BAB 55: Holliday

143 22 4
                                    

Bintang itu pribadi yang lucu juga gemesin dan bedanya dengan Gilang yang kalem, dan tampak menjadi sosok pelindung bagi Bintang yang manis.

Dia sering ceramahin Bintang untuk menghentikan hobi dia soal tangkap kecoa terus dikumpulkan ke dalam akuarium kaca. Itu bahaya dan tentu yang lihat pasti bergidik karena melihatnya. Diapun sama dengan membayangkan kalau mereka hinggap dibaju belakang lalu merayap pelan ke kepala.

"Bahaya, kalo kecoa penyek ampe keluar isinya. Ada sesuatu pokoknya. Bahaya. Kamu jangan nangkep mereka lagi." Tegur Gilang di rumah Bintang. Dia sering ke sini sekarang untuk menemani keseharian dia juga lebih dekat dengannya. Apalagi rumahnya itu sering sepi jadi Gilang lebih leluasa lakukan apapun dengannya. Hanya lakukan yang positif meskipun Bintang memaksa ingin negatif.

Dan karena Gilang sering main ke rumah, Lina sering pergi sore terus pulang dua harian urusan ke Jakarta bersama mang Jajang untuk jual sayur dengan mobil pick up. Sebab itu, Lina senang akan kedatangan Gilang ke rumah yang kadang ikut menginap. Sekaligus titip putra manjanya itu padanya.

Sebel sih, disebut anak manja kata ibunya, Bintang benar-benar tidak terima demi rambutnya uban dua sekali lagi. Padahal dia itu tak manja hanya saja tingkahnya tampak polos saja tapi wajahnya doang yang kayak gitu, sifatnya enggak. Enggak ada kaitannya wajah dan manja. Dia macan sebenarnya. Kata manja apalagi untuk pria yang sekarang kelas sepuluh SMA, masuk dalam kategori penghinaan versi baik. Jengkel memang. Dia mandiri ibunya saja yang mengada-ngada.

Enak tak ada orang di rumah. Serasa sultan. Mau makan apapun dikirim via online oleh ibunya. Bintang bersyukur dan akan menikmati makanan enak-enak lagi. Dan lebih senengnya ada cowok ganteng pacarnya yang menemani sepanjang hari. Makin lengkap. Bebas dengan berbagai gaya di rumah tak ada canggung lagi kalau berdua dekat ibunya. Soalnya Gilang kepengin yang aneh-aneh dengan memonyong bibir teringin dikecup hanya saja selalu tak jadi ... katanya belum waktunya. Kan sue. Jadi buat apa bibirnya dimonyongin kalau ujungnya enggak jadi dikecup? Hanya menggoda? Dan Bintang tipikal gampangan tidak bisa menahan keinginan dan Gilang selalu meletakkan telapak tangannya pada wajah bintang saat dia menyadari tatapan penuh nafsu itu. Dan itu berhasil membungkam keinginan biologis itu.

'Kecoa itu lucu apalagi kalau ngerayap di dinding terus terbang ke kita serasa aktraksi Spiderman.'

Itulah pujian Bintang untuk kecoanya. Aneh bin nyeleneh ketika orang bergidik melihat serangga itu, Bintang malah senang riang. Apalagi kalau melihat kecoa satu di manapun dia akan mengejarnya hingga dapat terus dikumpulkan dalam akuarium.

Tepuk dahi memang.

Gilang sungguh dibikin meremang buku lengan juga punggungnya saat melongo melihat kumpulan kecoa di akuarium milik Bintang. Dia benar-benar tak habis pikir pada hobinya itu. Dan Bintang menamainya terlalu geleng-geleng kepala.

"Namanya Alek pake k enggak pake x. Ada Kelpin, Keenan, Sandra, Jidan, Nino, Elzi, Elza, dan yang masih baby namanya Udin," Kata Bintang sambil nunjuk pada kecoanya di dalam akuarium yang saling merayap ke dahan pohon kecil.

"Gimana bedainnya?" Tanya Gilang keheranan menilik kecoanya sama semua.

"Enggak kok. Beda-beda. Ada yang kecil ada yang gede. Jadinya gampang." Pungkas Bintang dengan riang.

Gilang masih tidak bisa membedakan. Dan saat ditatap lama jadi bergidik.

"Buang, ya, enggak baik pelihara ginian. Mending aku beliin arwana atau iguana gitu," Bujuk Gilang malah dapat tawa remeh dari prianya, dia menggelengkan kepalanya tak mau.

Under Sunset In Skyline [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang