45 : Nams

16.4K 1.2K 195
                                    

Valcano tengah memetik senar gitarnya sambil bersenandung pelan. Saat ini, lelaki itu berada di apartemennya. Mata tajamnya melihat Cilla yang tertidur di sofa. Ah, manis sekali wajah kekasihnya itu.

Selepas pulang dari rumah sakit, Valcano mengajak Cilla ke apartemennya. Bukan apa, dia hanya ingin menghabiskan waktu lebih lama dengan gadis itu.

Valcano mengambil handphone Cilla, mengetikkan passwordnya lalu membuka aplikasi chat. “Maaf ya, Cilla, aku buka hape kamu buat hubungi Silla biar nggak khawatir.”

Dia menghubungi Silla, kembaran Cilla. Mengetikkan pesan jika Cilla izin untuk menginap di rumah teman. Dia mengatas namakan Jeane.

“Sorry, Je, lo nggak tahu apa-apa jadi ikut terseret.”

Setelah misinya selesai, Valcano duduk di hadapan Cilla yang tengah tertidur. Dia mengusap wajah gadis itu dengan penuh kasih sayang.

Perlakuan Valcano membuat Cilla terusik. Perlahan matanya terbuka. “Val.. Ih. Aku ngantuk.”

“Tidur di kamar ya?” Valcano mengangkat tubuh Cilla. Tangan Cilla langsung terkalung di leher Valcano. Begitu sampai di kamarnya, Valcano menurunkan tubuh Cilla dengan pelan-pelan.

Cilla memandang Valcano, begitu juga dengan lelaki itu. Tangan Valcano menekan kedua pipi Cilla, membuat mulut gadis itu mengerucut. Senyum Valcano terukir, dia mengusap pipi itu, lalu mendekatkan wajahnya ke arah wajah Cilla.

Mata Cilla terpejam, seakan tahu apa yang akan dilakukan oleh kekasihnya itu.

Drrt! Drrt! Drrt!

Sontak, Valcano mengurungkan niatnya dengan menjauhkan wajahnya dari wajah Cilla. Sementara itu, mata Cilla langsung terbuka lebar saat mendengar dering handphone milik Valcano.

“Sialan.”

Valcano mengambil handphonenya yang tergeletak di samping handphone Cilla, melihat siapa penelfonnya membuat Valcano mengelus dada.

Namsender.

Lelaki itu memutuskan untuk mengangkat panggilannya.

“Woyy! Mabuk yuk! Gue mau ke club nih!”

“Bacot lo, lo kalau muncul tuh di situasi yang tepat napa,” Valcano mengomel.

“Anying, apa deh? Marah-marah aja lo, nanti cepet mati lo!”

“Bajingan! Gue nggak bisa, lagi ada urusan gue!”

“Urusan apa? Kepo dong.”

“Kepo lo kayak cewek.” Valcano langsung mematikan panggilan tersebut.

Valcano menaruh handphonenya dengan asal, dua kali Nams muncul disaat situasi seperti ini.

“Kayaknya Nams jelmaan deh.”

•••

“Semalem lo marah-marah kayak cewek.”

Valcano menatap jengah Nams. “Lo sih ganggu.”

“Ganggu apaan, asu? Lo kemarin tidur? Cih, cupu banget lo tidur jam segitu.” Nams mengingat saat dia menelfon Valcano itu sekitar jam setengah sepuluh malam.

Ciko menimbrung. “Biasanya diajak ke club langsung berangkat.”

“Hadeeh! Lo ngajak gue bener-bener di situasi yang nggam tepat, tau nggak. Kemarin ada Cilla di apartemen gue.” Valcano meminum es tehnya.

Saat ini, Valcano, Avines, Nams, Tara dan Seno sedang ada di tempat tongkrongan langganan mereka. Warung Bu Jannda. Iya namanya, Bu Jannda, bibinya Seno. Istrinya Pak Farma. Ibunya Udin.

“Astaga!” Avines menyentuk. “Gila lo?”

“Tenang dulu, jangan salah paham. Gue sama sekali nggak ngapa-ngapain sama dia ya.” Valcano mendadak panik.

Mata Nams langsung melotot. “Jangan-jangan lo mau ciuman ya sama Cilla? Njir, nafsuan lo, Val.”

“Wajar lah, bangsat!” Tukas Valcano.

“Wah! Wah! Nggak boleh begitu atuh, harus halal dulu.” Tara sok alim.

“Stay halal brother,” sahut Seno.

“Beneran, gue nggak ngapa-ngapain sama Cilla.”

“Terakhir gue lihat lo mau ciuman deh, di rumah sakit.” Nams menaik turunkan alisnya.

“Nggak usah di bahas, sat!”

Nasm nyengir bajing.

•••

Seorang perempuan tengah menatap foto yang di berikan oleh lelaki yang ada di hadapannya. Perempuan itu meniup permen karetnya sampai pecah lalu kembali mengunyah.

“Gue tahu dia.”

“Syukur, lo bisa jalanin ini dengan mulus kan?”

Perempuan itu mengangguk. “Hm, gue bakal mainin permainan ini dengan mulus tanpa ada jejak sedikit pun.” Katanya dengan bangga.

“Good, bitch.” Lelaki itu menyunggingkan senyumnya. “Gue percaya sama lo bisa jalanin permainan ini.”

“Hm, nggak butuh waktu lama juga pasti bakal hancur dengan sendirinya.”

“Omongan lo jangan digedein, malu kalau dasarnya cuma omong doang hahaha.”

“Oh, lo nantangin gue nih, oke gue buktikan ke lo.”

•••

Tebak deh, siapa yang perempuan itu?

Kalian tim sad ending..

atau

happy ending..

Ada yang mau disampaikan ke Valcano?

Cilla?

Nams?

Messa?

Aku?




ValcanoWhere stories live. Discover now