Empat

499 27 2
                                    

~Dia hanya sekedar kasian bukan sayang,aku harap kamu paham🍃~

Pulang sekolah Haira memutuskan untuk ke suatu tempat terlebih dahulu sebelum ia pulang ke rumah,sudah lama dia tak kesana.

Sesampainya disana Haira langsung berjalan ke tempat yang ia tuju.
Haira tersenyum membaca nama di batu nisan itu.

"Hai ayah,apa kabar?" Haira jongkok didepan makam sang ayahnya,mengusap batu nisan bertuliskan Revan Aditya Wijaya.

"Udah berapa lama Haira ga ketemu ayah?,H-haira kangen ayah" suara Haira serak menahan tangis.

"Ayah tau ga?kak Haura prestasi nya bagus banget ga kaya Haira,Haira itu nakal ayah,Haira ga berguna,Haira ga punya prestasi apa apa,Haira cuma beban buat keluarga iya kan ayahh iya kan?!!" runtuh sudah pertahanannya,Haira menangis sejadi jadinya di makam sang Ayah.

Hati Haira sesak mengucapkan kalimat" tadi,itu adalah kalimat yang membuat Haira menjadi anak yang paling lemah di dunia.

"Ayah pasti malu kan punya anak kaya Haira? Boleh ga sih Haira nyusul Ayah ke surga?Haira cape yah."

"Haira pengen di peluk Bunda,Haira pengen dibelai Bunda,Haira pengen di manja Bunda Haira pengen Ayahhhhh,tapi kata Bunda Haira ga pantes dapet itu semua.Gapapa hehe Haira kan putri Ayah yang paling kuat iya kan Ayah?" Haira mengusap air matanya,memaksa bibirnya untuk menyunggingkan senyuman.

Tiba tiba saja hujan deras mengguyur,Haira menatap langit menengadahkan wajahnya ke atas agar air hujan menerpa wajahnya.

Haira kembali menatap batu nisan sang Ayah.

"Ternyata hujan peka ya Yah,dia datang saat Haira menangis didepan Ayah.Dia menyamarkan suara Haira biar Ayah ga denger Haira nangis."

"Ayah,Haira pamit pulang dulu ya.Bahagia disana Yah,Haira selalu doain Ayah"

Haira melambaikan tangan pergi dari pemakaman dalam keadaan basah kuyup karena hujan masih mengguyur.

******

Haira duduk di halte menunggu taksi online yang dia pesan tadi,angin beserta hujan terus saja membuat Haira bergidik kedinginan.

Handphone nya berbunyi, tertera nama Aca disana.
Buru buru Haira mengangkatnya

"Hallo"

"Hairaaaaa gue kangenn sama loo"seru orang di seberang sana

"Najis,kenapa?tumben banget lo telpon?"

"Heh masa iya,gue ga boleh kangen sama sahabat gue sendiri"

"To the point Aca gue kehujanan nih,dingin" ucap Haira malas

"Ishh lo kehujanan?emang lo dimana?Ga bawa mobil emang?pulang atuh" saran Aca di telepon

"Gue abis dari makam,lagi nunggu taksi"

"Ooh iye-iye,jadi gini gue besok pulang ke Jakarta bokap gue pindah tugas lagi.Oke lagi,dan gue sekolah disana lagi.Seneng ga ketemu gue lagi?" tanya Aca

"B aja" Haira memutar bola mata malas

"Dih lo mah gitu, yaudah intinya besok jemput gue yaa sahabat Aca yang paling cantikk muachh,jumpa besok upill monyett"

"Ngomong apa lo!"

Tut.

"Sial si Aca,udah minta jemput ngatain gue lagi,untung temen"gumam Haira pelan.Kemudian dia masuk kedalam mobil taksi yang ia pesan.

Sampai rumah Haira disambut dengan tatapan tajam Bunda nya.
Menunduk, itu yang selalu ia lakukan jika bertatap dengan Bunda nya.

"Darimana saja kamu Haira?pulang sekolah itu langsung ke rumah!belajar,bukan keluyuran sampe basah begini,lihat Haura! contoh dia!!"

"Maaf Bunda,Haira dari makam ayah" jawab Haira pelan

Serra tertegun mendengar jawaban Haira

"Masuk kamar,mandi,jangan biarin kamu sakit karena ga ada yang peduli sama kamu" ungkap Serra,kemudian beranjak meninggalkan Haira.

"Haira tau itu cara Bunda peduli sama Haira, walaupun kata kata Bunda sedikit buat hati Haira sakit" batin Haira

Seulas senyuman terbit di bibir Haira.
Haira langsung melaksanakan apa yang Bundanya suruh tadi.

Haura POV

Aku setia menghadap ke laptopku dengan bolpoin yang tiap kali menggoreskan satu persatu materi.Sudah hampir 4 jam.

Aku menutup laptop,memfokuskan diri mendengar bentakan Bunda.

"Ira maafin kakak,kakak ga bisa buat apa apa buat ngelindungin kamu"ucapku pelan.Hatiku sesak mendengar Bunda memarahi Haira.

Aku kembali duduk di tempat belajar ku,tak lupa mengusap air mata yang tadi menetes tanpa sengaja.Aku tau sebentar lagi Bunda akan mengecek ku.

Ceklek

Pintu kamar terbuka,yap benar saja itu Bunda.
Aku tersenyum melihatnya.
Bunda membelai rambutku,aku hanya diam dengan mata tertuju pada laptop.

"Haura,sudah 4 jam kamu belajar waktunya kamu tidur ya nak,jangan biarin kamu kecapekan,obatnya jangan lupa diminum ya sayang" ucap Serra manis

"Iya Bunda"

"Bund,sampai kapan Bunda perlakuin Haira  serasa orang asing di mata Bunda,Haura takut Haira malah benci Haura Bundaaa Haura ga mauu" air mataku terus saja mengalir di pelukan Bunda jika hal ini kembali dibahas.

"Ini buat kebaikan kamu sama Haira nak,mending sekarang kamu tidur ya sudah malam" Serra mengecup keningku kemudian memakaikan selimut sebatas dada.

"Harus dengan cara gini?" aku kembali mendesak Bunda berbicara

"Bunda ga mau berdebat dengan kamu Haura,sekarang kamu tidur"
ucap Serra dingin

"Selalu saja"batin ku.

Aku melakukan apa yang diperintahkan Bunda sebelum tidur,yap ritualku memakan obat obatan sialan ini.
Tiba tiba darah menetes dari hidungku aku segera mengambil tisu untuk mengelapnya.

"arghh kepalaku"

Rasa pusing itu kembali menyerangku kali ini,aku memutuskan untuk tidur agar rasa sakit ini berkurang.

"Ya Tuhan kenapa takdir ini harus terjadi padaku dan Haira" gumamku.



Jangan lupa jejaknya Readers sayang ❤️
Gimana part nya?
Kritik dan sarannya juga jangan lupa ya
Maaf jika masih ada typo yang bertebaran.


Different TwinsWhere stories live. Discover now