Part 43

25.5K 2.5K 21
                                    

"Jangan pernah lo sakitin dia lagi!" ucap Zidan dengan penuh penekanan.

"Tapi dia duluan Zid," ujar Kinan.

Zidan tidak menjawab ucapan Kinan, ia hanya menarik pelan pergelangan tangan Zyla dan membawa gadis itu menuju rooftop.

"Mau kemana woy?" teriak Kevin.

"Udah lah Vin, biarin aja," sahut Lia.

"Iya, jangan ganggu mereka," timpal Rita.

Sesampainya di rooftop, Zidan memerintahkan Zyla agar duduk pada sofa usang yang berada disana, sementara Zidan mendudukkan dirinya disamping Zyla.

"Ngapain lo bawa gue kesini?" ketus Zyla.

"Lo bisu?" tanya Zyla lagi.

"El,"

"Lo kok diem aja sih?" ucap Zyla kesal karena tidak mendapat jawaban dari cowok itu.

Zidan mengalihkan  pandangannya dan menatap Zyla dari jarak yang sangat dekat.

"Gue tahu gue cantik, lo pasti terpesona sama gue kan?" tanya Zyla seraya mengibaskan rambutnya.

Zidan masih diam tanpa membalas ucapan Zyla, ia hanya mencubit pipi Zyla yang membuat gadis itu meringis kesakitan.

"Awh, sakit El," ucap Zyla seraya memegangi pipinya.

"Harapan lo terkabul Zy," ucap Zidan membuka suara.

"Maksud lo?" tanya Zyla yang tidak mengerti kemana arah pembicaraan mereka.

"Dulu lo pengen banget lupain gue sekaligus masa lalu lo dan sekarang Tuhan ngabulin doa lo,"

"Tapi semua itu terjadi saat cerita kita belum selesai, kita bahkan belum tahu akhir cerita kita akan gimana," sambung Zidan.

"Saat lo kasih gue kesempatan lagi buat buktiin semuanya, gue berusaha sekuat mungkin, tapi lo malah lupain semuanya Zy,"

"Terus lo salahin gue? Gue juga nggak mau kayak gini El. Gue juga menderita karena gue nggak bisa inget apapun. Lo pikir gue seneng kek gini? Enggak sama sekali! Gue bahkan selalu nanya sama diri gue sendiri gimana masa lalu gue,"

"Gue nggak salahin lo sama sekali Zy," ujar Zidan.

"Udah lah El, nggak ada lagi yang perlu diributin. Bukannya hubungan kita cuma sebatas mantan?"

"Lo nggak inget Zy, makannya lo ngomong gitu, bahkan hubungan kita lebih dari itu sebelumnya," ujar Zidan seraya menatap manik Zyla.

"Oh ya? Gue nggak yakin tuh," sahut Zyla seraya menatap balik Zidan.

"Gue akan buat lo inget semuanya," ucap Zidan.

"Caranya?"

Zidan mendekatkan wajahnya, sehingga kini jarak antara keduanya sangat dekat, sementara Zyla berniat akan mundur menghindari cowok itu, namun sebelum itu Zidan sudah lebih dulu menahan pinggang Zyla dengan tangannya, sehingga Zyla tidak bisa pergi.

Deg deg deg!
Jantung Zyla berdetak lebih cepat dari biasanya, ia bahkan sudah menahan nafasnya karena terlalu gugup.

"Sial, kenapa gue jadi deg-degan gini?" batin Zyla bertanya pada dirinya sendiri.

"See! Lo deg-degan kalo deket gue," ucap Zidan seraya tersenyum miring.

"Gue deg-degan bukan karena deket sama lo, tapi karena gue takut lo apa-apain gue," elak Zyla.

"Oh ya?" tanya Zidan seraya tersenyum miring dan lebih mendekatkan wajahnya lagi kewajah Zyla.

"Lo mau ngapain?" tanya Zyla menatap Zidan was-was.

"Lo cantik Zy," bisik Zidan tepat disamping telinga Zyla.

"Gue emang cantik, baru tahu lo?" tanya Zyla sinis.

Zyla memejamkan matanya kala Zidan memiringkan wajahnya dan lebih mendekat. Jantungnya bahakan sudah berdetak tidak karuan. Entah kenapa setiap kali dekat dengan Zidan, gadis itu merasa ada sesuatu yang berbeda pada dirinya.

"Ekhem,"

Zidan dan Zyla menoleh serentak saat mendengar deheman dari seseorang. Disana terlihat seorang pria paruh baya yang tengah berdiri seraya menatap kedua insan tersebut dengan berkacak pinggang.

Mereka sontak menjauhkan tubuh mereka satu sama lain dengan Zyla yang mendorong dada Zidan secara kasar.

"Bagus," ucap Pak Hendro, selaku guru BK.

"Bel masuk sudah berbunyi sejak tadi, tapi kalian masih disini?" tanya Pak Hendro.

"Bukannya belajar yang bener, malah pacaran disini," sambung Pak Hendro.

"Kita nggak pacaran Pak," sahut Zyla seraya membela dirinya sendiri.

"Kamu pikir saya nggak lihat?" tanya Pak Hendro tegas.

"Lah, salah sendiri Bapak lihat,' ujar Zyla santai.

"Kalian berdua ikut saya!" titah Pak Hendro yang diikuti oleh Zyla dan Zidan dibelakangnya.

"Kalian berdua saya hukum beresin gudang ini sampai bersih," titah Pa Handoko.

"Emangnya Bapak siapa? Guru disini juga?" tanya Zyla polos.

"Saya ini Guru BK, masa kamu lupa? Padahal kan dulu kamu selalu berurusan sama saya," sahut Pak Handoko.

"Maaf Pak, dia amnesia karena kecelakaan itu," celetuk Zidan.

"Amnesia, tampilannya aja berubah, tapi kelakuan sama sifatnya sama aja ngeselin,"ujar Pak Handoko.

"Sudah sana kalian beresin itu gudang, tapi ingat, pintu gudang ini rusak dan nggak bisa dibuka dari dalam, jadi kalo kalian didalam, jangan ditutup pintunya, nanti bisa-bisa kalian kekunci di dalem," ucap Pak Handoko.

"Iya Pak, bawel amat sih," sahut Zyla.

"Lo yang beresin semuanya ya El, gue capek mau tidur," ucap Zyla yang langsung merebahkan tubuhnya pada meja yang tertata di gudang tersebut.

Zidan hanya menuruti apa kata Zyla, karena sejujurnya ia juga tidak tega melihat gadis itu yang baru saja sembuh, tapi malah mendapatkan masalah gara-gara dirinya.

"Baju lo kotor Zy," ucap Zidan.

"Bodo amat, gue bener-bener ngantuk," sahut Zyla yang sudah memejamkan matanya.

Sebelum itu ia merasakan ada sesuatu yang menutupi bagian bawahnya. Ia menatap kebawah, ternyata Zidan yang memakaikan jas almamater sekolahnya agar menutupi paha Zyla.

"Dasar ceroboh!" ejek Zidan.

"Lo pikir disini cuma ada lo doang apa?" tanya Zidan ketus.

"Gue juga cowok kali dan asal lo tahu, gue ini cowok normal," ucap Zidan yang membuat Zyla tertegun, karena ia sepertinya pernah mendengar kalimat itu.

"Kenapa lo diem?" tanya Zidan bingung.

"Gue pikir lo emang nggak normal," sahut Zyla.

"Atau jangan-jangan lo emang beneran nggak normal El?" tanya Zyla menatap Zidan yang saat ini tengah menatapnya juga.

Cup!

Zyla mematung ditempat kala Zidan mencium bibirnya, ia bahkan masih syok karena kejadian itu.

"Lo-"

Cup!

Belum sempat Zyla menyelesaikan kalimatnya, Zidan sudah lebih dulu menciumnya lagi.

"Itu bukti kalo gue itu masih normal," ujar Zidan seraya tersenyum miring.

ZIZY (Zidan&Zyla) (SEGERA TERBIT)Where stories live. Discover now