BAB 44: Tak Hadir

139 23 2
                                    

Kenapa hatinya terasa bimbang saat orang yang dulu dia ceramahi di koridor tak ada. Aneh pun bingung dengan isi hati yang enggak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Terlalu rumit jika diceritakan akan banyak elipsisnya hingga si pendengar akan mengernyit bingung akan ceritanya yang enaknya diungkap melalui batin.

Latihan lagi untuk PMR di sekolahnya. Syal oren yang melilit lehernya tampak tak rapi bagian simpulnya. Bingung dan geram akan ketidakbisaan dia untuk merapikan syal itu. Bagi Bintang, syal ini simpulnya bikin ngelus dada karena rumit tak seperti dasi sekolah yang lilit sana terus sini jadi. Tapi, ini benar-benar memuakan dan dibikin kayak dasi sekolah malah mengerut tak rapi tak membuatnya tampak pelajar sesungguhnya yang sama dengan temannya yang tali simpulnya tak semrawut.

Hari ini, dia bersama temannya menyilang tangan ke belakang punggung sesudah melangsungkan upacara dan kini mendengar orasi dari kadal yang memberikan pemaparan galak pada adik kelasnya.

"Mohon balik kanan jika ada yang tak rapi," Ucap Desti tegas.

Adik kelasnya melirik atribut masing-masing di lengan bajunya yang tampak rapi dan tak ada yang bermasalah. Bintang tercenung dengan keadaan itu sembari setengah menunduk pada lantai lapang. Dia mentulikan pendengaran dengan bersenandika soal keberadaan Gilang yang rasanya amat hambar tampanya di sini.

"Tan, stts ...," Adit di sisinya berdesis padanya yang membuat Bintang menoleh biasa.

"Apa?"

"Simpul lo amburadul," Bisik Adit memberitahu. Bintang menatap simpul syalnya yang lepas simpulnya. Dia membetulkan dengan buru-buru.

"Mohon balik kanan ke belakang," Imbuh Desri mensatire Bintang yang tampaknya tak dengar terus berusaha membenarkan tali simpulnya yang kian semrawut.

"Heh, budeg! Malah ngelunjak, lo!" Sarkas Desri membuat Bintang melengak padanya. Tali simpulnya belum selesai dia rapikan bahkan tergerai kembali.

"Putar badan! Bukan diem! Nyusahin!" Bentaknya dengan rahang menegang dan tatapan mautnya.

Temannya melirik pada Bintang yang dibentak oleh kakak kelasnya yang entah kalau dipikir, selalu berkata kasar pada Bintang. Mereka hanya melirik melas dengan ingin menolong rekannya yang memutar badan ke belakang merapikan syal lagi.

Dia menunduk kepala berusaha merapikan syalnya yang semrawut. Entah kenapa tali simpulnya terlepas terus membuatnya menahan emosi dengan menahan deru napasnya yang ikut mengebu. Pelan Dion di sisinya melirik temannya yang kesusahan dan melihat jari jemari Bintang yang sibuk merapikan syal itu tampak gemetar.

"Izin membantu!" Seru Dion mengacung tangan lalu memutar badannya, mendekati temannya itu dengan terampil merapikan syal bintang agar rapi.

"Jangan diambil hati, ya," Bisik Dion merapikan syalnya menatap Bintang yang melengak padanya hanya fokus menatap jari Dion yang sedang merapikan simpul syal hingga beres.

Dion kembali lagi ke posisi semula pun Bintang memutar badannya ke depan lagi. Dia senyum lalu menatap satu titik mati ke depan.

***

Tawa kegembiraan mengalun dari salah satu ruangan yang dindingnya bercat putih juga ada dinding kaca dengan lemari kaca yang tersusun berbagai ornamen. Rumah itu tampak besar dengan tangga melingkar dan gaya rumahnya yang modern.

Denting sendok terlantun sekarang di ruang itu. Bersambung cengkeramaan dari orang tua Gilang yang membagi cerita sela menikmati hidangan lezat di piring. Jesika dengan mengalung sebuah headphone, menikmati gudapan penutup dari makan siangnya bersama keluarga besar.

Gilang memotong daging stik dengan pisau dan garpu melahapnya dengan gaya makannya yang wibawa. Sambung cengkeramaan dia melempar sahutan dengan tawa saat ibunya membagi cerita perihal liburan yang akan digelar ke luar negeri.

Under Sunset In Skyline [BL]Where stories live. Discover now