38 : Datang

21.3K 1.6K 218
                                    

Pada akhirnya sebuah kisah akan berakhir sesuai dengan tatanan yang menjalaninya.

•••

“Mereka tahu jika kita mengincarnya?”

Lelaki yang diajak bicara itu menggeleng. Senyum seorang lelaki yang duduk di atas kursi terukir, senyum yang mampu membuat merinding. “Baiklah.”

“Awasi mereka karena kita akan segera menyergapnya. Terutama target kita.”

“Baik.”

•••

Keluarga kecil Johan sedang makan malam. Cilla tampak tenang saat makan, begitu pula dengan kembarannya, Silla, yang juga tenang disampingnya.

Keluarga Johan tampak damai, bahagia. Cilla senang dengan itu, dia merasakan kehangatan keluarganya sendiri.

“Avines tadi kemana?” Tanya Renata.

“Nggak tahu. Dia dapat telefon dari temannya langsung cabut,” jawab Cilla.

“Kok tumben ya Avines kesini?” Sahut Silla.

“Kan ada urusan sama gue, Sil,” balas Cilla.

Silla menggangguk paham. Asti tersenyum menatap kedua cucunya, namun dia juga rindu dengan Rafina.

Cilla menyudahi makannya, dia ingin sendiri. Karena Cilla terbiasa sendiri, dia tidak suka dengan situasi ramai. Sendiri, sunyi itu adalah hal yang dia sukai.

Gadis itu diberi tahu oleh Avines jika Valcano mabuk dan meracau i namanya. Itu yang membuatnya gelisah, kenapa Valcano sampai seperti itu. Perasaan khawatir mulai menyelimutinya, namun jika dipikir... Siapa dia? Seharusnya dia tidak mengkhawatirkan lelaki itu kan?

“Gue nggak boleh khawatir sama dia.”

•••

“Sudah saatnya dia tahu.”

Cilla menggeleng, tidak setuju dengan ucapan Avines. “Jangan.”

“Valcano terpukul, Cilla.”

“Nggak peduli,” balas Cilla datar. Dia beranjak dari tempatnya duduk, seleranya untuk makan di kantin hilang.

“Jangan bohongin diri lo sendiri,” sahutan ketus itu terdengar. Cilla menatap ke belakang dan melihat Nams sedang ke arahnya. “Gue tahu kalau lo masih sayang sama dia kan?”

“Lo nggak tahu apa-apa tentang gue, Nams.”

“Gue tahu, semuanya,” ucap Nams.

Cilla menggeleng. “Jangan ikut campur urusan gue.”

“Gue berhak ikut campur, lo sama Valcano itu temen gue. Demi kebaikan kalian berdua—maksud gue, bertiga, gue harus ikut campur.” Suara Nams keras.

Cilla mendelik. “Enggak!”

“Lo tahu? Valcano hancur karena kalian berdua!”

Cilla menyilangkan tangannya di dada, ujung bibirnya tertarik. Dia tersenyum penuh arti. “I think, Valcano deserves that.”

ValcanoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang