I'm a bastard

328 44 10
                                    

NAMJOON'S POV.

"No...jangan lakukan ini padaku Hyung. Beri aku kesempatan untuk menjelaskan semuanya. Selama ini aku terima saja apapun yang hyung katakan padaku tapi bolehkah sekarang Joonie men....."

"Tidak !! Aku tak mau mendengarkan apapun lagi. Kamu sudah tak akan pernah kupercaya lagi...."

Datar dan dingin. Aku baru melihat sikap Jin Hyung yang ini.

"Hyung tak adil padaku...."

"Lebih tak adil lagi kamu padaku. Aku mempercayaimu. Sangat mempercayaimu dan lihat apa yang kudapat sekarang ?? Hah bisa kamu lihat sendiri kan ??"

"Sudah kukatakan aku tak butuh maaf darimu Hyung tapi tolong dengarkan dulu penjelasanku. Aku melakukannya pada Ara karena aku mabuk...."

"Tutup mulutmu. Jangan sebut nama Ara lagi disini. Dia ibu dari anakku sekarang...."

Aku hanya menggelengkan kepalaku. Aku tak habis pikir lagi bagaimana  harus menghadapi ini.

Ini benar-benar kacau.

"Aku bersalah pada kalian tapi jangan lakukan ini padaku Hyung. Bagaimana mungkin Hyung mengusirku dari kehidupan kalian bertiga. Bagaimana aku bisa hidup dengan menanggung beban seberat itu ??"

"Itu masalahmu bukan masalahku"

"Dengar Hyung, aku mabuk waktu itu, mabuk berat, Hyung tak ada karena sedang bersenang-senang dengan perempuan...."

"Bersenang-senang katamu ?? Aku sedang pergi bekerja !! Kau tahu itu bocah ?? Dan lihat dirimu....kutinggalkan sebentar saja kau sudah meniduri gadis yang kau akui sebagai sahabat karibmu yang tak akan pernah kau perlakukan dengan tidak hormat....hahaha...."

Aku terpukul sekaligus malu tak terkira mendengar kata-katanya.

Iya aku memang brengsek. Kalau bukan karena foto-foto dan video pengakuan Ara itu, aku tak akan pernah tahu bahwa aku telah meniduri sahabatku sendiri bahkan dari perbuatanku itu telah lahir seorang bayi.

Betapa brengseknya aku. Aku malu sekali  untuk bertatapan dengan Ara. Aku berdosa sekali terhadap gadis itu.

Setelah menertawakan ku, Jin Hyung kembali serius menyetir. Melihat jalan di kanan dan kiriku, aku mulai tahu ini ada di daerah mana. Aku sangat mengenali daerah ini.

"Banyak yang kau ajarkan padaku. Tentang dedikasi, tentang tekad, tentang kasih sayang dan cinta, tentang cara memperlakukan orang tua. Dan terutama tentang persahabatan sejati. Kamu dan Ara. Melihat kalian berdua aku sempat berpikiran bahwa persahabat sejati antara  pria dan wanita itu benar-benar ada. Saling peduli, saling melindungi walaupun hubungannya hanya sebatas sahabat. Tapi sekarang pandanganku tentang kalian telah kau rusak sendiri. Bullshit !! Bahwa pria dan wanita bisa bersahabat...kau dengar itu Namjoon ?? Bullshit !!!"

Telingaku berdenging setelah Jin Hyung meneriakkan kata itu dengan keras dan penuh emosi lalu menambahkan kecepatan mobilnya. Dia melesat di jalanan yang untungnya jalanan sepi.

"Hyung...!! Hyung....!! Santailah atau biarkan aku yang nyetir. Please !!"

"Kau sama saja dengan orang diluaran sana yang pergi begitu saja setelah selesai bekerja dan mengambil uang dariku, mereka mengabdi padaku karena uangku, kau sama seperti Hana yang pergi begitu saja meninggalkan aku sendirian menderita. Kau sama saja dengan ibuku yang terus menerus menyakitiku....!!!"

"Aku tak berani minta maaf darimu Hyung...sungguh....aku ingin....tapi aku sadar aku tak layak mendapat maafmu...."

Aku melihat wajahnya memerah diatas kemeja hitam yang dipakainya. Orang terkasihku ini bukan hanya marah padaku tapi dia sangat terluka olehku. Kedua tangannya mencengkeram kemudi dengan sangat erat.

"Sekarang aku mau tanya padamu, jawab dengan jujur, apakah kamu mendekatiku untuk melicinkan usahamu untuk mendapatkan kucuran dana ekspedisi dariku seperti yang ibuku bilang padaku ??"

Aku ngeri melihat ke depan ketika mobil ini tak mengurangi kecepatannya.

"Tidak !! Tentu saja tidak. Hyung bisakah kita berhenti dulu ?? Atau biarkan aku menyetir. Oh Hyung andai saja Hyung tahu bagaimana perasaanku padamu..."

"Jawab saja tak usah bertele-tele"

"Iya akan Joonie jawab tapi tolong berhentilah dulu...tolong...!!"

Dan semakin ngebut. Sepertinya aku semakin dekat dengan maut. Baiklah mungkin dia memang mau membunuhku kali ini. Tidak, bukan hanya berniat membunuh diriku tapi juga membunuh dirinya sendiri.

"Oh Hyung....."

Aku memalingkan wajahku padanya. Aku berharap jika aku memang harus mati saat ini, aku berharap wajah inilah yang aku lihat terakhir kalinya.

*****

Setelah puas memandangi wajahnya, berlahan aku memejamkan mataku.

Aku tak mau menyaksikan hantaman mengerikan terjadi di depan mataku langsung dimana aku sendirilah korbannya.

Tapi tabrakan atau apapun apalah itu, tak pernah terjadi. Jin Hyung mengerim mobilnya dan berhenti dengan berdecit yang membuat mataku otomatis terbuka.

Kami sedang berada diatas jembatan. Menuju bukit Yuldong tempat biasanya aku rock climbing.

Jembatan ini adalah tempat peryama kalinya kami bertemu. Tempat Jin  Hyung hendak bunuh diri.

"Ini adalah tempat aku bertemu seorang pemuda yang sangat menyenangkan yang menjanjikan aku sebuah janji-janji lucu dan konyol...."

Suasana sunyi di dalam mobil dipecahkan oleh suaranya yang pelan tapi terdengar dia kesakitan.

"....dia bilang padaku bahwa dia akan mencintaiku dan  membawaku melihat burung. Dan benar saja, dia membawaku melihat burung dan memberiku hadiah sebuah 'burung' yang rasanya luar biasa bagiku. Burung itu membuatku tak bisa lagi menikmati cinta atau perhatian dari wanita lain....yang selalu kuingat hanya burung nya dan aku dibuat seperti kecanduan. Efeknya seperti morphin...."

Aku tahu dia mabuk. Apa yang keluar dari mulutnya tak seperti kata yang biasa keluar dari bibir seorang pria bernama Kim Seokjin ini. Aku sangat paham apa yang dia maksud itu ditujukan padaku.

"...ketika malam tiba...aku terbaring sendirian...."

Jin Hyung meletakkan kepalanya diatas kemudi lalu menolehkan kepalanya padaku. Matanya tampak merah dan kuyu. Tapi itu semua sama sekali tak mengurangi ketampanannya. Dan aku memutuskan mendengarkan semua unek-uneknya tanpa menyela. Aku berharap setelah dia mengeluarkan unek-uneknya maka dia akan semakin mudah kuajak berbicara.

Dibelakang kami mobil tiga pak Tolol sudah berhasil menyusul kami. Berlahan Jin Hyung mengangkat kepalanya, membuka jendela dan melongok kan kepalanya keluar.

"Pulanglah kalian. Aku masih ada urusan dengan pemuda ini !!"

Serunya dengan keras.

"Tapi tuan...."

"Pulanglah !! Kalian dengar ??"

"Ba-baiklah !!"

Jin Hyung memasukkan lagi kepalanya lalu setelah itu aku mendengar deru mobil berbalik arah meninggalkan kami berdua.

"Terbaring sendirian dan aku capek sekali. Beberapa malam ini aku tak bisa tidur nyenyak..."

Aku hendak menyahutinya tapi kembali Jin Hyung meneruskan kata-katanya.

"Baby Bobby banyak menangis karena mencari ibunya...."

Bobby menangis ?? Mencari ibunya ??

"Maksud Hyung ??"

"Yah....aku memisahkan mereka berdua. Ara ku kunci di dalam kamar dan Bobby di kamar lain...."

"Owh Hyung...maksudnya Bobby Hyung biarkan tak menyusu pada Ara lagi ?? Lalu...lalu...Bobby bersama siapa ?? Apa dia tidak diberi susu hingga menangis terus karena kelaparan ?? Hyung...Hyung...jawab aku...."

Jin hyung hanya diam saja sementara dadaku rasanya sesak.

                            *****

Dear Namjoon...Where stories live. Discover now