Prolog ~

1.1K 86 3
                                    





















***













DISCLAIMER!

🍄Cerita ini hanya sebatas kehaluan yang gak sengaja lewat di otak penulis, gak ada sangkut pautnya sama Idol yang terlibat di dalamnya. Dimohon untuk bijak dalam membaca, bila ada typo, kata-kata kasar yang kurang pantas penulis minta maaf.🍄






















***

Happy Reading

***





















Plakk!















Satu tamparan berhasil mendarat pada wajahku, wajah yang sebelumnya masih terdapat luka memar yang begitu mengerikan jika di lihat. Aku hanya tersenyum miris, menunduk takut pada ayah yang sepertinya sangat marah kala itu.

"APA KAMU SUDAH GILA?! APA INI KELAKUANMU SAAT DI SEKOLAH?! LIAR, TIDAK PUNYA ETIKA!." Nafas ayah memburu, mencengkram rahangku setelah dia menamparnya lagi dan lagi. "Jika saja ibumu melihat ini, dia pasti akan sangat sedih. Kau tidak pernah berfikir kah?!."

Ibuku ya? Selama ini aku hanya tahu namanya, melihat seperti apa rupa ibuku aku tidak tahu, ayah bahkan tidak memiliki foto ibu. Apa Ibu akan kecewa melihatku? Apa Ibu juga tidak akan kecewa melihat kelakuan ayah yang seperti ini? Kasar dan suka main tangan. Seluruh tubuhku mungkin sudah di penuhi oleh lebam juga memar, dan yang terburuk adalah hatiku yang setiap hari harus terkoyak karena perkataan ayah yang kasar.

Dalam hati aku bertanya-tanya, apakah pantas seorang ayah seperti ini? Tidak, ayahku berbeda. Dia membenciku, sangat amat membenciku, diriku yang selalu salah di matanya.

"Maafkan aku," Menggeleng lemah, aku menatap ayah dengan sorot mata kecewa. Rasanya percuma saja aku menjelaskan sampai mulutku berbusa, ayah sama sekali tidak akan percaya padaku.

Sedikit kesalahan seakan membuat tangan ayah tak gentar untuk memberi sedikit lebam pada tubuhku, apa yang salah? Ayah hanya menggagapku anak pembawa sial, parasit keluarga yang akan terus menjadi benalu, seharusnya aku tidak lahir, dan perkataan ayah yang kurang mengenakan lainnya.

Saat ini kami berada di ruang tengah keluarga Jung, setelah kejadian dimana aku dituduh mendorong anak teman kolega ayah, hingga membuatnya terjatuh dari atas tangga dan membaut ayah di panggil oleh kepala sekolah, bahkan kehidupanku di lingkungan sekolah juga sama.

Aku sangat tidak disukai.

"Ayah! Sebaiknya kita dengarkan dulu apa yang terjadi dari mulut Jiyang, ayah jangan seperti ini." Kak Hoseok berbicara, memegang tangan ayah yang masih mencengkeram rahangku, aku hanya berharap rahangku tidak akan remuk saat itu juga, ini menyakitkan.

"Apa yang harus ayah dengarkan? Kebohongan dari mulut busuknya? Kau jangan ikut campur Hoseok, masuklah ke kamarmu! Ini biar jadi urusan ayah." Lagi dan lagi perkataan ayah sangat melukaiku, ini lebih menyakitkan dari pukulan keras yang ayah berikan pada tubuhku.

Aku menggeleng, memberontak saat merasakan ayah yang membawaku ke sebuah kamar, kamar yang lebih mirip seperti gudang. Gelap, kotor dan berantakan. "Aku mohon, lepaskan aku."

I Need You, Min! √Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu