24 : Titik Terendah

36K 2.7K 489
                                    

[Komen setiap paragrafnya jgn lupa]

Happy Reading, sayang❤️

~

Tidak ada manusia yang sempurna, karena kesempurnaan itu hanya milik-Nya... Dan itu benar.

•••

Messa, Citra dan Shima menghadang langkah Cilla. Gadis itu memandang Cilla dengan tatapan tidak bersahabat. Citra dan Shima langsung berdiri di belakang Cilla, mengantisipasi jika Cilla nanti kabur.

“Mau apa lagi sih, Mes? Jangan ganggu gue, please.”

“Nggak bisa!” Bentak Messa. Semua yang ada disana langsung memfokuskan pandangan mereka ke arah Messa. “Lo udah ambil hal yang berharga di hidup gue! Nyokap gue!”

Bisik-bisik dari siswi-siswi lain membuat Messa tersenyum senang, dia melihat raut wajah Cilla yang memerah karena menahan amarah.

“Lo pembunuh, Cilla!” Tekan Messa.

Citra dan Shima tertawa mengejek, di susul yang lainnya. Tangan Cilla terkepal, menahan emosinya yang naik. Dia tidak terima di bilang pembunuh.

“Lo jangan asal tuduh!”

Messa menyilangkan tanganya di dada. Lo kan udah ngambil hal yang berharga di hidup gue dan sekarang gue bakal ambil hal yang berharga di mata lo.”

Cilla menegang.

“Gue kasih pilihan, tinggalin Valcano atau gue yang bakal rebut dengan kekuasaan gue?” Messa menunjukkan smirknya.

Cilla mendengus sebal, dia hendak melayangkan sebuah tamparan namun kedua dayang Messa lebih dulu menahannya. Messa mundur beberapa langkah, hampir saja dia kena serangan dari Cilla.

“Lihat, bahkan dia saja merasa kalau dia pembunuh kan?”

“Bajingan!” Teriak Cilla. Semuanya terdiam, begitu juga dengan Messa yang terkejut. Semua orang melihat Cilla adalah gadis pendiam yang tak memiliki teman dan.. lemah. Namun, kali ini mereka melihat sisi yang berbeda dari Cilla. “Cukup!”

Kali ini Messa yang menegang.

“Lo curi perhatian cowok gue, gue diam! Lo hujat gue sama temen-temen lo, gue diam. Semua orang bully gue, gue juga diam! Lo semua tuh berperilaku kayak binatang, nggak punya otak!” Teriak Cilla. Gadis itu mendorong dua teman Messa agar melepaskan tangannya. “Gue pernah ngelaporin kalian? GAK!”

Cilla berjalan mendekati Messa.

“Terima kasih, berkat Bu Metta, gue bisa hidup.” Messa mati kutu, terdiam. Setelahnya Cilla menatap ke arah gerumbulan yang menatapnya. “Lo semua nggak tahu rasanya hidup sendirian, keluarga nggak anggap lo! Pacar lo mentingin cewek lain, bahkan saat butuh pun tetep pentingin cewek itu! Lo semua juga nggak tahu gimana rasanya menahan perasaan cemburu, kesal, marah yang jadi satu!”

Cilla kembali menatap Messa.

“Lo mau ambil Valcano? Silahkan! Ambil aja nggak perlu pakai kekuasaan lo! Ambil dia! Rebut dia! Karena lo sama Valcano itu sama! Sama-sama bangsatnya! Sama-sama bajingannya!” Kata Cilla tepat di depan muka Messa. Dadanya kembang kempis, karena amarahnya.

Cilla hendak pergi, namun langkahnya berhenti lalu menatap kerumunan tadi.

“Oh iya, gue lupa. Lo semua juga sama-sama bajingannya! Punya otak nggak di pakai ya lo semua itu!”

•••

HOTNEWS! OEMJI! SUMPAH HOTNEWS!”

“Apa deh?” Tanya Seno saat melihat Nams dan Tara masuk ke kelas. Menjerit tidak jelas dan tampak begitu panik.

“Gaswat anjeng! Nyai Blorong Messong sama Mbok Rondo Cillaiaiaia ribut di depan kelas Cilla! Hotnews ini mah, su!” Sahut Tara dengan heboh.

“Waduh!” Avines berdiri. “Samperin, Val! Sebelum cewek lo di cabik-cabik sama Nyai Blorong!”

Valcano berdiri lalu keluar dari kelasnya. Diikutin dengan Nams, Tara, Seno dan juga Avines. Ciko tidak masuk karena sakit, u know Ciko sakit apa kan?

Sesampainya di depan kelas Cilla, memang benar adanya kerumunan tersebut. Dia menerobos dan mendorong murid lain dengan kasat untuk melihat apa yang tengah terjadi.

“Ambil dia! Rebut dia! Karena lo sama Valcano itu sama! Sama-sama bangsatnya! Sama-sama bajingannya!” Kata Cilla yang membuat hati Valcano memburu.

Cilla yang dia kenal tidak seperti ini, memurutnya Cilla iu berubah. Tepat saat berbalik, tatapan Cilla bertemu dengan Valcano. Kali ini mereka memfokuskan pandangan mereka kepada sepasang kekasih itu.

“Apa?! Lo mau bela dia? Bela silahkan! Sahabat tercinta lo tuh belain!” Bentak Cilla sambil berjalan melalui Valcano begitu saja.

Tangan Valcano menarik pergelangan tangan Cilla, lalu ketika Cilla sudah ada di depannya, dia menampar gadis itu hingga kepalanya tertoleh. Cilla merasakan pipinya panas, dia menatap Valcano. Tak tinggal diam, dia juga menampar lelaki itu.

“Bangsat!” Maki Cilla. “Main tangan kok sama cewek! Jantan lo, hah?”

Valcano terkejut, namun langsung mengubah ekspresinya lagi. “Dia lagi berduka dan lo masih aja mem—”

“Bela, Val! Bela! Terus ayo! Asal lo tahu orang berduka nggak akan rela-rela damprat gue dan minta gue buat lepasin lo!” Cilla mendorong bahu Valcano dengan bahunya.

“Cilla! Gue belum selesai ngomong, anjing!” Teriak Valcano.

Cilla menoleh. “Apa yang lo mau katakan, hah?”

Mendadak, Valcano bingung.

“Ini kedua kalinya lo nampar gue, Val, demi lo bela Messa.” Cilla menghela nafas. Emosinya mulai reda. “Kita putus aja ya, hubungan kita udah nggak sehat,” suara Cilla begitu halus, berbeda dengan yang tadi.

“Nggak! Gue nggak mau putus sama lo, Cil.”

Sorry, gue udah nggak betah sama hubungan kita.”

Setelah itu, Cilla masuk ke dalam kelasnya dan mengambil tasnya dan pergi ke ruang tatib.

•••

Hai, aku up nih😋

Yuk, next 200 komen🤪

ValcanoWhere stories live. Discover now