BAB 39: Kembali Lagi

154 26 1
                                    

Terbersit rasa sesal dengan apa yang dilakukan waktu itu. Penyesalan Gilang dilampiaskan dengan mencoret buku, meremasnya, juga menggulungnya melemparnya ke tong sampah di depan. Dia di kelas duduk di bangkunya yang kelasnya sunyi telah pulang.

Sela menyoret buku sesekali alisnya gerak-gerak kecil juga wajah gelisah akan kelanjutan Bintang ke depannya.

Dia pasti keluar dari ekskul. Tidak! Tak cukup! Dia akan melaporkan ke kepala sekolah terus panggil ibunya.

Batin Gilang begitu. Dihantam bayangan takut saat dirinya diamuk ayahnya juga kakak-kakaknya yang hanya diam mematung melihat tak tega adiknya dimarahi karena orientasi seksnya itu di ruang tamu. Terus disoraki oleh temannya di sekolah. Benar-benar mengerikan.

Cukup membayangkan hal yang tidak-tidak pun belum terjadi, Gilang menghujam pulpennya ke buku bikin ujung pulpennya patah. Gilang melenguh resah menutupi wajahnya oleh lengan di meja. Dia tengok kiri menampakan wajah keresahan itu.

"Tapi aku suka juga sayang, aku sudah siap kok menerimanya. Maafin aku, Tan." Lirih Gilang tulus sembari memejamkan matanya.

Keduanya bertemu di koridor saat kebetulan di arah berlawanan. Bintang dengan ransel digendong pun sama dengan Gilang. Keduanya saling tatap. Berselubung sinar mentari dari senja menguar ke koridor.

Bintang menahan benci dari wajahnya langsung memalingkannya ke sisi, sementara Gilang memandanginya sayang tak memercik wajah malu atau merasa salah.

"A-"

"Enggak perlu cerita. Mulai hari ini, kebetulan kita bertemu, aku mau keluar!" Ucap Bintang bernada tekan.

Gilang biasa saja dengan raut sayang tadi, mulai menyamping badan menepi memberi jalan untuk adik kelasnya yang manis itu.

"Gimana?" Tanya Bintang menunggu belum melangkah.

Gilang tidak jawab memalingkan pandangannya ke samping.

"Gimana!" Agak bentak.

Gilang mendekat bikin Bintang jalan mundur. Dia takut juga memasang wajah amarahnya jadi ketar. Dia takut kejadian lalu kian nekad.

"Maafin aku, ya. Aku salah. Aku lakukan itu karena aku suka sama kamu. Tapi enggak bermaksud lebih jauh kok," Papar Gilang memberikan penjelasan ringkas.

Gilang tidak meneruskan jalan masih memberi jarak dua meteran membuat Bintang merasa lega.

"Kenapa kamu lakukan itu? Itu salah." Interogerasi Bintang tak tatap dia.

"Ini soal hati. Kamu enggak akan paham. Karena kamu berada diposisi lain daripada aku." Ucap Gilang masih lirih.

"Kenapa kamu bisa suka sama aku!" Bentak Bintang masih tidak mau menatap.

Gilang merasa tertekan mendengar kata-kata Bintang. Namun ini kesempatan dia untuk mengungkapkan perasaannya meskipun jawaban penolakan pasti terlontar pun dia akan merasakan sakitnya kedua kali.

"Kakak ganteng, banyak yang suka sama Kakak. Tapi ... kenapa kakak kayak gini. Sayang banget." Kini Bintang berlirih.

"Kamu enggak akan paham, Tan. Selain sefrekuensi dengan apa yang aku rasa, mereka akan mengangguk paham."

Bintang mendongakkan kepalanya menatap berani orang itu. "Itu salah kak. Kita diciptakan berpa-"

"Aku tahu. Aku mohon jangan ceramahi aku dengan itu. Aku juga tahu dan ... enggak usah bertele-tele mengingat aku soal itu. Sulit. Kamu enggak akan paham soal hati dari orang yang sama kayak aku,"

Bintang mendengarnya dengan tatapan menerkam.

"Omong kosong. Kebanyakan kisah mereka hanya belaka. Mau sampai kapan kayak gitu!" Lontar Bintang bikin Gilang senyum getar. Tergenang air dari pelupuk matanya.

Under Sunset In Skyline [BL]Where stories live. Discover now