37. Kegelisahan yang menguasai hati

1.6K 140 93
                                    


Happy Reading!

.......

"Gue gak mau tau. Lo harus jelasin kronologinya tentang kejadian tadi," tuntut Delvin. Menatap serius Ervin yang sedang menyandarkan punggungnya pada jok mobil.

"Males."

Rasanya Delvin ingin sekali mencakar wajah datar Ervin sekarang juga. Jika saja tidak mengingat wajah lelaki itu sedang lebam-lebam akibat perkelahian tadi. Sudah dipastikan, dia akan menghadiahi tamparan saat ini juga.

"Kamu gak usah tanya-tanya hal gak penting dulu deh," celetuk Liana yang berada di sebelah Ervin.

Delvin mendesis sinis. Jika dulu dia sangat suka dengan hubungan Ervin dan Liana, maka sekarang berbeda. Menurutnya, Ervin lebih baik bersama Stela daripada harus bersama Liana yang manja.

Kadang Delvin kesal sendiri melihat kelakuan Ervin belakangan ini. Apakah sahabatnya itu tidak ingat bahwa Liana lah yang telah membuat Ervin hampir gila pada saat itu?

Tetapi kenapa, bisa-bisanya Ervin masih mau menerima kehadiran Liana? Bahkan dengan senang hati. Cih!

"Bacot," sinis Delvin. Memutar tubuhnya untuk ke depan. Posisinya, Delvin duduk tepat di sebelah Alvin. Dengan Alvin yang menyetir mobil milik Delvin. Dan Ervin bersama Liana duduk di belakang.

"Lagian kayak gak ada kerjaan aja lu, Vin." Ervin berdecak mendengar penuturan Alvin. "Cari masalah aja tau gak."

"Kamu juga diem dulu! Sudut bibir Ervin itu sedikit sobek, jadi susah buat jawab pertanyaan kalian berdua." Lalu Liana kembali melanjutkan kegiatannya mengobati luka-luka Ervin.

"Aws ... pelanan dikit Na," pinta Ervin. Tangan kokohnya mencekal lengan mungil Liana, mencoba untuk menahan.

Liana ikut meringis. "Maaf ya? A-aku gak sengaja."

Ervin mengangguk sekali, membuat Liana kembali melanjutkan kegiatannya.

Dari arah depan, Alvin mengetatkan rahangnya saat melihat pemandangan menjijikan itu di kaca spion. Berdecak samar, sebelum menancap gas kencang.

>,<

"Paman," lirih Stela. Nada suaranya terdengar seperti orang yang putus asa.

Agus menarik tubuh rapuh Stela ke dalam pelukannya. Hangat. Itu yang dirasakan oleh Stela, dia membayangkan jika yang memeluknya adalah Ayahnya. Tanpa sadar, dalam peluknya Stela tersenyum simpul.

Mereka berdua sedang berada di dalam ruang rawat Stela. Rencananya hari ini juga, Stela akan pulang. Padahal Agus sudah kekeuh agar Stela tetap dirawat di sini saja, akan tetapi Stela menolak tegas. Dia tidak ingin terlihat seperti orang yang lemah.

Terlebih, Stela takut Sinta dan Dodi akan mengetahui hal ini. Itu akan berbahaya bila terjadi.

"Kamu yang kuat ya, sayang. Yang tabah. Percayakan semuanya sama Allah, dia tau yang terbaik untuk hambanya."

Agus tak berhenti mengelus punggung Stela. Mencoba memberinya kekuatan dan kehangatan yang tak pernah lagi gadis ini rasakan dari sosok Ayahnya.

"Ta-tapi ... kenapa harus Stela? Ke-kenapa harus Stela yang dapat cobaan seberat ini, Paman," adunya menangis pilu.

Agus tidak bisa menyembunyikan perasaan sedihnya saat ini. Pria gagah itu ikut menitikkan air mata ketika mendengar tangisan yang menyayat hati berasal dari Stela, keponakannya sendiri.

Story StelaWhere stories live. Discover now