35. REALLY?

12.4K 1.9K 96
                                    

⚠t⚠y⚠p⚠o⚠














Jaemin yang diekori Jeno berhenti di depan sebuah makam terawat yang ditumbuhi rumput layaknya bukit kecil. Jaemin menyimpan buket bunga yang Jeno beli diperjalanan. Rumah terakhir Nenek Lee memang menjadi tempat tujuan pertama, setelah dari sini, baru Jaemin akan pulang dan mengemas beberapa barang miliknya juga milik Haechan

"Nenek, bagaimana kabarmu? Kabarku dan Haechan sangat baik, hanya saja, dia tidak bisa ikut menemui Nenek disini. Dia hanya menitipkan salam padamu" Jaemin tersenyum seraya menatap gundukan tanah hijau itu. Menoleh pada Jeno dan menarik lengannya untuk mendekat padanya

"Nenek, kenalkan, ini Jeno. Aku sudah sering menceritakannya padamu, kau ingatkan? Rumah dia pula yang kini kami tinggali. Nenek tak perlu khawatir, aku percaya padanya, dia pasti menjagaku dengan baik. Iya kan 'Jen?" Jeno mengangguk, mengeratkan genggamannya pada lengan kiri Jaemin

"Hallo Nenek, selamat siang. Terimakasih telah membesarkan Nana dan Haechan sampai menjadi seperti ini. Aku sampai kaget kenapa mereka berdua polos sekali. Aku sempat khawatir mereka akan mudah digondol kucing" Jaemin menepuk keras lengan Jeno, sedang Jeno terkekeh pelan. Kenapa pula Jeno mengeluarkan daddy joke nya di pemakaman seperti ini

"Nenek, tolong izinkan aku untuk menjaga Jaemin juga Haechan. Walaupun aku hanya mencintai cucumu yang berada di sampingku ini, tapi aku menyayangi Haechan seperti adikku. Jadi tolong percaya padaku, aku tidak akan membiarkan mereka terluka, aku dapat memastikan mereka berdua aman bersamaku" Jeno menatap Jaemin dengan tatapan teduhnya

"Jeno, bisa kau kembali ke mobil lebih dulu? Ada yang harus aku katakan pada Nenek, tapi, kau jangan berani mendengarkan okay? Kalau kau masih bisa mendengar perkataanku nanti, gunakan headphone milikku di mobil. Awas yah!" Jeno tertawa saat Jaemin menunjuk-nunjuk wajahnya, dia mengangguk dan menggusak kasar rambut Jaemin

"Iya, iya, tenang saja. Aku janji tidak akan mencuri dengar semua perkataanmu" Jeno melangkah menjauhi Jaemin, sampai di langkah ke empat, dia berbalik kembali. "Jangan terlalu lama, disini panas" Setelah berteriak seperti itu, Jeno melanjutkan langkahnya. Menuruni puluhan anak tangga dan keluar dari area pemakaman

"Lihat kan 'Nek, dia tau aku benci cuaca panas. Oh iya 'Nek, ada satu hal yang ingin aku sampaikan. Ibu Haechan, Bibi Ten, telah kembali. Haechan tidak mau menemuinya, padahal Bibi Ten sudah jauh-jauh datang ke sini. Tapi Haechan malah membencinya. Padahal selama ini dia tidak pernah mengatakan membenci sosok ibunya, dia juga tidak pernah mengatakan merindukan ibunya. Ternyata selama ini aku belum bisa mengerti Haechan, maafkan aku 'Nek" Jaemin berbalik, melihat banyaknya gundukan tanah berumput dan mobil Jeno di area parkir di bawah sana

"Hmm, baiklah 'Nek. Aku pasti akan tetap meyakinkan Haechan untuk menemui Bibi Ten. Aku tau sebenarnya Haechan juga merindukan Bibi Ten, dia hanya terlalu kecewa" Jaemin menarik napasnya dalam-dalam, menyesap udara sekitar yang jauh dari polisi

"Ya sudah 'Nek. Aku tak bisa berlama-lama, Jeno menungguku. Dan aku harus cepat-cepat mengemas pakaianku dan Haechan. Di lain waktu, aku akan kembali mengunjungimu, dengan Haechan tentunya. Sampai jumpa lagi 'Nek, aku sangat merindukanmu" Jaemin mengusap rerumputan diatas makam Nenek Lee. Menatap sebentar lalu memantapkan diri untuk berjalan menjauh

Seperti Jeno, Jaemin harus menuruni banyaknya anak tangga, berjalan menuju area parkir dan memasuki mobil. Saat pintu terbuka, Jeno tersenyum manis padanya, seakan memberi kode untuk menguatkan diri. Jaemin tak sadar saja kalau air matanya mulai meluncur bebas di kedua pipinya. Padahal di atas tadi, di depan Nenek Lee, dia berusaha dengan keras untuk tidak menangis

Vampire's Bride || Nomin [✔] TERBITWhere stories live. Discover now