BAB 03: Masih Menjengkelkan

662 61 2
                                    

Bintang lari terbirit-birit menjauhi suara anjing yang menggonggong padanya. Tak peduli hewan itu keadaannya kayak gimana, diikat atau tidak sudah bikin nyalinya ciut. Tak menoleh hanya memastikan pun tak terlakoni. Bintang benar-benar takut. Dia lari dan itu jalan satu-satunya.

Orang-orang bersetelan baju ringan berpulang di tepi jalan pelataran utama. Mereka saling pasang mata teralihkan pada Bintang yang larinya ketakutan setengah mati. Dia menebas kerumunan sesekali menoleh ke belakang.

"Tan ada apa?" Panggil Gilang di belakang mengejar Bintang kekuatan maraton.

Bintang menurunkan larinya saat capai juga pairnya berdebar kuat-kuat. Kakinya tak lagi mengganjur karena gemetar di lutut sangkin takutnya. Dia memegangi kedua lutut setengah jongkok menarik napas boros-boros di bawah pohon mahoni yang rindang.

Ramai. Orang-orang kumpul di sini. Pelataran utama untuk masuk ke pelataran dalam. Penjual pikulan setengah memenuhi di sini.

Derap kaki sepatu dari arah belakang terekam kuping Bintang. Dia menoleh sekali meneguk air liurnya yang agak kering.

"Tan?!" Gilang mengatur napas larinya saat tiba di sisi Bintang dengan wajah seribu risau.

"Lo jahat!" Tukas Bintang kesal tak toleh  bersambung alis memiring.

"Sorry ... enggak bermaksud gitu, kok." Gilang menuturkan kekeliruan. Meski dia terselubung penasaran soal apa yang terjadi dengan Bintang sampai-sampai lari layaknya habis dikejar sesuatu.

"Gue takut anjing ...."

Gilang sekilas mendelik. Dia baru sadar jika apa yang dibisikkan Desri padanya berujung ini. Gilang tak enak dia agak salah tingkah harus apa. Melihat adik kelasnya tak terlindung karena ulahnya.

"Yaudah, duduk dulu ya. Kamu kecapean ...," Ucap Gilang mengusap bahu Bintang setengah naik turun mengatur napasnya.

Bintang menurut lantas duduk di tepi bawah pohon mahoni. Dia tak galak wajahnya benar-benar ketakutan hanya saja agak sedikit berkurang. Gilang celingak-celinguk melihat sekitar. "Di sini dulu ya. Ak-"

"Jangan tinggalin. Entar anjingnya balik lagi gimana!?" Potong Bintang mencongak pada Gilang yang hendak pamit.

Gilang senyum meski sebuah tamparan baginya karena Bintang benar-benar ketakutan.

"Mau beli air. Di sana kok deket." Ujarnya seraya menunjuk pada stand penjual di tepi yang menjual berbagai minuman juga camilan.

Bintang mengalihkan pandangan tak toleh lagi. Alisnya gerak-gerak mengingat apa yang dia ucap tadi.

Gilang hilang dari pandangan. Secepatnya Bintang alihkan lagi penglihatan padanya. Tak putus-putus sebuah tatapan elang pada Gilang yang berhenti di sebuah stand minuman.

"Minum ya. Kamu haus." Ucap Gilang mengulur botol air.

Bintang mengambilnya tanpa berucap timbal balik. Dia putar tutupnya lalu segera meneguknya dalam-dalam menyisakan suara kerongkongannya.

"Maaf ya, bikin kamu takut," Gilang sedikit demi sedikit menutur.

Bintang mengalihkan pandangannya lagi setelah minum setengah habis di botol. Dia sesekali remas botolnya seraya tak toleh dengar penuturan Gilang padanya. Bintang masih jengkel.

Sebuah jari jemari di dada Bintang sedang merapikan sampul syal Oren yang kacau. Bintang menoleh ke bawah saat benar Gilang merapikannya.

"Udah ...,"

Bintang sekilas tatap Gilang yang sedang merapikan syalnya. Sesekali ukiran senyum Gilang nampak.

"Ada alasan apa jahilin gue?" Ketus Bitang.

Under Sunset In Skyline [BL]Where stories live. Discover now