53. Meluapkan isi hati

1.4K 124 80
                                    

Happy Reading!

...........

Liana tampak gelisah dalam duduknya. Berkali-kali gadis itu mengecek arlojinya sembari berdecak kesal.

Sudah hampir lima belas menit dia menunggu seseorang di rooftop. Liana lagi-lagi berdecak, kepalanya serasa akan pecah menahan gejolak kesal.

Kemudian, Liana bangkit dari duduknya dan menghentakkan kakinya sebelum berbalik badan hendak meninggalkan area rooftop.

Namun sebelum berhasil membuka pintu, suara decitan pintu terbuka berhasil menghentikan gerakan Liana.

Lantas, ia menyembulkan kepalanya sedikit ke kanan untuk mengetahui siapa orang itu. Beberapa detik selanjutnya, Liana dibuat terkejut dengan hadirnya Ervin.

"Ervin, kamu kenapa lama banget? Aku udah nunggu kamu dari tadi dan kamu baru datang sekarang." Liana cemberut.

Ervin diam, laki-laki itu memilih masuk terlebih dahulu lalu berjalan sampai berhenti di pembatasan.

"Kamu dengerin aku gak sih, Vin? Aku lagi ngomong sama kamu loh," ujar Liana sambil mengikuti langkah Ervin.

Kini mereka saling berhadapan, membuat Liana leluasa memandangi indahnya pahatan rahang Ervin dari dekat.

Liana akui, Ervin memang memiliki pesona tersendiri untuk memikat lawan jenisnya. Sehingga kini maupun dulu, ia sudah terperangkap dalam pesona itu.

"Kamu kenapa nyuruh aku datang ke tempat yang kayak gini? Di sini itu bau, berdebu juga. Pokoknya tempat ini gak cocok kalau kamu mau ajak aku kencan."

Perkataan Liana yang menghina tempat favoritnya berhasil membuat hatinya sedikit terluka. Lalu, ditatapnya tajam Liana yang kemudian terlihat gugup.

"V–vin? K–kamu kenapa?" Liana tergagap begitu Ervin memperkecil jarak diantara mereka.

Ervin terus mempersempit jarak diantara diriny dan Liana, ia memperhatikan gadis itu yang mundur selangkah demi selangkah dengan sedikit guratan ketakutan di wajahnya.

Liana terkejut atas sikap Ervin sekarang. Laki-laki itu terlihat sangat menakutkan apabila menatapnya dengan tatapan yang mengintimidasi.

Saat ini Liana tidak mampu lagi mundur karena terhalang oleh tembok sialan di belakangnya. Sedangkan Ervin, laki-laki itu berhenti ketika jarak diantara ke duanya tersisa 3 centi.

Liana mendadak sumringah ketika pikiran kotornya berhasil menguasai seluruh pikirannya. Jika Ervin akan menciumnya sekarang, ia akan sangat siap untuk menyambutnya.

Apalagi, momen-momen seperti ini yang Liana tunggu dari dulu, saat pertama kali ia berpacaran dengan laki-laki cuek seperti Ervin.

Ah, ia jadi tidak sabar mencicipi ciuman Ervin. Sedikit lagi, sedikit lagi imajinasi liarnya tercapai. Hingga dua menit berlalu Liana tetap sabar menunggu.

Namun ternyata bukan sesuatu yang Liana inginkan. Melainkan sebuah kalimat yang tidak ingin ia dengar.

"Kita akhiri semua ini, ya."

>,<

Suara gemericik air terdengar begitu seseorang memutar kran wastafel yang berada di kamar mandi khusus cowok.

Dilihatnya pantulan diri dari cermin berukuran sedang yang menampilkan paras indah ciptaan Tuhan.

Rahangnya yang kokoh nan ketat, ditambah ujung rambutnya yang sedikit basah semakin membuatnya terlihat tampan.

Story StelaOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz