BAB 58: Pantai dan Sekolah

137 24 0
                                    

Memijak butiran pasir di tepian dengan lari berteriak dan tanpa kecanggungan akan sebuah hubungan. Yang lain mengira keduanya adik kakak, namun jauh dari itu, keduanya sedang berbagi kisah cintanya hanya saja berbeda namun perasaan yang sama. Keduanya pacaran.

Langit toska bersahut deburan ombaknya yang menggema, menyapu tepian lalu menarik lagi ke samudera. Jernih dan biru di mana-mana. Indah tak ingin pulang meski sadar soal status pelajar harus pulang dan menimba ilmu dan akan dia nikmati lagi saat usai belajarnya sesaat merapah menjadi seorang lulus.

Kausnya sama dan cekungan itu terjalin sempurna. Dua cekungan tangan membentuk hati.

"Cantik. Kek badut It." Ejek Bintang senyum pada Gilang yang dia polesi wajahnya oleh kuas lukis.

Gilang bersila berhadap dengan dia yang manis dan saat ini asik membuat seni di wajah rupawannya. Tak apa biarkan dia meraki sesuai imajinasi yang selesa.

Keduanya meneruskan menikmati deburan ombak dan langit cerah tapi, bedanya dengan Gilang yang tak semangat memasang raut jengkel sesekali mengusap sapuan cat di wajahnya karena ulah pacarnya. Dia sabar lagi.

"Kalo liburan itu harus senyum ceria!" Tegur Bintang sela lari, loncat riang di pasir. Gilang tak senyum dia ngambek alanya dengan hanya jalan mengikuti si Bintang oleh wajah datar.

Renata bersama Geri bersantai di kursi pantai dengan minuman kelapa dan kacamata hitam yang membuatnya layaknya turis. Putih dan bikin Bintang tutup mata karena mempesona. Geri di sisinya menyerahkan buah kelapa pada Bintang.

Gilang menarik pergelangan tangannya menuju mercusuar bertingkat seraya membawa buah kelapa masing-masing. "Lain kali kita ke sini lagi. Aku suka ombak laut." Ucap Bintang di mercusuar seraya menghisap air kelapa melalui sedotan.

"Enggak suka senjanya?" Sahut Gilang.

Bintang menggelengkan kepalanya ragu, "Senja terlalu indah. Aku jadi inget kesedihan kalau lihat senja. Terlalu indah dilihat sementara yang lihat jauh dari itu."

Gilang mengusap punggungnya menenangkan Bintang begitu.

"Setelah ini kamu mau apa?"

"Kita ke bukit. Kita dirikan tenda terus nikmatin senja yang tenggelam pelan lalu aku nikmatin sembari tiduran. Dan aku enggak bangun lagi," Ucap Bintang keceplosan matanya sedikit membelalak.

"Enggak. Aku cuma ingin tahu penilaian dari kamu, menurut kamu aku ceria enggak?" Bintang meralat.

Gilang meniliknya dengan memiringkan kepalanya kiri kanan bikin Bintang teringin menapuknya. Rupanya Gilang pintar bikin raut imut.

"... Ceria."

"Walaupun wajahku sedih?" Kata Bintang berekspresi yakin.

Gilang senyum ragu lalu memegang kedua pipinya. Dia pandang Bintang yang galau.

"Mau nikmatin senja sembari berteriak?"

Bintang mengernyit.

"Terla-"

"Terlalu terkenang. Bikin kamu enggak bisa lupain," Potong Gilang lalu berjongkok membelakangi Bintang dia naikan ke punggungnya lalu bangun mengganjur langkah menuruni tangga.

"Mau diantar ke mana, Pak?" Tanya Gilang menoleh ke belakang.

"Ke manapun yang penting bikin senang hati,"

***

Keduanya tiduran di pasir dengan langit lindap tak panas. Saling memandang dengan tulus melempar senyum.

"Ehm ...," Sekejap Bintang duduk saat Jesika mengganggu sembari memegang buah kelapa.

"Ganggu aja, lo!" Kesal Gilang lalu duduk mengusap pasir.

Under Sunset In Skyline [BL]Where stories live. Discover now