54. Pembual handal

1.5K 129 40
                                    

Spesial untuk kalian yang masih setia❤

Happy Reading!

............

Suasana kelas sangat bising dikarenakan guru yang seharusnya masuk dan mengajar tidak hadir beralasan sakit.

Hampir semua orang yang berada dalam kelas berjingkrak senang. Lagian siapa yang tidak senang ketika mendengar kabar jamkos seperti ini?

Bahkan, kutu buku sekalipun akan turut merasakan enaknya suasana seperti ini.

"Gila gak sih? Dari awal masuk kelas dua belas baru kali ini kelas kita kebagian jamkos. Huh! Sering-sering deh kayak gini. Sekalian refresh hati dan pikiran. Pusing juga lama-lama ni otak nelen rumus."

Stela terkekeh geli mendengar celotehan absurd Sherly. Gadis itu terlihat sangat excited begitu ketua kelas mengumumkan gurunya berhalangan hadir.

"Tapi gak baik juga kalau keseringan jamkos kayak gini. Kita, kan, bentar lagi mau UN, jadi harus banyak-banyak belajar biar lancar ngerjainnya nanti."

Sherly berdecak, menatap kesal pada Stela.

"Udah lah. Belajar mah gampang, mending kita happy-happy kek yang lain. Ya ... hitung-hitung ngecharge otak biar full lagi."

Stela menggelengkan kepalanya pelan. Tapi walau begitu, omongan Sherly ada benarnya juga. Jadi apa salahnya jika ia turut menikmatinya.

"Ke kantin aja yuk, La! Di sini berisik banget," ajak Sherly sambil memperlihatkan ekspresi muka risihnya.

"Ke kantin?" cicit Stela. "Bukannya kita dilarang keluar kelas, kan? Tadi kata ketua kelas kita boleh lakuin apa aja asalkan, gak keluyuran keluar kelas."

Sherly buru-buru menarik pergelangan tangan Stela. Masa bodoh dengan larangan itu, yang jelas sekarang ia sangat risih dengan kegaduhan yang ada.

Stela tentu saja meronta dibuatnya. Ia tidak ingin kena hukuman karena telah melanggar aturan. Namun percuma saja karena Sherly terus merengek agar mau menemani dirinya di kantin.

Ya sudahlah, di kasih hukuman atau tidaknya itu urusan nanti. Sekarang Stela pasrah saja tangannya ditarik Sherly hingga kini ia sudah sampai di kantin setelah memesan dua mangkuk mie ayam.

"Senyum dong! Dari tadi cemberut mulu."

Stela memaksakan senyum.

"Kurang lebar."

Kali ini Stela mencoba tersenyum dengan lebar. Walaupun pikirannya tidak tenang. Bagaimana jika ada guru yang melihatnya sedang makan di kantin ketika jam pelajaran masih berlangsung?

"Nah, gitu dong!" seru Sherly kemudian melahap mie ayamnya. "Makan La, nanti keburu dingin kan gak enak."

Stela menghembuskan nafas panjangnya. Lalu ia menurut untuk kesekian kalinya. Ingin protes dan kembali ke kelas, namun saat melihat raut senang Sherly niat itu urung begitu saja.

Ia tidak ingin menciptakan guratan kecewa di wajah sahabatnya. Tidak apa untuk kali ini, siapa tahu esok hari ia tidak bisa lagi melihat Sherly kan? Umur tidak ada yang tahu.

Stela terdiam kemudian, pikirannya tiba-tiba saja tertuju pada satu minggu lalu. Di mana saat ia beradu mulut dengan Ibunya kala itu. Semenjak hari itu, Sinta jadi selalu bersikap dingin padanya.

Ia bertanya-tanya, mengapa sifat Sinta padanya berubah drastis. Ibunya itu tidak lagi memukul, menampar serta menendangnya lagi.

Apa karena Sinta merasa bersalah atas sikapnya hari itu? Atau mungkin ... Sinta masih peduli padanya? Tidak. Tidak. Tidak. Rasanya itu tidak mungkin mengingat bagaimana kejamnya Sinta.

Story StelaWhere stories live. Discover now