Wrong Room

445 43 2
                                    

NAMJOON'S POV.

Teganya eomma. Beliau mengatur kamar kami berdua begitu jauh. Aku di lantai bawah, di kamar yang kutinggali sejak kecil. Dan Jin Hyung dilantai atas. Sialnya lagi, ketika hendak ke kamar Jin Hyung aku harus melewati kamar appa dan eomma.

Jadi malam ini kami makan malam berempat dirumah. Hanya berempat tapi suasananya begitu hangat. Appa dan eomma memang orang-orang yang hangat. Sahabat-sahabat ku dulu sangat suka berada di rumahku karena kehangatan dan keramah tamahan kedua orang tuaku.

Aku melihat mata Jin Hyung berbinar-binar ketika menjawab semua pertanyaan mereka. Aku sadar dia sangat menyukai kehangatan berada diantara keluargaku karena menurut pengakuannya dia tak pernah merasakan kehangatan keluarga. Dia hanya dilimpahi uang dan fasilitas, tapi tanpa kasih sayang.

Tapi entah mengapa aku heran, ada begitu banyak kebaikan dan kearifan yang dimilikinya walaupun dia tak mendapatkan contoh dari orang-orang yang membesarkannya.

Jadi akhirnya aku menemukan sebuah pelajaran, bahwa dari mana kamu tumbuh tak akan menjamin kau akan menjelma menjadi orang yang sama. Kebijaksanaan dan kearifan serta tingkah laku bisa kau pelajari dari orang lain dan lingkungan. Begitu pula sebaliknya, siapapun yang terlahir dari lingkungan dan orang tua yang baik tak menjamin dirimu akan menjadi orang baik. Karena pada hakekatnya, sepanjang perjalanan hidupmu, akan tiba saatnya kamu memilih akan menjadi apa dan bagaimana dirimu.

Eomma begitu perhatian pada Jin Hyung, menyendok kan makanan ke piringnya. Sedangkan aku dibiarkan menyendok sendiri. Appa juga begitu, dia terus mengajak jin Hyung berbicara, aku diabaikan seolah aku tak ada diantara mereka.

Akhirnya aku hanya bisa memandangi pria indah yang duduk di depanku ini. Aku seperti anak tiri yang tak dianggap di dalam keluarga. Kedua orang tuaku sibuk dengan pria yang eomma anggap 'putra' nya juga.

"Eomma senang sekali anda mau berkunjung ke rumah kami. Kami seperti punya putra yang lain selain Joonie"

Ya eomma...andai saja eomma tahu apa yang telah dilakukan oleh 'putra-putra' eomma ini.

Dan sekarang 'putra-putra' eomma dipisahkan oleh lantai, oleh ruang dan kamar. Ketika tadi aku mencoba ikut naik ke lantai atas, tiba-tiba eomma muncul dihadapan kami.

"Joonie bukannya kamarmu disitu ?? Biar eomma yang mengantarkan Seokjin ssi keatas"

Kakiku yang sudah naik satu tangga langsung turun lagi. Jin Hyung tersenyum dikulum, aku masuk ke kamarku saat bahu Jin Hyung di dorong naik keatas oleh eomma.

Dan sekarang aku tak bisa tidur. Aku kelelahan tapi tak bisa tidur. Sudah dua malam aku tidur dengan memeluk Jin Hyung, mencium aroma tubuhnya. Ketika saat ini aku hanya memeluk bantal dan mencium aroma rose pengharum ruangan.  Dan hasilnya aku tak bisa tidur.

*****

SEOKJIN'S POV.

Aku tak bisa tidur. Ranjang empuk dan hangat ini tak bisa membuatku tertidur dengan cepat. Wajah pemuda yang sedang tidur di kamar yang ditempatinya sejak bayi itu selalu membayangiku.

Kami sudah punya janji bahwa sebisa mungkin akan terus bersama sebelum dia seven summits. Itu akan terjadi sebentar lagi.

Aku tak bisa membayangkan dia sebentar lagi akan bertarung dengan suhu dan ketinggian, dengan hipotermia, dengan resiko frostbite dan dengan altitude. Dengan maut.

Sebentar lagi aku tak akan bisa memegang tangannya karena tangannya akan disibukkan oleh alat-alat mountaineering nun jauh diatas sana. Tapi aku sadar itu adalah pilihan hidupnya, itu impiannya. Aku sama sekali tak berhak untuk menghalangi.

Dear Namjoon...Donde viven las historias. Descúbrelo ahora