Part 20

29.7K 2.8K 7
                                    

Zidan membungkukkan badannya, kemudian menggendong Zyla menuju ke mobilnya, sebelum sampai di mobil, ia terlebih dulu bertemu dengan kedua orang tuanya.

"Mampus! Gue harus ngomong apa sama mereka," batin Zidan cemas.

"Loh Zid, kamu mau kemana?" tanya Meli kepada putranya.

"Anterin Zyzy," sahut Zidan apa adanya.

"Itu pacar kamu Zidan?" tanya Geno menatap Zyla yang tengah digendong oleh Zidan.

"Iya, itu pacar Zidan Yah, namanya itu Zyla," bukan Zidan yang menjawab, melainkan Meli.

"Dia mabuk Yah, Bun. Tadi Zidan nggak sengaja ninggalin Zyzy sendiri," ujar Zidan berusaha menjelaskan yang sejujurnya.

"Kamu ini gimana sih? Masa pacar sendiri ditinggalin?" omel Meli.

"Pinter juga kamu milih pacar," ujar Geno yang masih menatap Zyla.

"Hai Om, Om kok nggak ganteng kayak El sih? Tante kok mau sama Om ini?" tanya Zyla yang membuat Meli tertawa karena ucapannya.

"Dia ini juga calon mertua kamu loh Zy," sahut Meli seraya tersenyum.

"Jangan salah, Om juga dulunya ganteng kayak Zidan," sahut Geno.

"El, ayo pulang!" rengek Zyla kepada Zidan.

"Kamu anterin pulang gih, Zyla udah pusing kayaknya," ucap Meli.

"Zidan pamit Bun, Yah," Zidan meninggalkan kedua orang tuanya.

Zidan menggendong Zyla keluar dari rumah menuju ke parkiran mobilnya.

Cup!
Tiba-tiba Zyla mencium pipi Zidan dari arah samping, hal itu menyebabkan Zidan terkejut bukan main.

"Shit, dia pake nyium gue segala," batin Zidan.

"Zy," tegur Zidan lirih.

Zyla tidak menjawab panggilan dari Zidan, gadis itu justru mengeratkan pelukannya saat masih digendong Zidan, dan menyenderkan kepalanya dipundak Zidan.

Zidan membuka mobilnya dan meletakan Zyla di kursi depan samping pengemudi, kemudian ia melajukan mobilnya.

"Rumah lo dimana Zy?" tanya Zidan menatap Zyla sekilas.

"Rumah gue di-," Zyla menjeda ucapannya selama beberapa detik.

"Dimana?" tanya Zidan lagi yang tak sabar menunggu jawaban Zyla.

"Dimana ya?" Zyla bertanya balik seraya menggaruk kepalanya.

"Terus gue harus nganterin lo kemana?" tanya Zidan bingung, sementara Zyla tidak menjawab.

"Zy," Zidan memanggil Zyla sekali lagi, namun tetap tak mendapat jawaban dari Zyla.

"Zyzy!" Panggil Zidan lagi.

Zidan menatap kesamping, dan mendapati Zyla yang sudah tertidur pulas. Ia bingung harus mengantarkan gadis itu kemana, karena sebelumnya ia tidak pernah mengantar Zyla sampai rumah.

"Halo," sapa Zidan saat panggilan telponnya sudah terhubung dengan Rita.

"Hallo Zid, ada apa ya?" tanya Rita bingung, karena Zidan baru sekali ini menghubunginya.

"Lo tau dimana rumah Zyzy?"

"Gue nggak tau Zid, bahkan gue sama Lia juga belum pernah kerumah Zyzy,"

"Lo pada kan sahabatnya, masa kalian nggak tau?"

"Kita emang nggak tau, orang Zyzy nggak pernah ajak kita ke rumahnya,"

Tut!
Zidan mematikan sambungan teleponnya dengan Rita secara sepihak karena kesal.

Zidan berpikir bagaimana mungkin Rita dan Lia selaku sahabat dekat Zyzy, bahkan tidak tahu dimana rumah sahabatnya sendiri.

Ia juga berusaha menghubungi sahabatnya, namun mereka juga sama sekali tidak ada yang tahu dimana rumah Zyla, ia juga menghubungi Reyhan, namun ponsel cowok itu tidak aktif.

Zidan memarkirkan mobilnya menuju apartemen milik keluarganya, karena ia bingung harus membawa Zyla kemana.

Ia menggendong Zyla sampai di unit yang biasa ia tempati saat bosan tinggal di rumah.

Ia membaringkan Zyla pada tempat tidurnya, karena di apartemen itu hanya ada satu kamar, terpaksa Zidan harus tidur di sofa.

--------------------

Sinar matahari masuk melalui celah jendela apartemen, namun gadis itu masih belum membuka matanya.

Sampai akhirnya suara ponselnya berbunyi, hingga membuat gadis itu terpaksa membuka matanya dan mengangkat panggilan tersebut.

"Halo, ngapain pagi-pagi lo telpon gue?" tanya Zyla to the point, tanpa melihat terlebih dahulu siapa yang meneleponnnya.

"Lo dimana?" tanya seseorang dari seberang sana, yang sangat Zyla kenali suaranya.

Deg!
Zyla tersadar, dan langsung menatap sekelilingnya. Ia tidak sedang berada di kamarnya, lalu ia sekarang dimana?

Ia mematikan sambungan teleponnya, lalu menatap sekelilingnya lagi dan berusaha mengingat kejadian semalam.

Yang ia ingat terakhir kali adalah saat ia bersama dengan Willy dan meminum minuman itu, selebihnya ia tidak mengingat apapun.

Zyla berpikir apakah sekarang ia berada di rumah Willy. Jujur ia sangat takut jika benar Willy yang telah membawanya kesini.

Tiba-tiba pintu kamar tersebut terbuka, Zyla sudah was-was dan mengambil ancang-ancang untuk memukul orang yang akan masuk itu.

Buk!
Saat orang itu membuka pintu, Zyla langsung memukulnya menggunakan bantal guling dengan keras, hingga membuat orang itu kaget dan terkejut.

"Lo apa-apan sih?" tanya Zidan bingung.

"Kok elo sih?" tanya Zyla yang juga bingung, karena ternyata yang membawanya ke apartemen adalah Zidan, namun ia bersyukur karena bukan Willy yang membawanya pergi.

"Lo pikir?" tanya Zidan datar.

"Gue pikir lo setan, yang udah nyulik cewek secantik gue," sahut Zyla kesal.

"Mana ada setan yang gantengnya kek gue," ucap Zidan.

"Orang jelek kek gitu kok lo bilang ganteng, palingan yang bilang lo ganteng itu Mak, Bapak lo," ejek Zyla.

"Padahal semalem ada yang muji-muji gue ganteng, sampe diumumin ke anak-anak yang lain segala,"

"Oh ya? Siapa yang bilang kek gitu? Mungkin matanya rabun kali," sahut Zyla seraya mengejek.

"Berarti mata lo rabun dong? Kan lo sendiri yang bilang kek gitu. Lo lupa?" tanya Zidan seraya tersenyum miring menatap Zyla yang kini terkejut bukan main.

"Gue ngomong gitu? Malu-maluin banget dong gue,"

"Terus gue ngomong apa lagi?"

"Nggak ngomong apa-apa," ketus Zidan.

"Lo nggak usah GR ya, gue ngomong gitu kan karena gue mabuk, jadi itu cuma bohongan!" ucap Zyla berusaha mengelak, padahal dalam hati ia memang mengakui ketampanan Zidan.

"Justru orang mabuk itu ngomongnya jujur," sahut Zidan.

"Lo pengen banget gue puji gitu?" tanya Zyla seraya menaikan satu alisnya.

"Jangan-jangan selama gue mabuk, lo apa-apain gue lagi, secara gue kan cantik, manis, imut, sexy lagi. Siapa yang nggak tergoda sama gue coba?" tuduh Zyla kepada Zidan dengan membanggakan dirinya sendiri.

"Gue nggak tergoda sama sekali sama tubuh lo itu!" bantah Zidan.

"Dan asal lo tahu, lo yang udah nyium gue," ujar Zidan yang mampu membungkam Zyla dan membuat Zyla terkejut bukan main.

"G-gue, nyium elo?" tanya Zyla tak percaya.

"Kayaknya nggak mungkin deh, kalo gue sampe lakuin itu," sambung Zyla.

Zidan hanya tersenyum miring, kemudian meninggalkan Zyla yang masih mematung ditempat karena terkejut.

ZIZY (Zidan&Zyla) (SEGERA TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang