BAB 41: Malam Menegangkan

242 25 2
                                    

Tiga bulan telah berlalu berikutnya ialah mempertunjukkan latihan dari kemarin-kemarin untuk memeriahkan acara pelantikan di sekolah. Acaranya hari Sabtu malam minggu ini. Kendati tak ada aktivitas KBM di sekolah, dengan begitu kelas akan dipakai untuk keperluan barak peserta dan materi. Meski tak semuanya hanya lima kelas sebelas yang disinggahi.

Dari halaman sekolah, peserta telah siap membawa ransel gemuknya berisi keperluan pribadi.

Bintang dan temannya sedang menggeledah ransel masing-masing untuk mengumpulkan mie juga minuman hangat ke Desri di meja luar dekat tangga. Secara estafet dan yang sudah mengumpulkan langsung saja menaiki tangga menuju barak masing-masing.

"Makasih, Bintang." Ucap Desri saat mie juga kemasan minuman hangat diulurkan lekas dikumpulkan ke kardus yang menumpuk mie.

"Kak Gilang ke mana?" Ucap Bintang entah kenapa tanya orang itu. Padahal ingat kejadian lalu?

"Dia lagi di kelas sebelas dua, lagi ada rapat sama tamu," Papar Desri lalu Bintang menganguk paham menaiki tangga hendak menuju barak putra sembari memikul ranselnya yang gemuk.

Saat langkah dia baru beberapa ternganjur tepatnya di ambang tangga, dia memutar badannya dengan menuju koridor arah kelas sebelas.

Dia mengintip keadaan dalam dari sisi kaca jendela untuk melihat keberadaan Gilang di sana. Namun tak ada hanya kumpulan tamu angkatan dua tahun lalu dan angkatan Gilang hadir.

"Lagi apa?" Frontal teguran Gilang dari belakang membuatnya terpaku lalu dengan pelan menghadapnya. Dia sungguh malu.

"Halo, kak. Sore." Ucap Bintang agak kikuk akan terpergok aksinya.

Gilang bersama satu siswa satu siswi yang satu siswa ganteng dengan giginya berkawat berparas belasteran dan satunya rambutnya hitam sebahu dan punya senyum manis.

"Kenalin, ini Bintang." Ucap Gilang pada keduanya.

"Raga, dan ini Sheril," Ucap siswa tadi mengulurkan tangannya pada Bintang.

"Manis, ya, adik kelasnya." Puji Sheril entah kenapa gayanya mirip Agnes kalau dilihat saksama.

"Manis apa ganteng?" Celetuk Gilang menyenggol bahu Bintang bersama senyum khas dia.

Bintang tersipu, "Kak, pamit dulu, ya, buat ke barak." Ragu-ragu lalu Gilang membolehkan.

Bintang jalan dan telinganya dengar ucapan dari Sheril. "Manis kek di-series. Kinan pasti suka." Bintang senyum riang kegeeran seraya jalan menuju baraknya.

***

Di koridor dan saat ini malam. Bintang menyuruput minuman hangatnya dari gelas sembari memandang ke bawah halaman tertuju temannya sedang asik mengobrol juga berswafoto dengan tamu dari Raga dan Sheril lalu terakhir Nesya. Perempuan yang entah membuatnya mengira kalau orang itu pacarnya Gilang.

Arahan mata Bintang terlempar pada Gilang yang sibuk menggotong meja dengan Desri di belakang di koridor. Bintang mengukir senyum bukan kebencian. Dia langsung lari menuju bawah untuk membantu.

"Kak, biar aku bantu ," Bintang menawarkan bantuan dengan langsung memegang tepian meja yang dipegang Desri.

"Makasih, ya." Ucap Desri senyum merenggangkan otot tangannya. "Gil, gue mau sambut tamu dulu. Lo kordinir ini aja." Opsinya berlalu. Meskipun Gilang ketua, dia tak tak keberatan dengan ini. Tak saling mengandalkan melainkan saling melengkapi.

"Pelan-pelan aja. Takut berat." Ucap Gilang lalu mulai menggotongnya. Agak tergurat canggung dari Gilang untuk menatap lama wajah si manis Bintang.

Mejanya ditaruh di kelas sharing lalu dijajarkan di depan dan ditutup taplak meja panjang berhias motif bunga. Ruangannya ditata rapi juga ada sepanduk besar dari belakang bertuliskan 'Pelantikan tingkat Wira PMR SMA negeri dua dua.'

Under Sunset In Skyline [BL]Where stories live. Discover now