Tujuh Belas

354 21 4
                                    

~Biarkan aku dengan kebahagiaan ini dulu, aku belum siap melangkah untuk bagian luka~🍃

Pukul 18.45 Haira baru menginjakkan kaki di rumah nya.

Haira menarik nafas nya dalam dalam, berharap banyak oksigen yang masuk ke paru paru nya agar diri nya tenang.

"Huftt oke Haira apapun yang terjadi nanti mau di siksa lagi, dimaki lagi, itu resiko" ucap nya kepada diri sendiri.

Haira melangkahkan kaki nya membuka pintu rumah nya, tampak sepi batinnya.

"Bunda? Ga di rumah?" gumam nya.

Mungkin Dewi Fortuna kini sedang berpihak kepada nya, Bunda nya sedang tidak ada di rumah jadi dia tidak perlu mengarang alasan lagi kenapa dia tidak melakukan perintah sang Bunda tadi.

Tanpa berpikir lama, Haira langsung berlari menuju kamar nya berniat merebahkan diri nya yang lelah.

Brukk

Haira menjatuhkan dirinya diatas kasur king size nya, menatap langit langit.Bau khas Rion yang sehabis bertanding tadi melekat di baju Haira menyeruak masuk ke hidung Haira.

Dia tersenyum mengingat kejadian dimana dirinya dipeluk sangat erat oleh Rion,mata nya terus menatap langit langit kamar nya.

"Ra?dari mana?" tanya seseorang dari balkon kamar favoritnya.

Haira tertegun, dia bertanya tanya pada diri nya sendiri sejak kapan ada orang dikamar selain diri nya.

Haura bangkit dari balkon,beralih duduk di samping Haira yang tengah merebahkan diri.

Haira melirik Haura sekilas.'Ah iya dia kan tidur di kamar gue' batin Haira.

"Raa?" panggil Haura sekali lagi.

"Nonton basket" jawab Haira jutek.Haura mengangguk paham, kembarannya itu menyukai basket jadi ga heran.

"Bunda kemana?" kini Haira yang bertanya.

"Keluar kota ngurus bisnis Ayah" ucap Haura

Mereka berdua, dikamar Haira hanya dihiasi keheningan, tidak ada satu pun yang mengalah menghidupkan suasana.

"Novel kamu? Mau ga terbit? Aku punya temen penerbit karya" tawar Haura menatap Haira.Yang di maksud Haura adalah Alice, kakak temannya itu adalah seorang penerbit yang secara tidak langsung Alice pun ikut terlibat jika ada seseorang ingin menerbitkan karyanya menjadi buku.

"Kenapa? Sejak kapan lo tau gue nulis novel?" tanya Haira sedikit tak suka.

"A-Aku ga sengaja baca tadi di meja balkon-" ucap Haura terbata

"M-maaf"

Haira mengedarkan pandangannya yang sempat bertatap dengan Haura.Haura yang di perilakukan seperti itu merasa tak enak hati, ia mengira buku yang dia baca tadi sebuah bacaan biasa.

"Maaf Ra" pinta Haura sekali lagi, berharap Haira menjawab nya walaupun hanya sebatas deheman.

"Iya"

Different TwinsWhere stories live. Discover now