31: Isoframst

124 17 17
                                    

RATHER THAN HIM 彡Isoframst; the nostalgic deaire to relive a moment from photograph or videoSaiShimuraSai

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

RATHER THAN HIM 彡
Isoframst; the nostalgic deaire to relive a moment from photograph or video
SaiShimuraSai

.
.
.

"Ini alamatku, kau bisa datang kapan saja kau mau. Jangan ragu kalau butuh bantuan dan bingung mencari pertolongan, ya."

Kalimat itu sederhana, tidak ada hal istimewa yang harusnya membuat Tenten berbunga-bunga, tapi hatinya lega, dia bahagia. Ternyata masih ada segelintir orang yang peduli pada gadis seperti dia, bahkan ketika putri dari klan Mitsashi yang tidak punya nama di masyarakat tersebut membuat kesalahan fatal yang patutnya tidak dimaafkan- atau setidaknya, patut diberi hukuman berupa penebusan, uang atau penjara, misalnya. Meski tentu saja dia tidak mau menanggung salah satu atau kedua penghakiman tersebut.

Tenten hanya berandai-andai, di tengah kelas olahraga yang ramai hari itu, di antara suara pantulan bola yang membentur lantai berulang kali, bising suara peluit dan sorakan girang anak perempuan yang heboh benar menyaksikan para jagoan tampan kesayangannya bermain basket sambil memamerkan kulit terpapar keringat. Dia harusnya lebih berhati-hati mengikuti perkataan seseorang.

"Tenten, apa yang kau perhatikan sedari tadi?"

Gadis bercepol dua itu terkesiap, tangannya buru-buru menyembunyikan benda kecil yang sempat dia genggam beberapa saat lalu. Lantas kepala dengan surai cokelat susu menoleh, menemukan Hinata Hyuuga dengan rambut gelap yang diikat kuncir kuda, sedang tersenyum padanya, senyum penuh dusta yang mana pernah membuat orang-orang di sekitar mereka terjerumus luka.

Menetralisir rasa kaget sekaligus gemuruh berisik di dadanya, gadis dengan kaos olahraga putih tersebut menatap sekeliling, mencoba mengalihkan pandang, pada apa saja, dia bahkan menatap beberapa anak laki-laki yang sudah selesai dengan permainan basket mereka, siapa yang menang dan berapa skornya? Tenten tidak perhatikan, dia tidak cukup peduli tentang hal itu, setidaknya untuk saat ini. Dia bisa memerhatikan dari bangku pojok, para gadis mengerumuni lapang aula, beberapa memberi minum jagoan mereka, bercanda, tertawa, dia meringis. Inginnya dia juga begitu, tapi tidak mampu, tidak bisa, atau setidaknya hanya Teten yang merasa tidak pantas disandingkan dengan anak-anak orang kaya.

Dia mengembuskan napas, lagi, lantas pelan-pelan menatap Hinata yang kini duduk di sampingnya. Gadis dengan poni rapi dan baju olahraga yang membentuk pas badannya tersebut tak berbicara lebih lanjut, tapi bukan berarti si putri Hyuuga tidak akan menanyakannya lagi nanti. Setidaknya sekarang ini, Tenten bisa mengembuskan napas kembali.

"Aah, aku mencarimu dari tadi," ujar Hinata lagi, gadis cantik tersebut mengibaskan tangan, bibirnya setengah mengeluhkan tentang betapa berisik dan panas ruang aula siang itu. Tenten juga sekilas bisa melihat pipi si gadis Hyuuga sedikit kemerahan, beberapa tetes keringat membuat poni di dahinya tampak lepek, mungkin hal tersebut juga yang membuat sifat topengnya mulai pudar perlahan-lahan, dan dia tetap di sana, memerhatikan, bahkan saat Hinata melanjutkan, "Aku pikir kau sedang bermain voli dengan gadis di kelas sebelah? Bukannya kau suka sekali?"

[Sho-Ai] RATHER THAN HIM 彡 • SasuSaiInoTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon