3. His Eyes

27K 4.1K 213
                                    

⚠t⚠y⚠p⚠o⚠














Haechan menyesal mengikuti Jaemin hingga sampai di rumah mewah bercat hitam ini. Iya, demi melancarkan acara klub nya, Jaemin berhasil membujuk sekretaris Huang agar mempertemukannya dengan Jeno. Dan sampailah mereka di depan pintu tinggi bernuansa klasik tapi megah yang penuh pahatan mahal ini

"Jae-jaem, kenapa rumah ini seperti rumah terkutuk di film-film. A-aku takut, lebih baik kita pulang. Kau atur saja pertemuan lain, yang pasti jangan disini. Aku mohon 'Jaem, aku benar-benar takut" Sedari tadi, Haechan meremat lengan baju Jaemin. Berlindung sedikit di belakang punggung Jaemin saat pemuda Na itu membunyikan bel yang terletak di pinggiran pintu

"Siapa?" Wow, walaupun terkesan kolot, ternyata memakai teknologi modern juga

"Aku Na Jaemin, aku—..."

"Oh iya maaf Na Jaemin-ssi, kau boleh masuk" Suara yang Jaemin yakini merupakan suara Renjun itu tak lagi terdengar setelah pintu terbuka otomatis

"Jae-jaem, aku mohon" Jaemin menepuk pelan punggung tangan sahabatnya yang setia meremat lengannya

"Tak apa 'Chan, ada aku" Jaemin menarik pelan Haechan memasuki rumah pemilik Lee Corporation itu

Iya, pertemuan Jaemin dengan Jeno memang dilakukan di rumah pribadi Jeno. Sekretaris Huang mengatakan kalau Jeno sedang senggang dan tidak akan berada di kantor untuk satu atau dua minggu ke depan. Dan beruntung Jaemin menyanggupi permintaan Renjun agar pergi ke rumah Jeno, setidaknya sekarang dia tau alamat sang pujaan hati

Jaemin tidak berhenti terpesona dengan semua interior mistis di mansion ini. Cat dan perabot antik yang dominan hitam memenuhi seluruh penjuru ruangan, lukisan-lukisan besar bergaya Eropa berjajar rapi di sepanjang koridor. Benar-benar definisi 'rumah vampir' menurut Jaemin

Berbeda dengan Jaemin yang tampak kagum, Haechan semakin merapatkan tubuhnya dengan Jaemin. Dia merasa semua gambar manusia dalam lukisan-lukisan itu tengah menatapnya, bersiap keluar dari lukisan dan hendak berlari mengejarnya. Haechan bergidik sendiri membayangkannya, dia menguatkan pegangannya di lengan Jaemin

"Oh iya, Jaemin-ssi, kalian tunggu saja di ruangan ini yah. Jeno—eh—maksudku Boss sedang mengurus sesuatu di ruangannya. Aku akan pergi mengambilkan minum dan cemilan, tunggu sebentar" Jaemin dan Haechan mengangguk cepat, Renjun meninggalkan mereka di ruangan kecil yang terdapat perapian di sudut dindingnya

"Masih ada yang menggunakan perapian di abad 21?"
































"Kenapa kau biarkan mereka masuk rumah Huang Renjun?!" Jeno memijat pangkal hidungnya lelah, kalau dia tidak ingat seberguna apa seorang Huang Renjun, mungkin dia sudah memukul habis Renjun dengan stick golf yang saat ini berada di tangannya

"Aku kan sudah katakan, mereka membutuhkan sponsor. Dan karena kau tak mau pergi ke kantor, ya sudah, aku atur pertemuan di rumah. Apa? Mau protes? Salah kau sendiri Lee Jeno! Kalau kau tidak malas, aku juga akan menyuruh mereka bertemu di kantor" Renjun mendengus sebal, sang pimpinan memang hanya tau mengomel dan mengomel. Padahal di ruangan Jeno terdapat cermin besar untuk berkaca tapi sepertinya tidak pernah digunakan dengan baik

"Kalau Mark Hyung tau bagaimana—..."

"Ruangannya sudah aku segel, dia tidak akan keluar selama mereka masih di sini" Giliran Jeno yang mendengus, Renjun suka sekali memotong perkataannya

Vampire's Bride || Nomin [✔] TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang