Milikmu

381 47 3
                                    

AUTHOR'S POV.

Di luar jendela kamar rumah sakit hujan deras.

Seokjin masih dalam posisi siang tadi. Dia tercenung memandang ke luar jendela. Titik air yang begitu besar-besar jatuh menimpa atap gedung dibawah rumah sakit tempatnya di rawat.

Sementara Ara tertidur di sofa empuk di dalam ruangan itu.

Tapi Seokjin sama sekali tak bisa memejamkan matanya. Pikirannya hanya ada pada pemuda yang sedang sangat jauh darinya sekarang.

Semarah apapun dia pada pemuda itu, dia selalu berpikir tentangnya. Apakah dia aman di luar sana ?? Apakah dia juga kehujanan ?? Apakah dia kedinginan ?? Apakah dia sudah memakai jaket tebalnya ?? Cukup oksigen kah dia ??

Seokjin sangat ingin tidak punya pikiran apapun tentang pemuda yang telah mengkhianatinya itu. Tapi sekali lagi dia tak bisa. Tanpa disadarinya, hatinya telah dimiliki pemuda itu. Dan sekarang dia harus merenggut kembali hatinya untuk diambil kembali dan menjadi miliknya kembali. Miliknya sendiri. Tapi jauh di lubuk terdalam hatinya, dia tetap mengkhawatirkan pemuda itu.

Walaupun Seokjin percaya pada kemampuannya tapi tetap saja dia mengkhawatirkan pemuda itu. Bagaimanapun juga dia masih muda, begitu berambisi, begitu banyak vitalitas. Banyak hal yang bisa dilakukannya dengan kenekatannya. Tapi Seokjin juga paham bahwa Namjoon bukanlah pemuda yang tanpa perhitungan. Kadang dia memang ceroboh tapi ketika menyangkut banyak orang dia akan bisa sangat berhati-hati.

Sebagai mahasiswa yang bergelut di komunitas penggiat alam bebas di kampusnya. Dia dan komunitasnya banyak belajar tentang bagaimana berkegiatan di alam. Mereka menguasai ilmu Climbing, hiking, mountenering, survival, first aid, SAR atau biasa kita kenal Serve and Rescue.

Jika ada bencana alam di suatu tempat maka komunitas yang pertama di kontak adalah komunitasnya. Jika SAR daerah dan nasional atau tentara masih butuh koordinasi yang lama untuk bergerak, tidak dengan komunitas Namjoon. Mereka secara sporadis akan bergerak berbarengan dengan cepat ke tempat bencana dan melakukan apapun yang bisa dilakukan. Terjun langsung di tengah masyarakat yang membutuhkan pertolongan. Tentu saja dengan membawa skill yang mereka punya.

Demikian hal nya jika ada seseorang atau rombongan pendaki hilang di gunung, hutan atau taman nasional. Komunitas Namjoon akan bergerak bersama Ranger, tim SAR dan volunteer untuk mencari korban akan melakukam jungle rescue. Dia paham semua jenis peta, kompas, dia bisa menembus hutan seorang diri tanpa lewat jalur biasa dan yang terpenting dia tahu bagaimana cara menangani korban jika terluka.

Sama halnya ketika Seokjin hendak bunuh diri dua kali, Namjoon bisa mengatasinya, sendirian.

Mungkin hal itulah yang membuat Seokjin tidak bisa tenang ketika Namjoon jauh dari dirinya. Tak bisa melihatnya berkutat dengan alat dan tali yang sempat dikenalkan padanya. Namjoon terlihat jauh dan tak tersentuh olehnya.

"Oppa.....kenapa belum tidur....??"

Ara tiba-tiba sudah berada di sampingnya.

"Di luar hujan..."

Jawab Seokjin pelan sambil menerawang.

"Iya di luar hujan. Tadi suster menelponku, Bobby sama seperti oppa, dia tak mau tidur. Maunya melihat titik air hujan diatas balkon..."

Tiba-tiba air mata Seokjin jatuh di pipinya yang pucat dan tirus ketika mendengar itu. Baby Bobby dan dirinya merasakan hal yang sama. Seokjin merasakan apa yang dirasakan baby Bobby sekarang. Mungkin baby Bobby juga sedang memikirkan pemuda yang sedang menantang maut diatas sana. Daddy Namjoon.

Seokjin memandangi jari-jari kirinya yang separuh tertutup perban. Di sanalah Namjoon menciumnya ketika pamit padanya. Hal itu membuat lehernya tercekat.

"Oppa, ada apa ?? Sssssttt....ssssttt....ada apa oppa ?? Apa oppa mau aku peluk ??"

Seokjin memandangi mata Ara yang bening dan bundar. Air matanya tambah bercucuran ketika dia bertatapan dengan gadis itu.

Tanpa menunggu jawaban dari Seokjin, Ara merengkuh Seokjin dalam pelukannya. Dia sangat paham apa yang dirasakan pria ini sekarang.

Sayatan di tangan kirinya adalah bukti cintanya pada seorang Namjoon. Jika pria ini tak mencintai Namjoon sedemikian besarnya maka dia tak akan sampai melakukan ini. Pria ini adalah pria yang punya segalanya. Jika dia menginginkan seseorang untuk jadi miliknya maka dia tinggal tunjuk dengan jari telunjuk kirinya. Tapi pria ini hanya menginginkan Namjoon. Hanya Namjoon. Kenyataan itu terasa sangat pahit untuknya.

"Dia akan baik-baik saja oppa, doamu dan doa baby Bobby sudah sampai padanya. Lagipula dia pemuda paling bandel yang pernah kutemukan. Dia akan bisa keluar dari kesulitan walaupun sesulit apapun itu. Dia tak mudah dikalahkan. Lagipula dia milikmu, oppa akan menjadi motivasi terkuat untuk dia kembali kesini dengan selamat. Percayalah, kemampuan survival nya di alam 500 kali lipat dari kemampuanku. Dia akan kembali pada kita, segera"

"Aku sudah tidak mengkhawatirkan apapun atau siapapun, dia bukan urusanku lagi"

Jawab Seokjin getir.

Tubuh Ara tenggelam dalam pelukan tubuh keras Seokjin.

"Besok hubungi Emily, suruh dia menghadap padaku. Bantulah dia untuk membentuk tim untuk ikut memantau ke Nepal..."

Dengan hati lega, Ara menenggelamkan wajahnya di dada Seokjin.

"Apa...apa oppa sudah bisa memaafkan kami...??"

Secepat itu ??

"Tidak. Ini karena hubungan profesional perusahaan dengan tim world seven summit kalian"

Ara kecewa tapi tetap mengetatkan pelukannya di tubuh Seokjin karena dia yakin semarah apapun Seokjin pada Namjoon, dia akan tetap melindungi Namjoon dan memastikan keselamatannya.

Ara sadar sedang dikelilingi pria-pria yang baik. Seokjin dan Namjoon adalah pria-pria pilihan yang sangat baik. Tapi dia, dia merasa dialah sumber dari masalah ini sekarang.

''Baby Bobby....bisakah kita melakukan panggilan video padanya ?? Aku ingin melihat...ingin melihat dimpel....di pipinya"

*****

Dear Namjoon...Where stories live. Discover now