BAB 11: Kenapa Begini

341 38 0
                                    

Saat itu pagi pukul tujuh, melihat riuhnya pelajar di lapang sedang baris ke belakang hendak upacara. Bintang intip-intip tiap orang di lapang seraya jalan sembunyi-sembunyi dari balik badan orang. Tim PMR yang pasti ada Gilang di sana sedang siap bertugas bila mana ada yang pingsan. Bintang perhatikan orang itu seraya sembunyi dari badan pelajar lain yang mulai tak nyaman.

Senyum horor itu juga senyum bikin kesengsem dari siswi termasuk temannya sendiri, Agnes, dia harus membasminya. Harus! Senyuman penuh kejijian juga itu mengarah padanya. Bikin Bintang bergidik saat malam mencarinya di situs internet tentang senyum juga perlakuan si Gilang itu.

Dia harus jaga jarak. Jaga pandangan juga keluar dari ekskul. Dan dia harus pergi jauhh hingga Gilang enyah dari kehidupan dia. Harus!

Riuh pelajar mulai tertib sesaat baris sudah rapi untuk menunaikan upacara bendera Senin pagi. Bintang menutup setengah wajahnya oleh telapak tangan dibarisan tengah agar terhindar dari Gilang. Untungnya dia pendek jadi bisa sembunyi juga tersamarkan dari kumpulan pelajar lain.

Sesekali Bintang menengok ke belakang ke arah Gilang yang masih senyum ramahnya itu menyapa juga menitah pelajar belakang agar tertib berbaris rapi.

Bintang menarik sudut bibirnya. Entah kenapa rasa ingin cakar semakin kuat. Bintang rogoh masker di saku celana segera mengenakannya bikin samaran dia semakin mantap.

Upacara dimulai hingga usai. Bintang naik tangga jalan tersanga di antara kerumunan pelajar menuju atas.

Agnes bersebangku dengannya di baris depan. Dia tengah menggulir gawainya seraya senyum kenes beranda Instagram Gilang yang punya 18k followers itu. Teman cewek lain ikut nimbrung juga bersambut gosip tentang jodoh Gilang untuknya mencari cewek yang tepat.

Bintang yang menyilang kedua tangan ke ketiak tak bisa duduk karena kursi hingga mejanya dipenuhi kaum hawa yang kagum melihat foto ganteng Gilang kakak kelasnya itu.

"Ehm ...," Bintang berdehem namun tak digubris mereka benar-benar tak tahu diri, ya, mengambil alih meja orang buat libar (liat bareng) di lapak orang. Sungguh tidak terpuji. Di kesempatan ini, rasa ingin memanggil Fitri semakin mencuat. Pasalnya dia jago ceramah. Biar mereka sadar.

Bintang lirik sekitar, Adit, Dion yang sekelas malah asik main gawai bunyi desing perang. Terus Ai yang beda tengah membikin tato dari pulpen di lengannya. Untung kemeja putih berlengan panjang. Jadi tato yang bentuknya tengkorak itu bisa lenyap enggak jadi ditegur pak Zaman yang galaknya itu bikin trauma.

Bel berbunyi nyaring bikin grup rumpi membubar diri ke bangku masing-masing. Bintang yang jengkel mengempas pantatnya ke kursi miliknya. Agnes masih saja asik memuji kegantengan kakak kelasnya itu. Jemarinya menggulir feed yang memajang deretan foto Gilang yang nampak membosankan dari gayanya yang itu-itu mulu. Senyum terus jari telunjuk jari tengahnya membentuk v ke pipi. Itu saja. Bikin Bintang yang menoleh dibikin mual. Agnes memberinya boomlike yang pasti gawai si Gilang jadi nge-hang menerima serangan like dari adik kelasnya.

Pelajaran dimulai bahasa Indonesia dari pak Zaman yang galak seperti disinggung tadi. Perwarakannya tegas juga sering membawa penggaruk punggung. Dan tahu hukuman ketika pelajar tak perhatikan pelajaran?

"Tolong garukin punggung. Satu jam penuh!"

Itulah kata yang teringat saat kejadian Bintang disuruh garukin punggung pak Zaman kendati kesalahan Bintang malah ngerocos kesal karena topinya terbang saat naik ojek ke sekolah.

Pelajar dibikin trauma pasalnya garukin punggungnya satu jam terus disuruh bikin surat pengakuan bersalah dengan menukis satu buku dengan tulisan

Janji, enggak akan lakuin itu lagi

Under Sunset In Skyline [BL]Where stories live. Discover now