BAB 65: Hujan

98 18 0
                                    

Bohong itu dosa dan Bintang melakukannya terlebih berbohong pada ibunya dan melakukan hal yang dilarang mementingkan ego hatinya. Namun di sisi lain, ada alasan lain Bintang melakukan itu. Dia tak ingin kisahnya berujung pelik seperti yang lainnya.

Meskipun hubungan tabunya tak banyak diterima orang namun tetap kisahnya harus punya ujung ending yang tak sesak harus sama-sama indah juga. Bintang memikirkan omongan dia soal kebohongan dia yang dilakukan pada ibunya.

Ibunya jelas akan lebih marah lagi soal kebohongan dia yang dipendam dalam dan akan lebih mengerikan lagi kalau itu terungkap begitu saja. Bintang tak ingin lantas mengacak rambutnya menjauhkan pikiran itu jauh-jauh.

Dia jalan di trotoar berseragam kemeja putih PMR-nya hingga terhenti di jembatan mobil yang bawahnya ada aliran sungai yang deras. Bintang memegang pembatas jembatan dari benda panjang warna kuning dari baja yang kokoh. Menatap aliran sungai itu yang kalau dilihat lama-lama horor.

Pupilnya terus merekamnya hingga sudah lama dia di sana terpegun menampakan wajah murungnya akan perasaan kalut soal kisahnya yang entah bagaimana lagi. Berbohong lebih lama hanya menyelematkan di awal dan entah di-ending akan aa kejutan yang pelan-pelan terkikis juga soal kebohongannya.

Air sungai itu kian deras dan warnanya berubah cokelat bercampur gemuruh di langit tak lama itu rinai berjatuhan menyentuh kemeja di bahunya menyisakan bolong basah yang menembus. Bintang tergeming enggan segera meneduh. Hingga rintik itu kian bertabur seperti salju.

Bintang jalan di trotoar dengan muka yang terukir murung akut. Jalan aspal yang basah oleh rintik hujan dan kemejanya yang setengah basah juga rambutnya yang menetes air.

Ia menyeruput kopi hangatnya di sebuah kafe pinggir jalan sembari menatap hujan lebat mengguyur jalanan aspal yang dilalui mobil saling memacu kecepatan.

Muka murung itu masih tergambar enggan hilang terus bergentayangan terlalu betah bersunggah di wajah pemuda itu. Langit redum itu tak memercik air lagi dan meninggalkan kesedihan di jalanan dengan basahnya airmatanya yang dia turunkan sebegitu dalam.

Bintang jalan kaki menuju rumah setelah acara pulang ekskul berplesir jalan santai di trotoar hingga larut maam begini menuju magrib.

Dia mendekap gagang pintunya lalu diguncang ke bawah. Pintu itu tak membuka terkunci dari luar. Bintang mengendurkan dahi basahnya pada punggung pintu.

Dia menoleh ke belakang setelah mengingat kunci cadangan yang ada di bawah pot bunga segeranya memasukkannya ke dalam lubang kunci. Bunyi terbuka terlantun Bintang membukanya menampakan suasana ruang tamu yang sunyi bahkan agak gelap karena gordennya ditutup hanya bercahaya pintu yang dibuka lebar.

Ia memejamkan mata di kamar mandi merasakan air shower menubruk dahinya. Setelah itu ia putar kerannya jalan menuju kamarnya yang hangat.

Tugas posternya belum terselesaikan. Dia mengeditnya di laptop milik Agnes dipangkuan paha seraya duduk bersila.

Getaran gawainya yang dia taruh di sisi kasur mengalihkan matanya pada layar gawai yang menampilkan sebuah nama dari penelpon yang dia dambakan.

"Halo, Yang?" sapa Bintang tak tertahan karena rumahnya sepi. Wajah murungnya hilang begitu cepat menggantinya oleh keceriaan yang dalam.

Gelak tawa terlantun hingga melupakan tugas ekskul yang bentar lagi akan selesai. Dia campakkan begitu saja dengan tiduran asik menelpon dengan Gilang.

Terakhir dari percakapan manisnya dia kecup layar gawainya diikuti lengkungan bernama senyuman yang indah.

***

Malam ini, Bintang jalan menyoroti jalan setapak oleh senter gawai menuju danau yang Gilang mengajaknya untuk melihat bintang jatuh. Awalnya dia tak ingin kendati was-was soal ibunya yang pulang terus dia memergokinya sedang memadu kasih berdua. Itu momok yang tak harus terjadi. Tetapi karena ibunya tak pulang dan jam sudah menunjukkan angka sembilan, bintangi jadi merasa lega rasa takutnya menghilang berubah menjadi keriangan yang dalam kalau ibunya tak pulang karena ada tugas mengirim sayur dengan mang Jajang lagi. Dan akan pulang besok. Bintang meramal begitu sudah pasti tak melenceng karena sudah biasa.

Under Sunset In Skyline [BL]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum