60. Duka menyelimuti (The real end)

5.1K 198 40
                                    

Kaget gak, kaget gak aku up chapter baru bukan epilog?

Nanti di bawah aja deh ya aku jelasinnya.

Happy Reading!

............

Sepanjang koridor rumah sakit, seorang lelaki terlihat sedang memapah gadis berwajah cantik dan imut.

"Aku gak berat kan, Vin?"

"Enggak kok."

Liana tersenyum senang. Tangan satunya ia gunakan untuk memeluk erat pinggang Ervin. Selagi ada kesempatan, kenapa tidak ia manfaatkan?

"Makasih ya, Vin. Selama aku di rumah sakit, kamu yang selalu ada di samping aku."

Ervin hanya berdehem, namun lengannya terangkat untuk mencubit hidung Liana gemas. Membuat gadis itu mengerucutkan bibirnya.

Semenjak kejadian hari lalu, hubungan keduanya terlihat semakin akrab seperti saat mereka berpacaran.

Ervin yang setiap harinya selalu menemani Liana di rumah sakit dan Liana yang bergantung pada lelaki itu semasa pemulihan.

"Mamah sama Papah kamu kapan pulangnya?"

"Katanya dua hari lagi," jawab Liana lesu.

Liana tampak kesal. Mengingat kedua orang tuanya pergi untuk mengurus usaha restorannya yang berada di Korea tanpa mengajak dirinya.

Sudah hampir dua bulan mereka tidak kunjung pulang. Bagaimana tidak kesal, coba?!

"Padahal anaknya habis kecelakaan, tapi kenapa, ya, mereka gak pulang untuk jenguk aku? Padahal aku udah kasih tau mereka."

Liana menerawang, mengingat tidak banyak kenangan indah bersama kedua orang tuanya dikarenakan sibuk bekerja, membuatnya menghela nafas panjang.

Kasih sayang yang tak banyak ia dapatkan dari kedua orang tuanya sedikit membuatnya merasa iri pada anak-anak lain.

Mungkin karena itu, dulu saat kehadiran Ervin dalam hidupnya, Liana dapat merasakan kebahagian menyertainya.

"Mungkin orang tua kamu masih banyak urusan di sana."

"Ya tapi kan setidaknya—"

"Sstt, kamu baru sembuh, Na. Jangan banyak ngomel dulu, nanti sakit lagi."

Liana menghembuskan nafasnya. Ia menurut untuk diam. Biarkan sajalah kedua orang tuanya pergi berlibur, toh, ini bukan kali pertama untuknya.

"Iya."

"Nah, gitu dong. Jadi tambah cantik, kan, kalau gini."

Blush!

Kedua pipi Liana memanas dibuatnya. Diam-diam Liana menggerutu dalam hati. Kenapa mudah sekali Ervin membuatnya salting.

"Ini merah-merah kenapa, ya?" Ervin dengan jahil mengunyel pipi Liana yang blushing karena ulahnya.

"Ervinnnnn." Liana merengek.

Tawa geli Ervin pecah begitu saja. Dia sangat suka jika Liana sudah merengek seperti itu dan di tambah wajah tertekuk kesalnya.

"Iya, iya. Maaf."

"Kali ini aku maafin. Tapi gak tau kalau nanti kamu usil lagi."

Tak terasa mereka berdua telah sampai di depan mobil Ervin terparkir. Ervin membawa Liana masuk tapi sebelum itu ia membukakan pintu mobil untuk Liana.

Setelahnya, Ervin berlari kecil mengelilingi mobilnya dan kemudian ia masuk. Ervin mulai menyalakan mesin mobil lalu melaju menuju ke arah rumahnya.

Story StelaOnde histórias criam vida. Descubra agora