BAB 16: Dekat

269 34 1
                                    

Bintang merasa nyaman dengan kakak kelasnya yang punya senyum ganteng itu. Benci lalu jadi suka dan menjadi teman. Sepertinya kata itu benar. Kali ini dia di fase mulai menyukai saat hati nuraninya hilang untuk orang satu. Terbersit alasan kenapa dia bisa begitu.

Melihat perlakuan dia yang beda tentu bikin bergidik juga tanda tanya. Begitu lancang menilai orang dengan persepsi sendiri tanpa penilaian orang lain sebagai bahan acuan. Bintang telah luluh lagipula Gilang sudah baik mengajarkan dia tentang PP meski tergurat keinginan untuk keluar dari ekskul itu. Namun kenapa saat dia bercerita sepintas tentang bully semasa SMP, dia merasa tenang apalagi didengar oleh kakak kelasnya yang baik itu.

Bintang bisa melihat raut tidak enaknya Gilang saat pertanyaan dia soal tadi. Begitu raut Gilang saat tak enak soal pertanyaan yang dia lontarkan seakan tak ingin si pencerita larut akan sedih.

Bintang senyum seraya menonton Gilang dari balik jendela ruang kelas yang dipakai sementara untuk ekskul karena Sabtu libur. Gilang di lapang tengah membimbing tim tandu membuat tali simpul yang kuat juga cara jitu mengakali waktunya agar tak lama.

Bintang di dalam dengan dalih capai padahal hanya jengah saja. Dia menontonnya lekat-lekat tak seperti lalu yang hanya tertanam pupil mata kebencian untuknya. Kali ini berseri juga mendalam akan sebuah keramahan.

Bintang pulang jalan kaki menuju rumah karena jaraknya hanya satu kilometer dari tempat dia tinggal. Kalau naik angkutan umum sayang juga kan bisa ditabung untuk beli kuota yang punya kebiasaan dengan nonton YouTube tanpa henti, hanya melihat vlog kesukaan dia tentang jelajah alam. Bintang senyum lagi seraya menuju pulang di tepi jalan. Dia merogoh gawainya dari saku baju lalu ditengok grup Line menampakan pesan Gilang untuk adik kelasnya.

'Mohon diperhatikan, besok latihan pukul enam sudah di sekolah dengan membawa: nasi putih tabur irisan telur, buah jeruk satu, kerupuk putih juga air mineral botol 600ml.'

Begitu pesannya. Bintang mengetuk nomor Gilang lalu dia simpan kontaknya. Dia kirim sebuah sapaan agar Gilang menyimpan balik nomor kontaknya.

Bintang telah tiba di rumah. Dia campakkan sepatunya di pojok rak sepatu lalu menjinjing ranselnya membawanya ke kamar yang dia lempar ke kasur. Bunyi air dari kamar mandi saat Bintang membersihkan diri sesaat lelah dengan aktifitas belajarnya. Keluar dengan handuk melilit di pinggang juga handuk di rambutnya. Bintang mengusap perutnya yang minta diisi.

Dia memanggil ibunya namun tak kunjung menyahut. Dia buka tudung saji tak ada makanan hanya kerupuk di dalam toples. Bintang membuka kulkas berjongkok di sana mencari sesuatu yang bisa dimakan. Semuanya sayur tak terkecuali daging sapi yang sudah beku di sana juga dibalut keresek. Bintang menghela napas lalu maanya berbinar saat mendapati kotak bertulis 'bolu ketan' Bintang bawa lalu ditutup pintunya oleh kaki seraya menuju meja makan.

Bolu ketan hitam yang kayaknya enak. Dia potong pakai pisau yang gedenya bikin horor. Entahlah mirip pemotong daging di pasar. Keburu lapar, bodo amat yang penting bolunya bisa di bagi-bagi biar muat dimakannya.

Rasanya manis dan bikin pipinya menggembung saat mengunyah. Dia menikmatinya sendiri dihening rumah yang hanya diisi dia bersama ibunya.
Bolunya tersisa satu bagian lagi, Bintang tak sanggup memakannya. Perutnya sudah terisi tak butuh asupan lagi. Dia minum lalu sisanya ditaruh ke kulkas lagi.

Dia butuh pencuci mulut. Dia tilik seksama di depan mencari yang segar-segar. Tak ada apel hanya tomat merah juga timun. Dia bawa langsung dicuci lekas digigit buah tomat yang bikin giginya linu. Dia melelet lidah malah meniup buah tomatnya seakan panas.

Dia putar musik dari speaker bluetooth seraya joget-joget mengambil lotion yang wanginya harum. Dia hirup dengan memejam mata seraya menuang secukupnya ke lengan menghadap cermin.

Under Sunset In Skyline [BL]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora