42: Dearn

45 12 32
                                    

RATHER THAN HIM 彡Dearn (adj); secret, lonely, solitarySaiShimuraSai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

RATHER THAN HIM 彡
Dearn (adj); secret, lonely, solitary
SaiShimuraSai

.
.
.


"Sedang membaca apa?"

Buku ditutup, halaman yang setengah mencuat keluar dari bagian tengah, terkelupas, buku tua berdebu diletakkan kembali di atas meja bundar. Sai Shimura menoleh pada sumber suara, menemukan Akasuna Sasori dengan sepasang cangkir berisi teh chamomile di atas nampan perak. Tanpa menunggu jawaban, pria berambut merah dengan kaos putih tersebut segera mengambil tempat, duduk di hadapan Sai setelah mengangsurkan satu teh yang masih mengepulkan uap beraroma memikat.

Sai terdiam sesaat, memperhatikan buku di genggaman yang beberapa bagiannya sudah ditandai dengan stempel aneka warna. Itu peninggalan Ino, katanya wasiat, buku kesayangan sang istri saat sedang belajar hal seputar botani. Ibu mertua yang memberikan sebelum memberinya titah untuk mengecek toko lama mereka yang sudah lama tak berpenghuni, sekarang sudah selesai dirapikan dan bersiap menerima pasokan perabot sekaligus dekor baru. Sai mengembuskan napas sesaat menyadari betapa sibuk dirinya hari ini setelah semalam suntuk sulit memejamkan mata buat menjemput kantuk. Dia menyahut ringan di detik berikutnya diiringi senyum setengah lesu, "Buku seputar bunga. Aku belum terlalu hafal."

"Wajar saja," tukas Sasori sambil menatap ke luar jendela etalase toko yang masih menampakkan plang tutup di bagian depan. Sekilas, menatap mobilitas pekat di dekat toko yang baru mereka tempati hari ini. Pria yang baru datang dini hari tadi tersebut masih menunggu supply lain yang akan dikirim sore nanti bersama Sai yang bersih keras tidak mau pulang sebelum persiapan toko mereka benar-benar selesai berdua. Ada senyuman tipis yang terulas samar kala pria di sana meneruskan, "Lakukan saja yang terbaik saat ini, tidak perlu memaksakan diri. Menghafal isi ratusan halaman buku dalam satu hari itu terlalu berlebihan."

Teh chamomile dalam cangkir disesap sekilas, Sai hanya mengangguk tanpa banyak cakap saat anak di depannya sudah mulai berceloteh mengenai hal lain—tentang neneknya, tentang toko bunga baru mereka, tentang dekorasi ruangan dan mitra terbaik di sekitaran sana, tentang plan lima tahun ke depan—yang sebenarnya tidak Shimura perhatikan dengan baik. Pikirannya masih terpusat pada hal lain, hal yang sebetulnya tidak begitu penting tapi sungguh mengganggu sejak kemarin-kemarin.

Sasuke hanya belum menghubunginya beberapa hari ini.

Bukan hal yang sangat penting sampai menyurutkan urgensi, tapi tetap saja pria pucat jadi sedikit sensi. Apa memang terlampau sibuk sampai lupa menghubungi? Beberapa pesan chat bahkan belum dibalas sejak pagi. Seolah memang anak sialan itu lenyap ditelan bumi, Sai Shimura betulan tak mengerti.

Ada sedikit kejanggalan yang entah bagaimana berhasil menelusup ke hatinya tatkala si pengganggu yang biasanya cerewet mendadak raib dari penglihatan. Entah Sai yang kelewat tidak peka, atau karena rutinitas lain yang kian menyita waktunya, tapi dia baru sadar bahwa hari-hari tampak begitu lengang dan sunyi. Sekarang, setelah disibukkan dengan beberapa hal seputar bisnis baru, Shimura Sai sudah bertekad untuk membahagiakan yang ibu mertua. Dia tidak harus berdiam diri dan menjadi beban lebih lama, bekerja sama sekaligus membuka opsi baru jelas jadi solusinya. Lalu, ada Inojin dan Sasuke yang entah mengapa terus bercokol di pikiran, selalu berhasil menyita fokusnya dalam sekejap.

[Sho-Ai] RATHER THAN HIM 彡 • SasuSaiInoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang