Bab 4 : Sixty Nine

652 91 3
                                    

Kenan salah, ia tahu dan sungguh menyesali atas semua perbuatannya. Sejak hasil tes DNA itu keluar, ayah tiga anak tersebut tak hentinya menangis di sisi ranjang si tengah. Berkali-kali pula ucapan kata maaf ia lontarkan, membuat sang istri yang mendapatinya pun ikut terisak.

Hey, Dad, look at me
Think back, and talk to me
Did I grow up according to plan?
And do you think I'm wasting my time
Doing things I wanna do?
But it hurts when you disapprove all along

"Aku takkan menyalahkanmu lagi, Mas," ucap Mila sembari mengusap air matanya yang turun ke pipi.

Wajah cantik itu terlihat lelah dengan kantung mata tebal lantaran tak dapat tidur sejak berhari-hari lalu. Pikirannya terus berkecamuk, gelisah dan lara ikut menumpuk menjadi beban yang tak kasat mata.

Tentu saja, ibu mana yang tak risau melihat dua anak lelakinya jatuh koma secara bersamaan? Katakan saja Mila cukup kuat karena masih bisa bersabar dan tabah menghadapi ujian ini, tapi ia juga manusia yang tentu akan menanyakan pada Sang Pemilik, kenapa harus puteranya yang dibuat begini?

And now I try hard to make it
I just want to make you proud
I'm never gonna be good enough for you
Can't pretend that I'm alright
And you can't change me

Kenan tak menjawab, ia terus merunduk dengan bahu berguncang pelan. Sorot mata yang biasanya terlihat bengis bak elang pemangsa, kini tak ayalnya seekor kelinci yang putus asa akan nasibnya.

"Masih ada kesempatan, Mas. Belum terlambat untukmu meminta maaf pada Lino ... katakan semuanya. Cobalah tuk cintai ia selagi kamu bisa, dan manfaatkan waktu tuk memahaminya. Seperti yang sering ia lakukan padamu dulu. Kamu tentu tahu, ia masih bisa mendengarmu walau dalam tidurnya."

Ada jeda sesaat untuk menarik napas sebelum kalimatnya disambungi, "mungkin dia masih bertahan hingga saat ini karena menunggumu untuk mau membuka hati, dan menerima dirinya sebagaimana anak kandung yang semestinya."

Cause we lost it all
Nothin' lasts forever
I'm sorry I can't be perfect
Now it's just too late
And we can't go back
I'm sorry I can't be perfect

Cause we lost it allNothin' lasts foreverI'm sorry I can't be perfectNow it's just too lateAnd we can't go backI'm sorry I can't be perfect

ओह! यह छवि हमारे सामग्री दिशानिर्देशों का पालन नहीं करती है। प्रकाशन जारी रखने के लिए, कृपया इसे हटा दें या कोई भिन्न छवि अपलोड करें।

Mila menoleh sesaat, memandangi Felix sebelum beralih pada Lino. Dadanya sesaat setiap kali melihat kondisi remaja itu kini; dengan kepala dibalut perban, leher yang disangga cervical collar, selang ventilator yang masuk ke dalam rongga tenggorokannya hingga ke paru-paru, juga beberapa alat medis lain seperti infus sampai oxygen pulse oximeter di ujung jari telunjuk kirinya. Benda-benda asing itu adalah satu-satunya yang membantu kehidupan Lino saat ini. Pula bunyi nyaring dari bedside monitor yang setia memberitahu jika masih ada kehidupan di dalam tubuh yang tengah terlelap itu.

Mengerikan, tentu saja. Memang siapa yang tak bergidik ngeri saat melihatnya.

I try not to think
About the pain I feel inside
Did you know you used to be my hero?
All the days you spent with me
Now seem so far away
And it feels like you don't care any more

"Cepat bangun, Sayang. Papa mau bicara denganmu," bisik Mila sembari merundukkan wajahnya ke sisi kepala Lino. Dikecup lembut kening berbalut perban tersebut sebelum ia pamit untuk pergi lantaran ada pekerjaan yang tak dapat ditinggalkan.

"Tuhan tidak pernah tidur, Mas. Cobalah tuk berdoa dan meminta, kiranya Lino akan kembali sadar setelah ini."

Itu adalah kalimat terakhir yang Mila katakan, sebelum ia pergi dan pintu ditutup kembali. Meninggalkan Kenan yang digelung segala duka lara serta penyesalannya.

Wajah lelah itu terangkat, menautkan pandangan sesaat pada luar jendela; di mana langit biru bersemburat jingga ke emasan tengah memayungi kota. Memberikan kesan yang indah dari senja yang datang menyapa.

And now I try hard to make it
I just wanna make you proud
I'm never gonna be good enough for you
I can't stand another fight
And nothing's all right

Tapi hatinya terlampau kelabu saat ini, tak sebanding dengan apa yang dilihatnya dari sang langit.

Ia kemudian melirik pembaringan di sisi kanannya, memandang si bungsu yang sama tertidur lelap walau tak dihinggapi banyak alat medis seperti kakaknya. Rasanya pelik sekali, melihat anak kesayangannya itu dan anak yang—dulu—paling dibencinya harus tergolek lemah bersamaan.

Ting!

Mendadak Kenan dikejutkan oleh denting suara yang menandakan adanya satu notifikasi masuk ke ponselnya. Segera ia merogoh saku celana dan mengambil telpon genggam tersebut sebelum kedua alisnya menukik jelas; tatkala membaca sebuah pesan email dari pengirim yang tak disangkanya, dan subjek dari email itu membuat dada Kenan berdegup kencang.

Nothing's gonna change the things that you said
And nothing's gonna make this right again
Please don't turn your back
I can't believe it's hard just to talk to you
But you don't understand

Meski ragu, pada akhirnya Kenan memberanikan diri untuk membuka email itu. Sungguh, betapa terkejutnya ia saat membaca rangkaian kata demi kata dari isinya.

Ya, Tuhan. Benar-benar miris, Kenan kembali menangis sembari meremat ponselnya kuat-kuat, membiarkan layar benda pipih tersebut masih menyala dan menunjukan sebuah gambar serta tulisan yang menyatakan; Lino telah berhasil masuk Perguruan Tinggi Negeri dengan progam studi; statistika, seperti yang Kenan minta.

Dan hati Kenan kembali remuk tatkala ia ingat akan janji sang anak padanya.

Cause we lost it all
Nothin' lasts forever
I'm sorry I can't be perfect
Now it's just too late
And we can't go back
I'm sorry I can't be perfect

"Lino ... bangun. Papa mau minta maaf sama kamu."




























Song title : Perfect —Simple Plan

ओह! यह छवि हमारे सामग्री दिशानिर्देशों का पालन नहीं करती है। प्रकाशन जारी रखने के लिए, कृपया इसे हटा दें या कोई भिन्न छवि अपलोड करें।

Song title : Perfect —Simple Plan

Wake Me Up When September End's ✓ [Lee Know, Juyeon, and Felix]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें