda nya sakit separah itu hingga harus menginap.
Jujur Revan tidak bisa berucap apapun kali ini, melihat keadaan bunda nya Gei terbaring di kasur dengan keadaan kepala di perban, jujur saja ternyata ini namanya rumah sakit, tempat untuk merawat orang sakit.
Gei terdiam, dia menangis dalam diam, tak ada yg bisa menjelaskan ataupun membujuk.
Gei hanya membenamkan wajah nya di atas kasur, terus menggenggam tangan bunda nya dengan tangan gemetar.
"Gei...maaf, aku ngk nepatin janji, aku ngk bisa jagain bunda" lirih Klaren
Hening, Gei tidak menyahut, pemandangan seperti ini memang sangat menyedihkan, apalagi menyadari keadaan Gei, dia seharusnya bisa menangis kencang sambil berteriak menyebut bunda, tapi entah mengapa dia hanya menangis dalam diam, bahkan itu lebih sakit jika harus berteriak tak jelas.
"Dia manusia biasa, bukan penghuni immortal world, sekarang aku tau, rahasia yg di jaga ketat oleh kakek, nenek, ayahanda, pamanda, dan ibu bukan lah sekedar rahasia biasa, apa itu artinya dahulu Gei tinggal di dunia manusia ini, ahk tapi aku tidak yakin, bagaimana bisa Gei hidup bertahun-tahun tanpa ibu kandung nya, dan malah hidup dengan orang lain?" batin Gei dengan segudang pertanyaan yg masih belum bisa dia ungkapkan dalam hati.
STAI LEGGENDO
QUEEN IMMORTAL WORLD
FantasyImmortal Worl, dunia yg terletak di dimensi lain dari bagian bumi manusia, sesuai dengan namanya yaitu dunia abadi, dunia dimana banyak hal yg mungkin terjadi di luar nalar manusia, dan di luar kendali manusia biasa. kehidupan yg di penuhi dengan au...
