48. Luka meninggalkan bekas

1.4K 135 302
                                    

Happy Reading!

..............

Suara lonceng yang berbunyi pertanda ada pelanggan yang masuk membuat atensi seorang gadis tertuju pada satu titik.

Begitu melihat orang kepercayaan keluarganya telah datang, gadis itu spontan tersenyum miring. Matanya tak lepas dari sosok pemuda bertubuh tinggi yang kini tengah berjalan ke arahnya.

"Permisi, Nona."

Gadis yang dipanggil Nona itu lantas berdehem dan mengangguk. "Silahkan duduk, Mr. Smith."

"Ah, baiklah. Terima kasih."

Mr. Smith tersenyum sopan. Dia suka sikap ramah gadis itu.

"Bagaimana?"

Seolah mengerti, Mr. Smith segera mengeluarkan sebuah map berwarna biru tua dari dalam tasnya dan memberikannya pada sang majikan.

"Semua data yang Nona inginkan sudah saya salin dalam bentuk berkas itu. Sesuai perintah, semuanya lengkap tanpa ada satupun yang tertinggal. Nona bisa pastikan itu sendiri."

Tanpa basa-basi lagi, gadis berparas manis khas orang Asia itu segera membuka mapnya lalu, membaca berkas yang tertera di dalamnya dengan amat sangat teliti.

Setelah membaca semunya, ia bertepuk tangan kecil. Sesuai dugaannya jika tidak ada hasil yang mengecewakan apabila yang mengerjakannya itu adalah Mr. Smith.

Gadis itu berdecak kagum seraya memandang Mr. Smith dengan senyum smirknya.

Dia memang bisa diandalkan. Batinnya tersenyum puas.

"Good job, Mr. Kau memang hebat. Selalu bisa membuat saya berdecak kagum."

Mr. Smith bernafas lega. "Apapun untuk Nona Sherly."

>,<

Malam telah tiba, kini Stela sedang bersiap-siap untuk segera tidur. Sebelumnya ia sudah belajar dan melakukan ritual sebelum tidur yang biasa ia lakukan setiap malamnya.

Memijit pelipisnya yang sedikit berdenyut lalu Stela merebahkan tubuhnya di atas kasur bermotif unicorn dan tidak lupa boneka pemberian Ervin yang senantiasa menemaninya setiap malam.

Mengingatnya, ia tersenyum begitu lebar. Namun, ketika sekelebat pikiran yang membuat harinya kacau tiba-tiba melintas begitu saja tanpa di duga membuat senyum lebar itu perlahan surut.

Pandangannya mendadak kosong mengarah pada atap-atap langit kamarnya. Dari kemarin hingga siang tadi di sekolah, Sherly masih cuek padanya. Jelas Stela sedih apalagi ia tidak tahu apa penyebabnya Sherly berubah dingin.

Sahabat satu-satunya yang ia punya perlahan berjalan mundur meninggalkannya. Jauh di lubuk hatinya, Stela sangat-sangat tidak ingin kehilangan sahabat sebaik Sherly.

Bagi Stela, Sherly itu cuma ada satu di dunia dan dia adalah orang yang paling beruntung karena memilikinya.

"Sherly kenapa, ya? tiba-tiba cuek sama aku. Padahal aku udah berusaha jadi teman yang baik untuk dia. Dua hari ini tanpa Sherly yang aku kenal rasanya sepi banget." Gadis itu membuang nafas panjang. "Kayak ada yang kurang."

Satu tetes air mengalir dari pelupuk matanya. "Aku ngerasa gagal banget jadi teman."

Stela mengusap air yang mengalir bebas di pipinya. Helaan nafas terus saja terdengar. Sudah cukup masalah keluarga dan penyakitnya, kini ditambah lagi dengan masalah pertemanannya yang sedikit renggang. 

Memang ya, hidupnya tidak bisa jauh-jauh dari luka. Ibaratnya Stela itu sendok dan luka itu garpu. Selalu berdampingan, dimana pun itu.

Disisi lain, Sinta sedang kebingungan mencari keberadaan uangnya. Setahunya, ia menyimpan uang itu di laci. Namun, pada saat ia akan mengambilnya untuk keperluan butik miliknya, uang itu sudah tidak ada di tempat. Raib entah kemana.

Story StelaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora