37: Altermapid

70 13 36
                                    

RATHER THAN HIM 彡Altermapid; (n

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

RATHER THAN HIM 彡
Altermapid; (n.) the nagging feeling that one lives in the wrong state or country
SaiShimuraSai

.
.

.


Jika hidup hanya dikelompokkan berdasar status sosialmu di mata masyarakat, maka barangkali Mitsashi Tenten hanya salah berpijak, mungkin saja dia hanya anak yang tersesat ke masa lalu, dan sekarang ini tengah menunggu dengan sabar agar Tuhan-atau siapa pun, barangkali seseorang, atau kaki tangannya-bisa membawa dia ke tempat yang benar, yang seharusnya, dimana kelobotisme memuakkan semacam itu sudah enyah dan dilupakan oleh kepala-kepala penuh tatapan menghakimi ketika dia datang dengan begitu sederhana. Tanpa dandanan, tanpa tas keluaran terbaru, tanpa kaki jenjang dibalut wedges yang tebalnya bisa membuat orang gegar otak ringan jika dibantingkan sekuat tenaga, tanpa Louis Vuitton berwarna mentereng atau rok mini pamer paha mulus atau makanan dengan harga selangit atau bakat menyaingi malaikat di atas awan.

Dia masih menunggu, dengan tenang menanti seseorang (atau sesuatu) berkata padanya dengan nada lembut, selembut sepih cokelat di toko kue kala berujar, "Aduh, malang nian nasib gadis kecil ini. Seharusnya kau bangun setidaknya dua abad lagi, tidak di generasi rusak ini, tidak dengan kehidupan serupa ini. Ayo, aku antar kau pada kehipupabmu selanjutnya. Bergegaslah! Bergegaslah! Kau pasti menyukainya."

Tapi, wah, andai saja memang benar terjadi, apa memang bakal mirip kisah komik Korea yang kerap dia baca berulang-ulang di laman internet kesukaan? Tertabrak kereta atau mobil atau tanpa sengaja masuk ke dalam novel romansa, menempati tubuh molek super cantik yang membuat orang berdecak kagum dengan air liur di sudut bibir, lantas bertemu sang pujaan dengan mulus, jatuh cinta di tatap pertama, menghakimi satu-dua antagonis sial yang paling-paling berakhir dipasung, dibunuh atau hukum mati ala-ala. Kemudian, foila! Selamat pada khayalannya yang mengada-ada, yang berpikir tentang hidup bahagia bisa secepat kedip mata, yang beranggapan bahwa angan semacam itu bisa jadi nyata. Sebab dunia tidak sebaik itu pada orang dengan muka rata-rata.

Tenten langsung dihadapkan pada realita ketika matanya terbuka, menatap presensi Hinata yang saat ini sedang berjalan dengan anggun seratus meter tepat di depan sana. Duh, malam-malam saja masih bertingkah anggun, Tenten sedikit menggerutu, entah kenapa bisa begitu.

"Aku akan bayar kau setelah kita bicara."

Well, sebenarnya, itu bukan sapaan yang terlampau bagus untuk mengawali sebuah topik pembicaraan serupa 'selamat malam', ungkap terima kasih singkat karena sudah menepati keinginan (paksaan) yang bersangkutan, atau satu-dua kata maaf yang rasa-rasanya terlampau mustahil disuarakan kendati cuma bersua satu kali dalam seribu abad bahkan dalam mimpi. Tapi, sudahlah, Hinata ya Hinata. Apa sih yang dia harapkan?

Tenten terdiam di gerbang depan SMA Hoshizuka, sekolah yang sudah terbengkalai sejak lama, tempat kesukaan Hinata ketika sudah mendapat masalah, dan dengan senang hati anak itu akan membuat Tenten ikut terseret kemana pun dia pergi-setidakpenting apa pun eksistensinya di sana. Tenten tidak menampik, dia tidak senang melakukan ini, tapi dia butuh uang itu, mau tidak mau.

[Sho-Ai] RATHER THAN HIM 彡 • SasuSaiInoWhere stories live. Discover now