BAB 46: Teman

131 23 1
                                    

Dalam keseharian dia di sekolah, tak ada yang begitu spesial. Tak ada yang harus dikenang semuanya kelabu dengan nasibnya yang begitu tabu dijajaran anak sekolah lain.

Seminggu usai dan hubungan pertemanan dia bersama Agnes menjadi lebih dekat. Bintang senang. Dia punya teman meski hanya satu itu sudah menutup hati hitamnya kalau dia dulu tak percaya ada teman baik untuknya. Sekarang, itu hilang. Dia menariknya dengan masa sekarang Agnes teman baiknya teman yang seru diajak ngobrol meskipun Bintang tak banyak menyahut hanya balas 'ia, hmm, boleh, masa?' lugas dan terkesan pelit tapi bukan tanpa alasan dengan itu. Bintang masih gugup membuka mulutnya lebar dengan memberikan obrolan panjang. Seperti sekarang keduanya di kantin biasa menikmati masa rehat.

Yuda dan gengnya di meja seberang melempar tawa yang enggak sopan meskipun ini kantin dan memang teruntuk kumpul namun tetap saja itu enggak baik karena mereka diselipkan dengan hinaan dari mereka setiap ada yang lewat mereka komentari. Ada yang rambutnya keriting dia komentari dan ada yang yang pendek dibilang peri jadi-jadian. Itu keluar frontal dari Nisa yang tadi merebut puisi Bintang.

"Wah, kamu suka puisi?" Alih Agnes saat melihat Bintang menoleh pada seberang meja yang diisi oleh mereka.

Agens menggulir layar gawainya oleh jemari saat melihat beranda akun Facebook milik Bintang yang isi berandanya kata-kata puitis.

Bintang tersadar lalu senyum mengalihkan pandangannya ke meja dia dengan Agnes di depannya.

"Iya Nes," Ucap Bintang senyum.

"Wid, sini kumpul sama kita. Masa Sama si culun," Celetuk Nisa dari seberang terus Yuda ketawa sumbang dengan menikmati kacang.

"Entar aku nyusul," Timpal Agnes ramah lalu menutup sisi pipinya oleh telapak tangan agak mencondongkan kepalanya pada Bintang.

"Tenang, amit-amit gue sama mereka yang ada gue dijadiin tumbal ama si Yuda," Bisik Agnes membuat Bintang ketawa kecil.

"Kenal sejak kapan dengan Yuda?"

"Yang gue tahu dari gosip beredar tapi udah terbukti fakta. Dia itu enggak naik kelas dan harusnya dia itu sama Rizwan Kakak PMR gue. Dia tak naik kelas tahulah sifatnya kayak gimana berandal kek hello Kitty ...,"

"Bentar, hello Kitty kan imut?" Sela Bintang.

"Iye imut emang tapi sebenarnya dia itu hello Kitty. Manis sebenarnya enggak garang amat banding jauh kalau kata gue," Agnes tawa sumbang.

Kali ini Bintang anguk-anguk doang. Dia jadi tahu dan dia jadi ketawa kecil kalau Agnes bilang hello Kitty.

"Ikut PMR dong. Bar gue ada temen." Ajaknya lagi bikin Bintang menggerakkan kepalanya pelan.

"Aku ... Trauma." Lirih Bintang membuat Agnes terhenyak.

"Aku tahu apa yang kamu rasain. Andai kita diketemukan saat kelas satu atau dua kita bisa jadi temen dari dulu. Sebenarnya aku udah cari kamu dari kelas dua yang katanya dia yang maaf, di-bully, aku enggak mau ada teman sekolah di-bully dan aku cari kamu dan kamunya enggak ada sekalipun ada jarang banget itupun cuma sepintas doang kalo ketemunya," Agnes terus terang. Lalu beralih kursi ke Bintang dia pengan kedua bahunya.

"Kamu enggak perlu takut lagi. Aku yang akan jaga kamu. Kita teman harus saling membantu," Ucapannya membuat Bintang tertegun juga haru.

"Makasih," Lirih Bintang terdengar ingusnya ditarik membuat Agnes memegang dagunya menatap temannya yang lagi setengah manangis.

"Sorry, buat kamu kayak gini, ya." Merasa tak enak.

Bintang senyum lalu menatap ramah Agnes dan dia memunculkan semburat kebahagiaan berbalut rasa syukur amat dalam. "Aku seneng. Makasih udah mau jadi temen aku."

Under Sunset In Skyline [BL]Where stories live. Discover now