Pregnant

404 37 20
                                    

SEOKJIN'S POV.

Gunung Elbrus ketinggiannya mencapai 5.642 MDPL di Rusia adalah summit' kedua Joonie.

Saat ini mereka sudah ada di Rusia. Aku terus mendapat laporan dari kru yang stay disana mengikuti rangkaian acara tim summiter.

Joonie dan tim kerap kali muncul di siaran televisi nasional Korea. Mereka berlima mendapatkan apresiasi yang sangat bagus dari masyarakat. Menjadi putra-putra kebanggaan setelah berhasil mengibarkan bendera Korea Selatan di puncak JayaWijaya di Indonesia. Dan gunung selanjutnya adalah Elbrus di Rusia yang merupakan lempeng Afrika.

Aku dan Joonie kerap terjebak dalam obrolan yang panjang dan penuh rindu. Dan dia kerap kali memintaku datang ke Indonesia untuk mengunjunginya di saat dia berada pada masa transisi dan recovery sebelum berangkat pada summit' berikutnya yaitu gunung Elbrus di Rusia.

Tapi demi kebaikannya dan kebaikanku sendiri aku tidak menyanggupi untuk mendatanginya. Lebih baik dia berkonsentrasi penuh pada tujuannya sebagai seven summiteer. Dan sebagai pemuda yang penuh dedikasi dia tak keberatan dengan penolakan ku.

Tapi aku sadar bahwa ini masih gunung pertamanya. Aku belum bertemu dengannya hanya beberapa minggu. Aku juga tidak tahu daya tahanku sampai berapa lama untuk tidak mengunjungi dia di negara yang sedang di datanginya sekarang.

Aku memfokuskan diriku pada pekerjaan tanpa mengabaikan keberadaan Joonie. Dia terus kupantau lewat kru yang ada disana.

Aku terus bekerja untuk memecah konsentrasiku akan sosok Joonie. Sampai larut malam kadang aku bekerja di kantor hingga tak ada seorangpun di kantor.

"Tuan...tuan....nona Ara...."

Tiba-tiba pak Tolol muncul dihadapanku dengan tergopoh-gopoh masuk ke dalam kantor.

"Ada apa pak ??"

"Barusan dia menelpon saya. Suaranya lemah sekali. Dia hanya bilang 'tolong saya...tolong saya....''

Tanpa berpikir panjang aku langsung beranjak dari kursiku dan bergegas keluar sambil menyambar jas yang kusampirkan diatas kursi.

"Ayo cepat pak. Dia pasti di apartemennya"

Aku dengan pak Tolol berlari tergesa turun. Lalu bergegas naik ke mobil dan melesat dengan cepat ke apartemen Ara.

Ada apa lagi dengan gadis itu ?? Hampir seminggu aku sedikit lupa padanya. Aku pikir dia baik-baik saja setelah berbicara denganku dulu. Dia sudah terlihat normal dan ceria ketika aku telpon terakhir kalinya.

Setelah sampai di parkiran apartemen aku langsung naik dan pak Tolol berlari mengikutiku.

Setelah sampai di unit apartemennya aku langsung memencet bel tapi tak ada yang membuka pintu.

"Di telpon saja tuan"

Ujar pak Tolol. Dan segera aku mengambil ponsel dan menelponnya.
Dan ternyata itu efektif. Dia langsung mengangkat telpon ku.

"Ara yah....buka pintunya. Kami di depan..."

"Seokjin ssi....tolong saya...."

Ujarnya sangat lemah.

"Iya kami datang kesini untuk membantumu....bisa buka pintu buat kami ??"

"Aku...susah bangun...tuan...."

"Okey...kamu sebutkan kodenya saja biar kami buka pintunya sendiri..."

Itu ide yang praktis dan dia langsung menyebutkan kodenya dengan lemah.

Beberapa menit kemudian kami sudah berada di dalam apartemennya.

Kami menemukan Ara terbaring dengan lemah dengan hanya memakai piyama tipis ditubuhnya. Wajahnya pucat pasi.

Dear Namjoon...Where stories live. Discover now