57 : Pembebasan

Mulai dari awal
                                    

“Sekarang, kamu keluar. Di depan ada Avines.”

“Val..”

“Nggak ada waktu lagi, Cil! Cepet keluar!”

Beberapa orang suruhan Giano kembali datang dengan langkah tertatih. Juga ada Giano yang tatapannya penuh amarah. Valcano dengan siap siaga menarik Cilla ke belakang tubuhnya.

“Ternyata lo datang,” kata Giano. “Gue belum sempet main sama cewek lo padahal.”

“Jaga omongan lo, bangsat!”

Giano memberikan instruksi kepada orang-orang suruhannya untuk menyerang Valcano. Dua orang berbadan besar tadi langsung manghalau mereka. Giano mendekati Valcano, masih dengan tatapan penuh kemarahan.

“Lo musuh bebuyutan gue dari dulu.”

“Emang.”

Satu pukulan mendarat di perut Valcano. Cilla terkejut, syok, sampai mundur beberapa langkah. Valcano mengaduh kesakitan, lalu menatap lawannya. Tidak mau kalah, dia juga membalasnya, memberikan bogem di pipi Giano.

“Anjing!” Umpat Giano sambil berdiri.

Di tengah paniknya Cilla, tiba-tiba tubuhnya direngkuh oleh seseorang hingga membuat dirinya memberontak.

“Lepasin!” Teriak Cilla panik.

Siapa pelakunya? Dia adalah Anxer. Cilla agak trauma dengan lelaki ini, dia memberontak namun Anxer masih bersikeras untuk menarik Cilla.

“Lepasin!”

“Ikut gue!”

“Nggak mau,” jawabnya.

Mata Cilla menangkap Valcano yang terkapar. Astaga! Di tangan Giano ada belati. Valcano benar-benar kalah telak dengan Giano.

Gadis itu menendang tulang kering Anxer lalu menghampiri Valcano yang hendak ditusuk oleh belati oleh Giano. Anxer langsung menarik Cilla, karena tidak seimbang, tubuh Anxer jatuh di perut Valcano hingga belati itu menusuk punggung Anxer.

Giano terkejut, terlihat jelas saat Matanya melebar karena melihat siapa yang ditusuknya.

“An!” Cilla terkejut.

Valcano mengubah posisinya hinggan kepala Anxer ada di kakinya saat ini.

Sakit. Anxer merasakan kesakitan dipunggungnya. Darah mengalir deras dari sana saat Valcano dengan hati-hati mencabut belati itu dengan sapu tangannya. Sempat dia melihat Giano yang kabur.

“Panggil ambulance,” suruh Valcano kepada Cilla.

Cilla mengangguk lalu menghubungi ambulance, tak lupa juga dia menghubungi polisi. Avines datang dengan kepanikan yang sama, apalagi saat melihat Anxer.

“Astaga!” Avines segera menghampiri mereka.

“Dia ditusuk Giano, Vin,” kata Valcano.

“An.. Bertahan. Jangan tutup mata lo,” kata Cilla setelah menghubungi nomor polisi dan ambulance. “Mereka segera datang.”

“Sakit.” Hanya itu yang keluar dari mulut Anxer. Matanya masih tetap terbuka, sesekali dia meringis kesakitan.

“Jangan disentuh, Vin!” Valcano memperingatkan Avines yang hendak menyentuh belati itu. “Bahaya! Itu bisa jadi bukti kejahatan Giano.”

Avines memandang Anxer dengan ngeri. “Kita nggak bisa diam aja, dia kasihan.”

“Kita nggak bisa asal angkat dia, Vin,” kata Valcano.

“Tapi lihat dia.”

“Tahan punggungnya.”

Namun, Anxer menggelengkan kepalanya. “Sakit..”

Bersamaan dengan itu, suara sirine polisi menggema. Para petugas membopong tubuh Anxer dengan hati-hati sementara Cilla, Valcano dan Avines dibawa ke kantor polisi untuk dimintai keterangan.

•••

R : Kak, aku lupa alurnya.

M : Sama anjir.

°°

R : Kak, kapan update lagi?

M : Menunggu otak diajak kompromi, hwhw.

°°

R : Kak, kapan ceritanya tamat?

M : Gatau kapan, anjrit 😭

ValcanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang