01

21.3K 734 14
                                    

Suasana tampak ramai di pameran fotografi yang diadakan oleh organisasi fotografer di Jakarta, mungkin jika dihitung menggunakan jari pengunjung pameran tersebut sudah tidak dapat dihitung oleh jari lagi.

Dea tampak sedang sibuk memandangi satu persatu hasil potret fotografer profesional. Tak jarang, Dea juga memotret beberapa karya foto yang menurutnya ia suka.

Kemudian, langkah Dea terhenti dan matanya terfokus menatapi sebuah figura yang ukurannya tak sebesar figura lainnya. Terlihat bunga edelweiss didalam foto tersebut, Dea terus menatapi dan sesekali ia juga menyentuh kaca figura tersebut.

"Hai. Kau suka dengan potret yang ini kah?" Tiba - tiba seorang pria berparas tampan, dan tinggi telah berada disamping Dea.

"Eh. Hai, iya sangat suka. Bunga yang ada di dalam foto ini memiliki makna tersendiri bagiku." Jawab Dea sedikit gugup.

"Memang, apa makna dari bunga yang terdapat pada foto tersebut bagimu?" Tanyanya.

"Edelweiss dapat hidup dalam keadaan apapun, ayahku bilang Edelweiss dapat dilambangkan menjadi cinta sejati. Dulu, ayah pernah memberikan edelweiss untuk ibuku dan mereka berharap bahwa hubungan mereka akan seperti bunga tersebut yang dapat hidup dalam keadaan apapun seperti dalam suka ataupun duka." Jelas Dea.

"Oh begitu, makna yang sangat menarik." Pujinya.

"Terimakasih, oh iya kita belum berkenalan hehe." Kata Dea.

"Maaf, aku sedang terburu - buru, aku akan memberitahu siapa namaku dan kau juga akan memberitahu siapa namamu ketika kita bertemu lagi." Kemudian pria tersebut berlalu, entah ke arah mana bagaikan angin yang berhembus begitu saja.

Dea masih penasaran, siapakah pria tadi. Tetapi, ia tak mau mengingatnya kembali karena mungkin tidak akan bertemu lagi. Dea segera beranjak dari pameran tersebut, mengingat besok merupakan hari pertamanya menjadi siswi kelas 11 SMA di sekolah barunya.

***

Sampainya dirumah, Dea masih terpikir dan penasaran siapakah pria tadi dan berharap dapat bertemu lagi.

"Ah, sudahlah buat apa aku memikirkannya terus. Kenal saja tidak." Pikir Dea. Kemudian, Dea sibuk membaca buku favoritnya dan pada akhirnya tertidur pulas.

***

Keesokan harinya Dea sudah tak sabar untuk belajar dan mencari kawan baru di sekolah barunya. Ia telah siap sejak pukul lima pagi tadi, untuk sampai ke sekolahnya tak membutuhkan waktu yang lama, mungkin hanya sekitar lima belas hingga dua puluh menit.

Sesampainya di sekolah, Dea hampir saja terlambat. Ia segera memasukki ruang kelas XI MIA 2, dan duduk disebelah perempuan dengan rambut ikal yang terkuncir dengan rapi.

"Hai, aku boleh duduk disini?" tanya Dea dengan ramah.

"Hai, boleh. Kamu murid baru ya?" jawab perempuan itu.

"Namaku Deandra Claresta, panggil saja Dea." Kata Dea.

"Oh, Dea... namaku Farah Amanda panggil saja Farah." Ujar Farah.

Kemudian, tampak seorang wanita muda memasukki ruangan kelas sambil membawa beberapa buku.

"Selamat pagi. Apakah ada yang sudah berkenalan dengan teman baru kita?" Tanya wanita tersebut yang diketahui bernama bu Ella.

"Belum, bu." Jawab beberapa murid dikelas tersebut.

"Yasudah kalau begitu, anda maju ke depan silahkan memperkenalkan diri." Ucap Bu Ella mempersilahkan.

"Baiklah." Dea beranjak dari kursinya dan berdiri didepan kelas. "Namaku Deandra Claresta, panggil saja Dea. Aku pindahan dari SMA Pertiwi Bandung." kenalnya.

"Baiklah Dea, kamu bisa duduk kembali semoga bisa mengikuti pelajaran dikelas ini dengan baik. Sekarang kita lanjutkan pelajaran minggu lalu, buka bukunya halaman delapan puluh tujuh." Kemudian bu Ella melanjutkan pelajaran Fisika - nya. Dea dapat mengikuti pelajaran dikelas tersebut dengan baik. []

EdelweissWhere stories live. Discover now