33. Harapan berujung menyakitkan

1.4K 143 123
                                    

Happy Reading!

...........

"Semua udah beres?"

Ervin mengangguk, lalu lelaki itu kembali merebahkan dirinya di atas king size berwarna abu-abu tersebut.

Dari dua jam yang lalu Ervin sibuk mencari kado, kue serta pernak-pernik untuk memberi kejutan pada kekasihnya nanti malam.

Itupun Ervin tidak sendiri, ia ditemani sekaligus dibantu oleh Delvin. Jika kalian menanyakan kemana Alvin, jawabannya adalah lelaki itu katanya ada urusan yang sangat-sangat urgent.

Yang Delvin dan Ervin tidak ketahui itu apanya yang urgent.

Membingungkan!

Ervin juga sudah memboking salah satu cafe yang biasa ia dan Stela kunjungi. Dan Ervin berharap rencananya berjalan dengan lancar tanpa ada hambatan.

Satu lagi, ia berharap Stela akan suka dengan hadiah dan kejutan yang akan diberikan.

"Sekarang jam berapa?" tanya Ervin. Netranya menatap Delvin menunggu jawaban. Kini keduanya sedang berada di dalam kamar Ervin.

Delvin melihat jam di pergelangan tangannya. "Jam lima lebih," jawabnya.

"Oke, thanks."

Ervin kemudian beranjak, ia sudah menyiapkan semuanya dan sudah beres. Tinggal mengabari kekasihnya saja dengan embel-embel mengajaknya jalan dan dirinya lekas membersihkan diri juga bersiap-siap.

Delvin menatap kepergian Ervin dengan pandangan yang sulit diartikan. Saat ini di dalam otaknya terdapat begitu banyak pertanyaan, sebab semenjak minggu lalu sifat Ervin seperti sedang menyembunyikan sesuatu.

"Apa yang lo sembunyiin dari gue, Vin?" gumam Delvin lirih.

Disisi lain, Stela sedang menyetrika pakaian milik Ibu, Ayah dan Abangnya. Begitu banyak baju yang belum ia setrika. Stela menghela nafas pelan. Ia mengelap peluh yang mengalir di keningnya menggunakan punggung tangan.

"Semangat Stela!" ucapnya menyemangati diri sendiri.

Waktu terus berjalan seiring baju yang tinggal beberapa lagi belum Stela setrika.

Tenggorokannya saat ini terasa begitu kering. Lantas Stela mematikan alat penyetrika tersebut untuk kedapur mengambil segelas air dingin.

Selepas sampai di dapur, Stela langsung mengambil gelas dan mengisinya dengan air dingin. Dengan sekali teguk, air dalam gelas tersebut tandas tak tersisa.

"Alhamdulillah," ucapnya setelah air dingin itu terjun bebas di tenggorokannya. "Seger banget."

Setelah selesai, gadis itu langsung kembali ketempat dimana dirinya menyetrika pakaian. Tepatnya di sebelah ruangan kerja Ayahnya.

Mendadak pandangan gadis itu nanar. Ia menatap foto keluarganya yang terpampang jelas tanpa dirinya. Stela tersenyum miris, hatinya berdenyut ngilu.

Bahkan dalam foto saja dirinya tidak dianggap.

Ada banyak pertanyaan sekarang dalam benak Stela. Apakah mereka semua ingat bahwa hari ini tepat jam 00:00 dirinya lahir ke dunia? Apakah nanti mereka akan mengucapkan selamat ulang tahun dan memberinya kado? Apakah mungkin?

Tak terasa air matanya lolos begitu saja. Sudah lama rasanya ia tidak lagi mendengar nyanyian 'selamat ulang tahun' dari mulut mereka.

Setiap di hari ulang tahunnya Stela selalu merasa kesepian. Ia hanya akan meniup lilin seorang diri. Di dalam kamar dan berakhir menangis semalaman.

Story StelaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang