33: Whelve

110 15 43
                                    

RATHER THAN HIM 彡 Whelve; to bury something deep, to hide SaiShimuraSai

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.

RATHER THAN HIM 彡
Whelve; to bury something deep, to hide SaiShimuraSai

.
.
.


[Sai-kun, tolong cepat pulang]

[Sai-kun]

[Nak]

[Ibu mohon]

[Nak!]

[Sai-kun]

[Orang aneh ini menakutkan]

[Tolong cepat pulang!]

Ada pemberitahuan beberapa panggilan tak terjawab sebelumnya, yang membuat Shimura panik setengah mati-karena siapa tahu orang asing yang ibu mertuanya maksud adalah orang jahat? Juga kekhawatiran yang ditandai dengan pesan beruntun diikuti puluhan panggilan tanpa jawab, Shimura jelas tak bisa memertahankan kewarasannya agar diam di tempat.

Belum sempat mengambil langkah buat bertindak, seorang wanita bersetelan jas marun dengan tatanan sanggul rendah mendekat. Wanita itu berjalan di atas flat shoes gelap yang suaranya menyaingi detak jantung Shimura, namun nada bicaranya terdengar agak canggung kala menyapa singkat sebelum menyahut, "Maaf, Shimura-san, Bos Besar sedang tidak bisa menemui Anda hari ini, beliau sedang mengikuti meeting mendadak di luar kota, baru berangkat beberapa menit lalu."

Sai yang masih setengah linglung digulung resah dan panik di satu waktu berusaha merespons kendati memerlukan jeda untuk mencerna perkataan wanita yang sejak beberapa waktu sebelumnya duduk di belakang meja sekretaris. Dengan suara yang bergetar, si pucat menyahut, "O-oh? Be-begitu, ya, kapan kiranya beliau akan kembali?"


"Mungkin tiga hari lagi, paling lambat seminggu, itu yang saya dengar dari asistennya tadi." Wanita berusia pertengahan tiga puluh tersebut menyerahkan satu buah kartu nama yang terselip di jemarinya beberapa saat lalu, lantas berpesan, "Anda bisa hubungi saya terlebih dahulu jika dalam kurun waktu tersebut, beliau belum ada di kantor. Sebab beliau berkeras hati menemui Anda terlebih dahulu sebelum mengurus soal pengunduran diri Anda ke bagian HRD."

Sai mengangguk, menerima lembar kartu nama berisi nomor telepon tersebut dengan tangan kiri bersama tatapan maaf yang diiringi angguk maklum. "Aku akan usahakan untuk ke sini lagi."

"Kalau begitu saya permisi." Wanita tadi menunduk hormat, undur diri, memutus konversasi kurang dari lima menit tak terduga yang entah harus Sai syukuri atau tangisi di saat begini.


Namun, pria berambut gelap tersebut segera meraih kesadaran cepat-cepat, jelas tidak ingin membuang-buang waktu lebih banyak. Bisa saja terjadi sesuatu pada ibu mertuanya, wanita tersayang yang paling ingin dia lindungi selain Sakura dan Bibi Haruno di dunia. Seorang wanita baik hati yang memberi Sai kehormatan untuk jadi manusia seutuhnya dan merasakan bagaimana peluk hangat seorang ibu kembali setelah sekian lama-dari seseorang yang benar-benar bisa dia sebut sebagai keluarga.

[Sho-Ai] RATHER THAN HIM 彡 • SasuSaiInoKde žijí příběhy. Začni objevovat