52 : Reonus & Cilla

14.1K 1K 40
                                    

Berdamai memang cara yang harus di ambil demi kebaikan.

•••

Setelah bel berbunyi, Cilla keluar dari kelasnya dan seperti biasa Valcano akan berada di depan kelasnya. Demi itu, bahkan Valcano rela kabur dari jam istirahat yang di tentukan.

“Aku mau ke kelas kamu tadi,” kata Cilla saat sudah berhadapan dengan Valcano.

“Nggak usah ke kelasku, nanti kena pengaruh buruk,” jawab Valcano. “Messa adalah pengaruh buruk di hubungan kita.”

Cilla tidak menanggapi ucapan Valcano. Dia hanya menganggukkan kepalanya.

Setelah itu, Valcano menggenggam tangan Cilla lalu mengajaknya ke kantin yang masih sepi karena belum semua murid datang ke kantin.

Tidak lupa Valcano memesan makanan lalu di bawa ke meja yang ditempati oleh Cilla.

“Beli nasi bakar, sambalnya aku pisah,” kata Valcano.

Cilla berdiri sambil menerima piring yang dibawa oleh kekasihnya itu. “Makasi,” katanya.

“Anjass! Pamitnya ke toilet eh ketemunya di kantin.”

Baik Valcano maupun Cilla menoleh ke asal suara. Ciko dan kawan-kawan baru masuk ke kantin.

Valcano tertawa, tangannya melingkar posesif di pinggang Cilla, sehingga mengikis jarak diantara mereka berdua.

“Wadidaw, gas poll!” Sahut Nams.

“Lo semua jomblo nggak usah iri,” jawab Valcano, lalu tertawa.

Cilla pun ikut tertawa dengan kepalanya yang menyandar di dada Valcano. “Mulutnya minta di gunting sih emang.”

“Bener, kelewatan banget kalau ngomong.” Ciko berdiri di meja yang ditempati oleh Valcano dan Cilla. “Betah banget tuh tangan di pinggang Cilla.”

“Iri bilang bos.”

Tara hampir saja mengumpat namun urung saat Avines menyentuh pundaknya.

“Katanya lo mau puasa ngumpat? Sehari nggak ngomong kasar,” kata Avines, suaranya datar.

Masalah Avines dan Valcano memang sudah selesai, Valcano sudah menjelaskan secara detail saat kejadian itu dan memang waktu itu dia murni mabuk, ya walaupun harus mendapatkan hadiah bogeman dari Avines.

“Halah, gaya banget sehari coba nggak ngomong kasar.” Ciko menimpali.

“Sia—hmmpt.”

“Hampir lo ngumpat,” tegur Avines.

“Apinnn lo sekarang jadi soft banget sih, mau meninggal lihatnya.” Nams menatap Avines yang membekap mulut Tara.

“Softex,” timpal Seno.

“RUSAK MULUT LO, SEN!” Teriak Ciko.

Cilla menahan tawanya.

Valcano berbisik tepat ditelinga Cilla. “Mereka emang nggak waras.”

“Mereka kan teman kamu, berarti kamu ikutan nggak waras?”

Lelaki itu memutar bola matanya malas lalu menyuruh Cilla untuk duduk. Gadis itu kemudian makan sambil melihat tingkah laku teman-teman Valcano.

“Jeane sama King kemana?” Tanya Valcano disela-sela mengunyah makanannya.

“Aku nggak tahu, mungkin di kelas. Biasanya sih mereka ke kantin kalau istirahat kedua,” kata Cilla.

“Sambelnya pedes nggak?” Tanya Valcano saat melihat Cilla menyantap ayam dengan sambalnya.

Cilla menggeleng. “Enggak, kamu mau? Aku suapin.”

Valcano menggeleng ragu untuk menerima tawaran Cilla. Sebenarnya tawaran Cilla yang terakhir itu tidak akan dia tolak, namun untuk memakan sambalnya itu yang membuatnya menggeleng. Valcano tidak terlalu suka pedas.

“Makan bubur pakai garpu,” kata Nams.

“CAKEPP!”

“Ya nggak bisa lah, bego,” jawab Nams.

“Nams, ayo bisa yok ke neraka, gue tunjukin jalannya.” Valcano menatap tajam ke arah Nams.

“Namsender walikumsalam, dimohon untuk minggat dari dunia yang keras ini,” sahut Ciko.

Avines terkekeh.

Tara menendang kaki Nams. “Berhubung gue puasa ngomong kasar, jadi kaki lo gue tendang aja ya, Nams.”

“Pasti ganjel banget dihati,” timpal Seno. Lalu, lelaki itu menatap ke arah Ciko. “Ko Ciko, seharusnya lo yang puasa ngomong kasar, lo kan kalau ngomong kasar terus.”

“Goblok, lo kira gue apaan anjing?!” Ciko melemparkan tulang ayam milik Cilla yang disisihkan.

“Ciko!” Kaget Cilla.

“Sorry, Cil, hehe.”

Cilla hanya mendengus sebal lalu kembali makan. Valcano memberikan Cilla sebotol teh, menaruhnya di samping tangan gadis itu.

“Minumnya.”

“Makasi, sayang.”

Valcano tertawa pelan. “Sering ya panggil 'sayang', siapa nih yang ngajarin?”

“Kamu,” jawab Cilla malu.

Valcano mendekati wajah Cilla, berhenti tepat di dekat telinga gadis itu. “Kamu cantik.”

“Hayo, kantin nih kantin, CCTV masih mantau nih,” tegur Seno saat melihat Valcano yang sibuk bermesraan dengan Cilla.

Valcano menghela napas kasar. “Lo semua CCTV-nya.”

“CCTV kamar mandi cewe,” jawab Ciko sambil cengengesan.

“Halah, perlakuan lo tuh minus terus, Ko. Kalau nggak sering ngomong kasar ya suka ngintipin cewek di kamar mandi,” kata Avines yang dari tadi diam.

“Yang namanya Ciko nggak usah ditemenin,” kata Nams sambil beranjak dari duduknya lalu menarik Seno.

Avines kemudian bangkit dari duduknya diikuti dengan Tara, juga Valcano yang menarik tangan Cilla saat gadis itu sudah selesai makan untuk pergi dari kantin.

Meninggalkan Ciko di meja tadi.

“WOY ANJENGG GUE DITINGGAL?!”

•••

buntu parah ni otak, tp tetep paksa up😭
sorry" kalau feelnya g dpt:((
oh iye, sorry juga kalau jarang up sekarang, soalnya aku jg lagi nulis Valcano versi novel yang aku rombak total hgg.

Makan bubur dicampur kaca
ailopyu buat yang baca

Ttd
Cikotayron

ValcanoWhere stories live. Discover now