12 : Tamparan

34.8K 2.5K 115
                                    

Orang : Kamu harus kuat!
Cillanera : Kuat untuk menghadapi mereka-mereka yang gak punya akal ya?

• • •

Pagi ini, senyum Cilla terukir. Dia merasakan jika mendapat kasih sayang Ibu dari Bunda. Valcano mendekati Cilla sambil membawa empat buku cetak, itu buku cetak milik Valcano. Iya, milik Valcano, Cilla memang tidak pulang ke rumah, jadi dia meminjam cetak milik Valcano untuk ke sekolah hari ini.

Bunda menyiapkan sarapan untuk dua remaja itu. Cilla benar-benar menikmati suasana hangat ini, begitu juga dengan Valcano. Walaupun Bunda hanya masak nasi goreng dengan telur, itu sudah sangat spesial bagi mereka.

Valcano menatap Cilla, aura bahagia gadis itu begit terpancar, lelaki itu mengelus kepala Cilla lalu berbisik. “Selalu bahagia, sayang.”

Cilla tersenyum, kata sepele itu mampu membuat tenaga Cilla besar. Inilah alasan Cilla bertahan dengan Valcano.

•••

Messa menghadang langkah Cilla dan Valcano. Gadis itu langsung bergelayut menja di lengan Valcano.

“Lo ke kelas sendiri aja ya, Cilla. Gue mau ke kelas sama Messa, waktu juga udah mepet nih.” Valcano melepas genggaman tangannya pada tangan Cilla.

Cilla mengangguk. “Ya. Sana pergi. Ganggu nih ya.

Cilla segera melenggang pergi meninggalkan mereka berdua, Valcano acuh dan langsung merangkul bahu Messa lalu berjalan ke arah kelasnya yang berbeda arah.

Tiba-tiba bahu Cilla ditepuk, pelukannya adalah Jeane. “Minggu mau main sama gue nggak?” tanyanya.

“Boleh, hitung-hitung biar gue nggak tersiksa di rumah,” kata Cilla.

“Ya udah, lo sharelock rumah lo ya biar supir gue yang jemput, sekalian jemput ke Gereja.”

Cilla mengangguk. “Oke.”

“Cilla, gue ada sesuatu buat lo. Bukan dari gue sih, tapi Mama gue. Dia juga titip salam buat lo.” Jeane membuka tasnya sambil berjalan, lalu memberikan sesuatu kepada Cilla. Senyum Cilla merekah, sebuah gelang bewarna hitam dengan bandul bulan “Gue nggak tahu apa maksud Mama kasih gelang ini ke lo, gue juga dikasih tapi bandulnya Matahari.”

Cilla memperhatikan pergelangan tangan Jeane. “Bagus ya.”

Jeane tersenyum.

“Kayaknya lo tuh ditakdirkan buat nerangin hidup gue, Je, saat gue terpuruk. Dan gue harus nemenin lo saat suka dan duka.”

•••

Kantin sekolah sudah ramai, Cilla dan Jeane masuk ke dalam kantin dan langsung mengambil tempat duduk yang kosong. Setelah memesan makanan, Cilla dan Jeane langsung makan tanpa menunggu waktu karena takut jam istirahat akan habis.

“King dimana?” tanya Cilla, tumben sekali King tidak bersama Jeane.

Mendengar nama King disebut, Jeane teringat sesuatu. “Anak itu sepertinya punya masalah dengan Valcano, cowok lo tuh.”

“Masalah apa?”

“Waktu lo nggak masuk, kita berdua cari lo. Di kelas nggak ada yang tahu kalau lo nggak masuk, terus usul deh kalau tanya ke Valcano, eh tapi cowok lo tuh malah sewot banget!” kata Jeane.

ValcanoWhere stories live. Discover now