39. Fitting

10.3K 1.6K 76
                                    

⚠t⚠y⚠p⚠o⚠






























Penerbangan Korea-Jepang hanya memakan waktu selama 2 Jam, namun 2 jam itu terasa lama untuk Haechan yang harus mendengar kemesraan antara Renjun dan Chenle. Perasaan menyesal tiba-tiba menghampiri, walaupun kursi kelas satu punya pintu tersendiri, tapi suara mereka tetap terdengar

"Chan, kau sudah tidak menganggap kehadiranku lagi?" Haechan menoleh dengan cepat, perkataan Jaemin barusan menciptakan tanda tanya besar baginya

"Maksudnya?" Jaemin membuang napas panjang, dia mengubah arah duduknya menjadi menyamping dan menatap sahabatnya dalam

"Kapan kau mau bercerita kepadaku tentang perasaanmu? Aku tau kau menyukai Renjun" Haechan sontak membelalak, dia menutup mulut Jaemin dengan telapak tangannya. Reflek menoleh pada kursi Renjun di samping kirinya, padahal pintu kursinya sendiri tertutup rapat. Haechan baru bernafas lega saat melihat Renjun masih fokus bercengkrama dengan Chenle

"Jangan keras-keras bicaranya. Kau mau dia dengar?" Jaemin hendak menjilat telapak Haechan sebelum si empunya menarik lengannya dari depan mulut Jaemin

"Ish, lebih baik dia dengar kan? Setidaknya dia akan tau dan sedikit memikirkan tentang perasaanmu. Kau mau setiap hari melihat mereka mesra seperti itu? Kalau aku jadi dirimu, aku sih tak mau" Perkataan Jaemin membuat Haechan semakin cemberut. Untuk Jaemin yang selalu nekat, hal seperti ini kecil, tapi tidak untuknya

Kalau Jaemin suka kepada seseorang, dia akan mengejar orang itu dengan cara apapun, walaupun berujung ditolak, Jaemin tidak akan terlalu terpuruk. Karena Jaemin menikmati prosesnya, iya, proses menggali semua informasi, proses berkenalan, proses mendekatkan diri, semua proses itu yang dia nikmati. Persis seperti apa yang terjadi saat Jaemin mengejar Jeno

Berbanding terbalik dengan Haechan yang walaupun perkataannya terkadang tidak terkontrol, dia punya rasa rendah diri yang selalu berhasil membuatnya menyerah. Apalagi, Renjun terlihat sangat mencintai Chenle, dia tidak bisa berbuat apapun

"Saranku, kau katakan perasaanmu. Kalaupun ditolak, setidaknya beban dihatimu berkurang. Kalau kau memang berniat untuk menyerah, akan mudah untuk melupakannya juga. Meskipun fakta kita tinggal seatap tidak bisa aku sangkal" Haechan menatap Jaemin lama, lalu mengangguk. Dia memeluk tubuh Jaemin erat dan dibalas pelukan erat juga oleh Jaemin

"Kita tidur saja, satu jam waktu yang cukup untuk tidur"

































Akhirnya pesawat tiba di tujuan. Mereka kini sudah bersama dengan koper masing-masing, menunggu jemputan yang disediakan oleh Juyeon. Saat mereka baru keluar dari gerbang kedatangan, tiga orang pria berjas menghampiri mereka. Jeno yang fasih berbahasa Jepang mulai berbincang, ternyata mereka orang suruhan Juyeon

Jeno menjelaskan kalau Juyeon menyiapkan tiga mobil, dua mobil untuk mereka, dan satu mobil khusus untuk barang-barang bawaan. Tadinya mereka akan membagi rata untuk setiap mobil, namun dengan akal yang dimiliki Jeno, berakhir dengan Jaemin yang ditarik Jeno menuju mobil terdepan dan lima orang di belakang yang hanya bisa menatap Jeno kesal

"Biarkan seperti ini, kita sudah terpisah hampir tiga jam lamanya. Sekarang giliranmu untuk bersamaku" Jaemin mendengus, namun tetap mengikuti langkah Jeno. Mengabaikan Haechan dengan perasaan berkecamuk nya karena harus semobil dengan Renjun dan Chenle

"Ya sudah kita juga masuk saja. Biarkan Jeno dengan Jaemin, daripada dia merengek kalau dipisahkan dari Jaemin lagi" Minho mendahului empat lainnya memasuki mobil, dia duduk di kursi depan. Kursi paling belakang diisi Haechan yang ditarik Mark untuk duduk disebelahnya. Terakhir Renjun dan Chenle yang duduk di kursi kedua

Vampire's Bride || Nomin [✔] TERBITWhere stories live. Discover now