4 : Tawuran

32K 2.2K 157
                                    

Seperti tidak diinginkan tapi tak juga dibuang

• • •

"Kenapa kamu bawa dia kesini?"

Cilla memegang tangan Silla melihat neneknya tampak marah kepada Renata.

"Dia memaksa untuk ikut," jawab Johan dingin.

Neneknya semakin berang. "Lalu kenapa kamu menurutinya?"

"Nenek.." Panggil Cilla.

"Diam, anak pembawa sial!"

Cilla bangun ketika mimpi itu menyerangnya. Nafasnya menggebu-gebu seperti dikejar oleh penjahat. Gadis itu beranjak dari tempat tidurnya lalu keluar dari kamarnya menuju dapur. Di dapur, Cilla melihat Renata sedang mengambil sesuatu di kulkas. Cilla menghampiri ibunya.

"Ma.." tegurnya.

Tidak ada sahutan dari Renata.

"Cilla mimpi buruk, Ma.. Kenapa Cilla selalu di datangi mimpi-mimpi itu," katanya lirih.

Renata diam.

"Nggak masalah Mama nggak nenangin aku, setidaknya Mama mau dengerin keluh kesahku," kata Cilla. "Enak ya jadi Silla, dianggap pembawa keberuntungan, selalu dimanja sama Mama. Cilla juga pengen kayak Silla, diperhatikan Mama. Diantar sekolah sama Papa. Diingetin buat belajar, ditanya saat pulang sekolah."

Renata tercengang mendengarnya, apakah Cilla sedang mecurahkan isi hatinya?, pikir Renata.

Sesudah minum, Cilla langsung pergi meninggalkan Renata yang masih terdiam karena ucapannya.

• • •

"Cilla!"

Cilla menoleh ke arah Messa yang memanggilnya. "Hm?"

"Putusin Cano."

Mata Cilla melebar ketika mendengar ucapan Messa, enak sekali gadis itu menyuruhnya untuk memutuskan Valcano setelah hubungannya dengan Valcano hampir setahun.

"Apaan sih lo, nyuruh-nyuruh gue. Lo kira gue pembokat lo?" maki Cilla. "Seharusnya gue bilang sama lo, buat pergi jauh-jauh dari hidup Valcano, lo tuh parasit di hubungan gue!"

Messa terkejut dengan jawaban Cilla, dia pikir Cilla tidak akan berani kepadanya. Selain itu, ucapannya juga menohok hati sama seperti omongan Ciko.

"Asal lo tahu, Cil, sebenarnya Valcano nggak cinta sama lo." Messa menatap tajam Cilla. "Kenapa sih lo nggak nyadar-nyadar? Dia tuh sukanya sama gue."

"Kok lo pede banget, hm?" tutur Cilla.

Messa tertawa mengejek. "Cil, lo tuh malu-maluin Valcano aja."

"Masih mending lah, kalau lo malu-malu in keluarga."

"Dasar lo murahan!"

Cilla menampar pipi Messa ketika gadis itu sudah mengakhiri ucapannya. Lagi, Messa terkejut dengan perlakuan Cilla, dia begitu berani dengan dengan Messa.

"CILLA!" Teriak Valcano.

Cilla kaget.

Valcano berlari ke arah Messa, memeluknya yang sedang memegang pipinya yang merah karena tamparan Cilla. Lelaki itu begitu terlihat marah kepada Cilla, kaki Cilla bergetar melihatnya.

ValcanoWhere stories live. Discover now