54 : Surat dari Valcano

14.7K 1K 229
                                    

Valcano sudah menyiapkan plan untuk membalas musuhnya dan keluar dari permainan musuhnya itu. Nekatnya, dia mendatangi markas geng Vetunus.

Lelaki itu menunggu beberapa saat sampai akhirnya teman pemimpin Vetunus datang dan menggiring langkah Valcano untuk masuk ke dalam ruangan di lantai tiga.

“Nggak usah kaget kalau di lantai dua, lo tau aktivitas apa yang dilakukan oleh mereka,” katanya.

Valcano melirik lelaki yang dia tahu namanya Reyhan. “Udah biasa,” jawabnya.

Dibukanya pintu, terlihat Axel sudah duduk dengan tatapan dingin dengan sorot mata tajamnya, menunggu Valcano. Reyhan kemudian memberikan mereka berdua privasi.

Valcano kemudian mendekatinya lalu duduk di depan lelaki itu.

“To The Point, apa yang lo mau.”

Valcano memainkan jarinya di dagunya. “Gue ada masalah dengan geng Nevelas. Giano, masukin gue ke dalam permainannya dan parahnya dia bakal bawa-bawa cewek gue.”

Axel menyunggingkan senyum. “Apa yang harus gue lakukan?”

“Hancurin Giano.”

“Easy,” jawab Axel enteng. “Lo mau bayar gue berapa?”

“Lima?”

Axel menggeleng. “Itu tarif kalau lo balapan sama gue.”

Valcano mengangguk saja, tidak kaget dengan keangkuhan Axel. “Berapa pun yang lo minta, asal lo bisa hancurin Giano dan bawa ke gue.”

Axel menyesap rokoknya dengan dalam. “Bisa di atur,” katanya. “Lo juga punya geng, 'kan? Reonus juga lumayan gede. Kenapa lo nggak keluarkan pasukan geng lo dan milih Vetunus untuk nyelesain masalah lo?”

“Enggak.” Valcano menggeleng. “Ini masalah gue dengan Giano. Gue nggak mau sampai temen-temen gue ikut tertarik dalam masalah ini, mereka nggak tahu apa-apa dan ya.. Termasuk cewek gue, dia juga nggak tahu apa-apa.”

“Alasan gue buat pilih geng lo, karena gue mau masalah ini cepet selesai dan gue nggak mau masalah ini melebar. Gue nggak mau permainan yang dibuat Giano malah merusak hubungan pertemanan gue dan mungkin juga urusan percintaan gue,” lanjutnya.

“Menarik,” jawab Axel dengan mengangguk. “Oke. Transaksi nanti bakal diurus sama Reyhan. Lo boleh keluar.”

“Thanks.” Valcano kemudian bangkit dari duduknya, keluar dari ruangan remang-remang itu.

•••

“Dari mana aja? Dihubungi nggak bisa.”

‘Sorry,’ katanya.

“Tadi, jadi antar Bunda?” Tanya Cilla. Gadis itu mengambil buku tugasnya. Handphonenya terhimpit di antara pundak dan telinganya.

‘Jadi. Kamu belum tidur?’ Tanya Valcano di seberang sana. ‘Ini udah malam.’

“Niatnya mau tidur, tapi lupa kalau ada tugasnya Bu Ria. Salahku juga malah marathon film.”

Cilla dapat mendengar Valcano tertawa, membuatnya mengerutkan keningnya. “Kenapa ketawa?”

‘Pasti kamu marathon filmnya Disney, 'kan?’

Cilla mendengus. “Sembarangan! Nonton Titanic, Jo—”

‘Nobar Titanic yuk, langsung skip adegan Rose sama Jack pas ekhem!’

“Najis, mesum.”

‘Hahaha!’ Valcano menghela napas disana. ‘Cilla..’ Nadanya mulai serius. ‘Harus bisa jaga diri ya?’

ValcanoWhere stories live. Discover now