Bab 2 : Twenty Eight

423 77 8
                                    

"Kok postingan foto kamu sama cewek yang kemarin dihapus?"

Pertanyaan itu sukses membuat Lino maupun Felix yang sedang berbaring—di ruang tengah sembari menonton televisi—seketika menoleh.

"Sayang amat? Padahal udah di-like lebih dari seribuan loh itu," tambah Julian.

"Cewek? Kak Ino punya pacar?" Felix melempar pertanyaan seketika.

Lino mendelik tajam pada si sulung, tapi kakaknya itu seolah tak peduli dan terus asyik berguling-guling di atas sofa sembari menggulir layar ponselnya; berselancar di sosial media.

"Apaan sih," gerutu si tengah, "kemarin katanya disuruh hapus aja biar Papa gak liat juga," tambahnya.

Julian terkekeh kecil sebelum menyahuti, "ya sebenernya aku cuma bercanda aja sih. Gak taunya kalo kamu nanggapin itu seriusan."

"Bentar! Bentar! Jadi beneran Kak Ino punya pacar? Siapa? Cantik gak? Kok Kak Juy gak ngasih tau aku?" gerutu si bungsu.

"Anak kecil gak usah knowing every particular object! " omel si tengah.

"Ha? Apaan tu?" tapi Felix tak mengerti.

Namun, kedua kakaknya itu mendadak berteriak lantang, "KEPO!" kepada si bungsu.

"Iiiihhh ..."

"Hayo, berantem lagi kalian," celetuk Mila yang mendadak lewat membawa sekantung keresek berisi bahan masakan, yang baru saja ia beli dari tukang sayur yang kebetulan lewat di depan rumah.

"Bunda mau masak apa?" Lino seketika bangun dan mengekori kemana langkah kaki ibunya pergi.

"Tumis kangkung lada hitam, sama gurame asam manis," jawab yang ditanya. "Kamu mau dimasakin yang lain?" tambah si ibu kemudian.

"Ah? gak usah Bunda. Itu aja udah cukup kok," balas si anak dan lantas ikut mengeluarkan belanjaan ibunya dari dalam plastik. "Aku bantuin motong sayurannya, boleh?"

"Boleh, tapi batang kangkungnya kamu buang pas bagian pangkal ke akar, ya. Jangan ikut dipotong semua, soalnya keras gak enak dimakan," papar Mila, memberitahukan bagaimana cara memotong sayuran yang benar, sedangkan ia sibuk membersihkan ikan di bak pencuci piring.

"Oke, oke," angguk si tengah dan mulai memilah batang sayuran hijau dengan tangannya.

Mendadak dari arah ruang tengah si sulung muncul dan iseng menyodorkan sesuatu ke hadapan adik pertamanya itu sambil berkata, "No, ini apaan?"

Dan alih-alih menjawab, Lino justru menjerit histeris seraya bangun dari tempatnya duduk lalu lari keluar lewat pintu belakang.

"Waaaaacckk ...!"

Julian tertawa dan kelakuan usilnya semakin jadi karena ia justru berlari mengejar si tengah sembari membawa benda; yang tak lain adalah balon serta jarum pentul di tangannya. Entah dari mana ia menemukan balon tersebut hingga akhirnya terbesit rasa usil untuk menjahili sang adik, yang memang sejak kecil takut pada si benda. Lebih-lebih jika sudah ditiup hingga menggembung besar.

"Julian!" teriak Mila lantang, namun sayangnya si sulung tak mengindahkan dan malah terus mengejar adiknya itu ke teras belakang rumah.

"BUNDAAA ..." terdengar jeritan yang melengking nyaring dari luar rumah.

Beraamaan dengan itu suara yang tak kalah kencang pun ikut menyusul, "udah gede tapi takut sama balon!? Malu-maluin!" menyahuti teriakan adiknya.

Felix yang nyatanya ikut menyusul ke dapur hanya diam memandang dari kejauhan; bagaimana si tengah terlihat histeris saat kakak tertuanya menunjukan balon serta ujung jarum pentul ke arahnya sembari berlari. Ia menggeleng pelan dan lantas mengambil batang sayuran untuk dipotong—melanjutkan kegiatan Lino tadi—ketimbang ikut bergabung dengan keduanya.

Wake Me Up When September End's ✓ [Lee Know, Juyeon, and Felix]Where stories live. Discover now