Dua Puluh Dua

415 20 20
                                    

Happy Reading 📍

~Aku lupa aku punya luka~
🍃

Haura menatap mata Haira, dirinya tak kuat menahan air mata melihat kembarannya.

"Hairaa.."

Haura memegang kedua pundak Haira bermaksud untuk menguatkannya.

"Maafin aku" ucap Haura serak.

Giliran Haira menatap Haura, Haura malah mengedarkan pandangannya. Haira tersenyum getir beralih melihat sekitarnya banyak orang yang memasang wajah iba, Haira benci itu.

Haira melihat seorang wanita memakai dress putih yang sangat cantik, Haira tersenyum manis kepadanya.

"Tante..." gumam nya kemudian menghampiri Andin dan memeluknya.

Haira merasa heran, tidak ada balasan dari Andin.

"Udah drama nya?" tanya Andin ketus.

Haira langsung mengurai pelukannya, menatap Andin dengan mata sembabnya.

Andin menepis kasar tangan Haira yang tadi sempat memegang kedua pundaknya.

"Bisa ga sih kamu sekali saja tidak membuat malu keluarga Wijaya?! Coba bersikap dewasa Hairaa!" ucap Andin penuh penekanan di setiap katanya.

Haira terus menatap Andin tak percaya, baru kali ini dia melihat Andin semarah itu padanya.

Haira menarik sudut bibirnya.
"Siapa sih orang yang mau di maki di depan umum?"

Sontak Andin membeku mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut Haira.

"Dan siapa?, orang yang hanya diam ketika disalahkan untuk perbuatan yang sama sekali tidak ia lakukan!" tegas Haira dengan suara parau.

Plak

"Cukup Haira cukup!! Kamu membuat Tante malu di acara Tante sendiri, sekarang kamu pergi!! Tante muak lihat kelakuan kamu!!"

Haira memegang pipinya yang panas akibat tamparan Andin, jujur saja tamparan itu tidak sebanding dengan luka hati nya saat ini.

"Kenapa cuma satu kali?" Haira memegang tangan Andin dan menampar namparkan nya di pipi nya sendiri

"Tampar aku sampe Tante puas!!!" sentak Haira.

"CUKUP!!" Andin melepaskan tangannya kasar.

"Sekarang kamu pergi dari sini, karena Tante gamau liat kamu lagi!" ucap Andin dengan penekanan di setiap katanya.

Haira hanya diam tanpa ekspresi melihat Tante nya semarah ini padanya.
Dan lihat semua orang hanya asik menonton, bahkan Bunda nya tidak bergerak sedikit pun untuk sekedar memberi kalimat pembelaan.

Haira muak akan itu semua, dirinya memilih untuk pergi dari hadapan mereka semua.

"Sepatutnya memang Haura terlahir tunggal"

Dada Haira sesak mendengar perkataan Lena, meskipun terdengar seperti gumaman tapi Haira masih bisa mendengarnya.

Haira tak menghiraukannya melanjutkan langkahnya untuk keluar dari acara pertunangan Tante nya. Toh semua orang disana memang mengharapkan Haira tidak ada.

****

Haira berjalan tanpa arah, kemudian mendudukkan dirinya di bawah pohon yang rindang, menatap danau yang cukup besar dihadapannya.

Air mata Haira sama sekali tidak berhenti menetes meskipun Haira mengusapnya berkali kali.

"Cengeng" celetuk seseorang di samping Haira.

Different TwinsWhere stories live. Discover now