39. Maaf, tapi ini sulit

1.5K 128 88
                                    

Happy Reading!

........

Bugh!

"BANGSAT LO VIN!"

Alvin memukul Ervin membabi buta. Sorot matanya akan sarat kemarahan yang kental. Dia benar-benar emosi saat tau dengan mudahnya Ervin menampar Stela.

"LO UDAH GAK WARAS, VIN! GUE KECEWA SAMA LO!" teriak Alvin nyalang. Ervin tidak berusaha melawan, karena dia sadar perbuatannya pada Stela itu salah. Sangat salah.

Delvin berdecak, niatnya tadi juga ingin memukul Ervin sampai lelaki itu sadar. Akan tetapi, niatnya lebih dulu dilakukan oleh Alvin.

Alhasil, sedari tadi dia hanya memperhatikan perkelahian itu. Ralat, perkelahian tanpa perlawanan dari lawan.

"Gue gak habis pikir sama jalan pikiran lo, kok bisa-bisanya nampar cewek tanpa merasa bersalah setelahnya," ketus Delvin memandang Ervin datar.

"Lo gak usah sok tau!" balas Ervin.

"Gue tau! Gue tau karena gue liat sendiri bagaimana sikap lo setelah nampar dia. Bahkan, lo lebih pilih nolongin Liana yang seharusnya lo kejar Stela. Dasar gak tau terima kasih!"

"Lo terlalu jauh ikut campur dalam urusan pribadi gue," ujar Ervin sedikit meringis ketika merasakan ngilu di pelipisnya.

"Capek gue ngomong sama orang berhati batu kayak lo! Buang-buang tenaga."

"Kalau tau, kenapa tetep dilakuin?" Ervin tersenyum miring.

Delvin berdecih, sebelum sesudahnya lelaki itu menendang tubuh Ervin hingga lelaki itu terpental. Masa bodoh dengan tubuh Ervin yang sudah lebam-lebam akibat dipukul oleh Alvin. Delvin tidak peduli.

"Itu pelajaran dari gue," kata Delvin santai. "Seharusnya lo dapat lebih dari ini, tapi sayangnya gue masih punya hati nurani. Gak kayak lo, hati batu!"

"Berisik!" Ervin mendesis.

Alvin kembali tersulut emosi melihat respon Ervin yang seperti itu. Lantas, lelaki itu berjongkok menyamakan tingginya dengan Ervin yang sedang terduduk sembari memegangi dadanya.

"Gue ingetin sama lo, jangan pernah gangguin Stela lagi. Dia sekarang bukan siapa-siapa lo lagi, kan? Dan lo ... harus inget itu baik-baik," ancam Alvin tidak main-main.

Ervin menatap Alvin dengan alis yang menukik tajam. Kenapa Alvin sebegitu pedulinya pada Stela? Apakah sahabatnya satu ini jatuh hati dengan pacar— ralat, mantan pacarnya?

"Lo—"

"Iya, semua cowok pasti suka sama Stela. Siapa sih yang gak suka sama cewek secantik dan sepinter Stela, hm?"

"Tapi, kalau misalkan lo tanya gue cinta gak sama dia, jawabannya jelas engga. Gue ... hanya sedang menjaga Stela untuk seseorang," ucap Alvin begitu pelan.

"Se–seorang? Maksud lo?"

Alvin terkekeh singkat. "Lo gak perlu tau, lagian udah gue ingetin 'kan kalau Stela bukan siapa-siapa lo lagi? Jadi, menurut gue itu bukan hal yang pantas lo peduliin lagi. Semoga lo cepet-cepet dapet karma deh ya, biar sadar kalau Stela itu tulus sama lo."

Setelah berkata demikian, Alvin berdiri kemudian lelaki itu memilih keluar dari rooftop. Disusul dengan Delvin yang berlalu tanpa melirik Ervin barang sedetik.

Keduanya, benar-benar sangat kecewa atas apa yang Ervin lakukan pada Stela.

Sejenak, Ervin terdiam. Tatapanya kosong mengarah pada lantai. Otaknya berputar menampilkan kepingan-kepingan moment bahagianya bersama Stela.

Story StelaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang