15. You Lie!

18.3K 3.2K 248
                                    

⚠t⚠y⚠p⚠o⚠












"Chan, aku mohon buka pintunya. Ada aku disini, tolong buka pintunya" Jaemin sudah berdiri sambil mengetuk pintu dari belasan menit lalu. Tapi Haechan tetap tidak mau membuka pintu itu

Samar-samar Jaemin mendengar Haechan yang tengah meracau. Segala panggilan mulai dari ayah, ibu, kakek, nenek, semua Haechan katakan. Jaemin jadi ingin menangis mendengarnya. Bukan, Jaemin maupun Haechan tidak lemah kok, hanya saja mereka terlalu memahami satu sama lain. Jika salah satu berada di titik terendah, yang lain merasakan hal yang sama

Haechan tengah berjuang sendiri di dalam, harusnya Jaemin berada di sana untuk menemani. Tapi ini, dia bahkan tidak diperbolehkan masuk sama sekali. Memohon bantuan pada Jeno maupun Renjun pun mereka menolak

"Aku harus masuk 'Jen, tolong biarkan aku masuk. Aku takut Haechan melakukan hal yang tidak-tidak" Jeno menggeleng, bukan tidak mau tapi tidak bisa. Tadi saja, Haechan berteriak kencang melihat Jeno dan Chenle. Hanya pada Renjun Haechan sedikit melunak

Jeno telah menceritakan semuanya pada Jaemin. Bahwasanya sang kakak telah menunjukkan identitas aslinya pada Haechan, dan itu juga yang menjadi penyebab trauma Haechan muncul kembali

"Bisakah kalian tinggalkan aku? Aku harus bicara dengannya, berdua saja" Chenle menarik Renjun dan Jeno yang nampak bergeming. Sudah dikatakan kalau Chenle itu sungguh sangat peka, dia mengerti dengan apa yang akan dilakukan Jaemin

Setelah Jeno, Renjun juga Chenle meninggalkannya sendiri di depan pintu kamar yang tertutup, Jaemin mendudukan dirinya dengan bersandar pada pintu. Haechan pasti mendengar semua perkataannya

"Chan, kau tau, mengatasi trauma itu bukan dengan dihindari tapi dilawan. Dan, aku pikir mereka semua orang yang tepat untuk membantumu melawan trauma menyakitkan ini. Mereka baik 'Chan, buktinya sampai saat ini kita masih hidup. Bahkan diberi kamar yang sangat nyaman. Apa kau masih tidak bisa mempercayai dan tidak takut pada mereka?" Sejujurnya, Jaemin kadang lelah saat menenangkan Haechan yang seperti ini

Terkadang serangan panik itu bisa sembuh dalam waktu singkat. Terkadang sampai berjam-jam Haechan tak mau keluar dari kamar dengan segala ketakutannya. Jaemin terkadang pula merasa, yang seharusnya memiliki trauma menyakitkan itu dirinya, bukan sang sahabat yang seharusnya menjadi saksi di malam menyedihkan itu

Yang justru sangat aneh disini, Jaemin tidak bisa mengingat apa yang Haechan ingat. Dia hanya tau, di malam Haechan mendapatkan trauma menakutkannya, orang tua Jaemin juga meninggal di malam yang sama. Di rumahnya, enam belas tahun lalu, disaat Jaemin dan Haechan baru berusia empat tahun

"Jadi kau tau Jaem? KAU JAHAT! KAU MEMBAWAKU KE TEMPAT INI! APA YANG KAU INGINKAN JAEMIN?! KAU INGIN MELIHAT SAHABATMU INI MATI LEMAS? KAU JAHAT NA JAEMIN! KAU PEMBOHONG!" Jaemin meringis mendengar teriakan Haechan dari dalam. Bisakah Jaemin disalahkan disini? Ia juga tidak mau membawa Haechan ke rumah ini, tapi dia tidak punya pilihan lain. Dan Jaemin merasa dirinya bukan pembohong, dia hanya tidak mengatakan hal yang sebenarnya

"Chan, awalnya aku juga takut. Tapi mengingat perlakuan mereka pada kita sampai saat ini, aku yakin mereka tidak akan macam-macam pada kita. Mereka tidak semenakutkan yang kita bayangkan, mereka sama seperti kita 'Chan. Tidak ada taring yang mencuat, tidak ada-"

"ADA! AKU MELIHATNYA TADI! MATA MERAHNYA JUGA PERSIS SEPERTI APA YANG KULIHAT DULU! DAN KAU MASIH MEMIHAK MEREKA?! KAU MEMANG MENYERAHKAN NYAWAKU UNTUK MEREKA 'JAEM, KAU JAHAT!" Jaemin terbiasa seperti ini, walaupun dalam faktanya dia memang menyembunyikan hal paling penting dari Haechan. Tapi itu juga untuk kebaikannya, tidak mungkin Jaemin berlaku demikian pada sahabat sehidup sematinya ini

Vampire's Bride || Nomin [✔] TERBITWhere stories live. Discover now